BAB 1
PENGANTAR ISBD
TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melakukan pembelajaran ini, diharapkan mahasiswa
mampu :
1. mengemukakan kompetensi dasar dan
pokok substansi kajian sebagai ruang lingkup ISBD
2. menjelaskan pentingnya ISBD sebagai
kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat (MBB) dan program pendidikan
umum perguruan tinggi.
3. menggunakan ISBD sebagai sudut
pandang alternative atas pemecahan masalah social dan budaya.
MATERI PEMBELAJARAN
A. Hakikat dan ruang lingkup ISBD
B. ISBD sebagai MBB dan penddikan umum
C. ISBD sebagai alternative pemecahan masalah social budaya.
KATA-KATA KUNCI
Ilmu social dasar, ilmu budaya
dasar, kompetensi, matakuliah berkehidupan masyarakat, system nilai budaya.
pada bagian pertama buku ini, akan
diuraikan topic mengenai pengantar kuliah ilmu social dan budaya dasar
(ISBD)sebelum menguraikan lebih lanjut materi-materi pokok yang ada dalam
substansi kajian ISBD. bagian pengantar ini dimaksudkan untuk memberikan
penjelasan umum mengenai mata kuliah ISBD. dalam pengantar ini akan disajikan
mengenai hakikat dan ruang lingkup ISBD, ISBD sebagai MBB dan pendidikan umum,
dan ISBD sebagai alternative pemecahan masalah dan social budaya.
A. HAKIKAT DAN RUANG LINGKUP ISBD
1. Hakikat ISD dan IBD
secara garis besar ilmu dan pengetahuan dapat dikelompokkan
menjadi tiga macam, yaitu:
a. ilmu alamiah (natural sciences)
b. ilmu social (social sciences)
c. pengetahuan budaya (the humanistic)
ilmu social dasar (ISD) termasuk
dalam kelompok ilmu social. namun, ISD tidak bersifat sebagai pengantar kea rah
suatu bidang disiplin ilmu social sebagaimana pengantar ilmu politik, pengantar
antropologi, pengantar sosiologi, dan sebagainya. ISD menggunakan pengertian
yang berasal dari berbagai disiplin ilmu untuk menanggapi masalah-masalah
social, khususnya yang dihadapi masyarakat Indonesia.
ISD mempunyai tema pokok, yaitu
hubungan timbale balik manusia dengan lingkungannya. adapun objek sasaran atau
objek kajian ISD adalah sebagai berikut.
a. berbagai kenyataan bersama merupakan
masalah social yang dapat ditanggapi melalui pendekatan sendiri maupun
pendekatan antarbidang (interdisiplin).
b. keanekaragaman golongan dan kesatuan
social dalam masyarakat yang masing-masing memiliki kepentingan dan kebutuhan
sendiri, tetapi terdapat juga persamaan kepentingan yang dapat mengakibatkan
kerjasama dan pertentangan.
intinya, matakuliah ISD adalah upaya
untuk memberkan pengetahuan dasar dan pengetahuann umum tentang konsep-konsep
yang dikembangjan untuk mengkaji gejala-gejala social sehingga daya tangkap,
presepsi, dan penalaran mahasiswa terhadap lingkungan social meningkat, dengan
demikian kepekaan sosialnya pun bertambah.
tujuan matakuliah ISD adalah membantu
perkembangan wawasan pemikiran dan kepribadian mahasiswa agar memperoleh
wawasan pemikiran yang lebih luas dan cirri-ciri kepribadian yang diharapkan
dari setiap tingkah laku manusia dalam menghadapi manusia lain, serta sikap dan
tingkah laku manusia lain terhadap manusia yang bersangkutan.
ilmu budaya dasar (IBD) dalam
kelompok ilmu pengetahuan termasuk dalam kelompok pengetahuan budaya (the
humanistic), tetapi tidak identik dengan pengetahuan budaya itu sendiri. IBD
berbeda dengan pengetahuan budaya. pengetahuan budaya mengkaji masalah masalah
nilai manusia sebagai makhluk berbudaya,sedangkan IBD mengkaji masalah
kemanusiaan dan budaya. IBD budaya ialah suatu pengetahuan yang menelaah
berbagai masalah kemanusiaan dan budaya, dengan menggunakan pengertian
yang berasal dari dan telah dikembangkan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan
atau keahlian.
adapun yang menjadi pokok kajian IBD
adalah berbagai aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan masalah
kemanusiaan dan budaya serta hakikat manusia yang satu. termasuk pula
didalamnya pemahaman akan system nilai budaya, yaitu konsepsi tentang nilai
yang hidup dalam pikiran sebagian besar masyarakat. system nilai budaya
berfungsi sebagai pedoman bagi sikap mental, pola piker dan pola prilaku warga
masyarakat.
IBD merupakan suatu upaya memberikan
pengetahuan dasar dan umum mengenai konsep-konsep budaya untuk menkaji masalah
kemanusiaan dan budaya. pendekatan pokok kajian IBD dilakukan dengan
menggunakan pengetahuan dasar dan umum tentang konsep budaya dari berbagai
keahlian pengetahuan buadaya maupun degan menggunakan masing-masing keahlian
dalam pengetahuan budaya.
tujuan IBD adalah mengembangkan
kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran dan kemampuan
kritikalterhadap masalah-masalah budaya sehingga daya tangkap, presepsi, dan
penalaran budaya mahasiswa menjadi halus dan manusiawi.
namun dalam rangka evektifitas dan
keterpaduan maka sesuai SK dirjen dikti no 44/2006 pengorganisasian materi
maupun teknik penyajiannya digabungkan menjadi ISBD. dengan demikian ISBD dapat
dikatakan sebagai paduan atau integrasi dari kajian ISD dan IBD. sebgai
integrasi dari ISD dan IBD , ISBD memiliki kompetensi dasar menjadi ilmuan yang
professional, yakni yang berfikir kritis, kreatif, sistematik dan ilmiah,
berwawasan luas, etis, serta memiliki kepekaan dan empati terhadap solusi
pemecahan masalah social dan budaya secara arif (SK dirjen Dikti No, 44 tahun
2006).
2. Ruang lingkup ISD,IBD, dan ISBD
ISD memberikan dasar-dasar
pengetahuan kepada manusia yang diharapkan akan cepat tanggap serta mampu
menghadapi dan menanggulangi masalah-masalah dalam kehidupan masyarakat
(masalah social). dengan mengetahui dan mengorientasikan diri kedalamnya,
paling tidak ia harus mempu mengetahui kea rah mana pemecahan jalan keluar
suatu permasalahan yang dihadapi.
karena, bagaimanapun juga pada saat
ini masalah-masalah social telah berkembang sedemikian kompleksnya. mulai dari
ruang lingkup local, regional, nasional, maupun internasional.
ruang lingkup materii yang disajikan
dalam ISD meliputi :
1. individu, keluarga, dan masyarakat.
2. masyrakat desadan masyarakat kota
3. masalah penduduk
4. pelapisan social
5. pemuda sosialisasi
6. ilmu pengetahuan,teknilogi, dan
kemiskinan.
berdasarkan hasil konsorsium pada
lokakarya tahun 1982, ditetapkan behwa matakuliah IBD adalah usaha yang
diharapkan dapat memberikan bekal pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang
konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah budaya.
seperti telah dijelaskan sebelumnya
bahwa IBD bukanlah pengetahuaan mengenai budaya. jadi materi yang disajikan
bukanlah tema atau topic tentang kebudayaan. yang dijadikan pokok kajian IBD
adalah aspek kehidupan yang seluruhnya merupakan ungkapan, maupun masalah
kemanusian dan budaya, hakikat manusia yang satu, serta system nilai budaya.
ruang lingkup yang dijadikan tema dalam matakuliah IBD mencakup hal-hal
berikut.
a. manusia dan pandangan
b. manusia dan keindahan
c. manusia dan keadilan
d. manusia dan cinta kasih
e. manusia dan tanggung jawab
f. manusia dan kegelisahan
g. manusia dan harapan
kemudian, ketika materi ISD dan IBD di gabung menjadi ISBD
maka sesuai dengan konsep kurikulum berbasis kompetensi memuat sejumlah
substansi kajian yang mengarah pada tercapainya kompetensi dasar. artunya,
bahwa pemberian substansi kajian atau ruang lingkup kajian ISBD yang ada kepada
mahasiswa diharapkan dapat mencapai kompetensi dasar matakuliah yang dimaksud.
adapun
substansi kajian ISBD berdasarkan ketentuan dalam surat keputusan dirjen dikti
no.30/dikti/kep/2003 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah
berkehidupan bermasyarakat di perguruan tinggi Indonesia, mencakup pokok-pokok
kajian sebagai berikut :
a. pengantar ISBD
b. manusia sebagai maklik budaya
c. manusia dan peradaban
d. manusia sebagai makhluk individu
social
e. manusia,keragaman,kesederajatan
f. moralitas dan hukum
g. manusia, sains dan teknologi
h. manusia dan lingkungan
sedangkan menurut ketentuan baru, yaitu surat keputusan
dirjen dikti nomor 44/dikti/kep/2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok
matakuliah berkehidupan bermasyarakat di perguruan tinggi, substansi kajian
ISBD meliputi hal-hal berikut.
a. pengantar ISBD
b. manusia sebagai makhluk budaya
c. manusia sebagai makhluk individu
social
d. manusia dan peradaban
e. manusia,keragaman, dan kesetaraan
f. manusia, nilai , moral, dan hukum
g. manusia,sains, teknologi dan seni.
h. manusia dan lingkungan
menyimak dari isi kajian di atas,
dapat dikemukakan bahwa kajian ISBD mencakup masalah social dan masalah budaya
serta keberadaan manusia sebagai subjek bagi masalah-masalah tersebut. baik dihadapkan
pada masalah social maupun budaya tersebut, diharapkan manusia dapat
meningkatkan wawasannya, kepekaannya, serta berempati terhadap masalah maupun
pemecahan masalahnya.
B. ISBD SEBAGAI MATAKULIAH BERKEHIDUPAN BERMASYARAKAT (MBB) DAN
PENDIDIKAN UMUM
1. ISBD merupakan kelompok MBB di
perguruan tinggi
menurut keputusan menteri pendidikan nasional republic
Indonesia nomor 232/U/2000 tentang pedoman penyusunan kurukulum pendidikan
tinggi dan penilaian hasil belajar mahasiswa, kelompok bahan kajian dan
pelajaran yang dicakup dalamsuatu program studi yang dirumuskan dalam kurikulum
terdiri atas:
a. kelompok matakuliah pengembangan
kepribadian (MPK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran untuk
mengembangkan manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang
maha esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mantap dan mandiri, serta
mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
b. kelompok mata kuliah keilmuan dan
keterampilan (MKK) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang ditujukan
terutama untuk memberikan landasan penguasaan ilmu dan keterampilan tertentu.
c. kelompok matakuliah keahlian
berkarya (MKB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan untuk
menghasilkan tenaga ahli dengan kekaryaan berdasarkan tenaga ilmudan
keterampilan yang dikuasai.
d. kelompok matakuliah prilaku berkarya
(MPB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang bertujuan umtuk membentuk
sikap dan perilaku yang diperlukan seseorang dalam karya menurut tingkat
keahlian berdasarkan dasr ilu keterampilan yang dikuasai.
e. kelompok metakuliah berkrhidupan
bermasyarakat (MBB) adalah kelompok bahan kajian dan pelajaran yang diperlukan
untuk dapat memahami kaidah berkehidupan bermasyarakat sesuai dengan pilihan
dengan keahlian dalam berkarya.
menurut surat keputusan menteri
No.23/U/2000 tersebut ISD dan IBD termasuk dalam kelompok MPK kurikulum
institusional. kurikulum institusional merupakan sejumlah bahan kajian dan
pelajaran yang merupakan bagian dari kurukulum pendidikan tinggi, yang terdiri
atas tambahan dari kelompok ilmu dalam kurikulum inti yang disusun dengan
memerhatikan keadaan dan kebutuhan lingkungan secara cirri khas perguruan
tinggi yang bersangkutan. sedangkan kelompok MPK kurikulum institusional yang
lain, misalnya bahasa Indonesia, bahasa inggris, ilmu alamiah dasar, filsafat
ilmu, dan olahraga(pasal 10 ayat 2)
selanjutnya terjadi perubahan
berdasarkan surat keputusan dirjen dikti No.30 /Dikti/kep/2003 tentang
rambu-rambu pelaksanaan kelompok matakuliah berkehibupan bermasyarakat di
perguruan tinggi maka ISBD termasik dalam kelompok MBB. selengkapnya, mata
kuliah yang termasuk dalam MBB terdiri atas :
a. ilmu social dan budaya dasar (ISBD)
b. ilmu kealaman dasar (IAD)
a. visi kelompok matakuliah
berkehidupan bermasyarakat (MBB)
visi kelompok MBB di perguruan tinggi merupakan sumber nilai
dan pedoman bagi penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa
memantapkan kepribadianm kepekaan social, kemampuan hidup bermasyarakat,
pengetahuan tentang pelestarian, pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan
hidup, dan mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan seni.
b. misi kelompok matakuliah
berkehidupan bermasyarakat (MBB)
misi kelompok MBB di pergguruan tinggi membantu
meumbuhkembangkan daya kritis, daya creative, apresiasi, dan kepekaan mahasiswa
terhadap nilai-nilai social dan
budaya demi memantapkan kepribadiannya sebagai bekal hidup bermasyarakat selaku
makhluk hidup dan makhluk social yang mwmiliki sifat sebagai berikut :
1. bersikap demokratis, berkeadapan,
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, bermartabat serta peduli terhadap
pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup.
2. memiliki kemampuan untuk menguasai
dasar-dasar ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
3. ikut berperan mencari solusi
pemecahan masalah social budaya dan lingkungan hidup secara arif.
c. kompetensi kelompok matakuliah
berkehidupan bermasyarakat (MBB)
standar kompetensi kelompok MBB yang
harus dikuasai mahasiswa meliputi berpikir kritis,kreatif,sistematis, ilmiah,
berwawasan luas, etis,estetis, memiliki apresiasi, kepekaan dan empati social,
bersikap demokratis, berkeadapan, dan menjunjung tinggi nilai kemampuan; memiliki
kepedulian terhadap pelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup;
mempunyai wawasan tentang perkembangan ilmu pengetahuan,teknologi dan seni
sehingga dapat ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social,budaya,dan
lingkungan hidup secara arif.
kompetensi dasar untuk bidang ISBD
adalah menjadi ilmuwan dari dan professional yang berpikir
kritis,kreatif,sistematik, dan ilmiah, berwawasan luas,etis, memiliki kepekaan
dan empati terhadap solusi pemecahan masalah social dan busaya secara arif.
kompetensi dasar untuk IAD adalah
menajadi ilmuwan dan professional yang berfikir kritis, kreatif,sistematik,dan
ilmiah,berwawasan luas,etis,lingkungan hidup, mempunyai wawasan luas tentang
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat ikut berperan dalam
mencari solusi pemecahan masalah lingkungan hidup secara arif.
2. ISBD sebagai program pendidikan umum
(general education)
pendidikan tinggi sebagai kelanjutan dari pendidikan
menengah diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggaota
masyarakat yang memiliki kemampuan akademik dan professional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian. pendidikan tinggi dilaksanakan di perguruan tinggi dan oleh perguruan
tinggi yang terdiri atas pendidikan akademik dan professional.
lulusan
perguruan tinggi baik ilmuan / akademisi dan professional diharapkan memiliki
kemampuan yang meliputi kemampuan personal, kemampuan akademik, dan kemampuan
professional.
kemampuan personal adalah kemampuan
kepribadian. dengan kemampuan ini para teaga ahli diharapkan memiliki
pengetahuan sehingga mampu menunjukan sikap, tingkah laku, dan tindakan yang
mencerminkan kepribadian Indonesia; memahami dan mengenal nilai-nilai
keagamaan, kemasyarakatan,dan kenegaraan (pancasila); memiliki pandangan yang
luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat
Indonesia.
kemampuan akademik adalah kemampuan
untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan, maupun tulisan; menguasai
peralatan analisis, berpikir logis, kritis, sistematik dan analitik; memiliki
kemampuan kensepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang
dihadapi serta mampu menawarkan alternative pemecahan.
kemampuan professional adalah
kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. dengan kemampua
ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
tinggi dalam bidang profesinya.
kemampuan personal adalah ditanamkan
kepada para mahasiswa sebagai calon tenaga ahli melalui program pendidikan
umum. pendidikan umum merupakan studi kajian yang membekali pesrta didik berupa
kemampuan dasar tentang pemahaman, penghayatan,dan pengalaman nilai-nilai dasar
kemanusiaan, sebagai makhluk tuhan, sebagai pribadi, anggota keluarga,
masyarakat, warga Negara, dan sebagai bagian dari alam.
ISBD mengambil peran sebagai program
pendidikan umum yang bersifat mengantarkan mahasiswa memiliki kemampuan
personal. menempatkan diri sebagai anggota masyarakat yang tidak terpisahkan
dari masyarakat serta kemampuan untuk memiliki tanggung jawab social
kemasyarakatan. tanggung jawab itu diwujudkan dengan keikutsertaan dalam
memecahkan masalah social dimasyarakatnya sesuai dengan ilmu yang dimilikinya.
program pendidikan umum berusaha
untuk memperluas cakrawala perhatian dan pengetahuan para mahasiswa sehingga
tidak terbatas pada bidang pengetahuan keahlian serta golongan asal
masing-masing; membantu mahasiswa menemukan diri sendiri dan menempatkan diri
dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang sedang berlangsung,
menghadapkannya dengan masalah-masalah susila serta masalah yang diwujudkan
oleh kenyataan-kenyataan kehidupan sosialm ekonomi, dan politik yang secara
sadar ataupun tidak sadar senantiasa dihadapinya; memberikan pengertian pada
mereka mengenai hubungan dan keterkaitan dari ilmu pengetahuan. singkatnya,
program pendidikan umum diharapkann dapat menjadikan mahasiswa lebih peka dan
lebih terbuka, disertai rasa tanggung jawab yang lebih kuat.
C. ISBD SEBAGAI ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH SOSIAL BUDAYA
ISBD sebagai integrasi dari ISD dan IBD memberikan
dasar-dasar pengetahuan social dan konsep-konsep budaya kepada para mahasiswa
sehingga mampu mengkaji masalah social, kemanusiaan, dan budaya. selanjutnya,
diharapkan mahasiswa peka,tanggap,kritis, serta berempati atas solusi pemecahan
masalah social dan budaya secara arif.
seperangkat
konsep dasar ilmu social dan budaya tersebut secara interdisiplin digunakan
sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan masalah yang timbul dan berkembang
dalam masyarakat. dengan demikian ISBD memberikan alternative sudut pandang
atas pemecahan masalah social budaya dimasyarakay. bardasarkan pemahaman yang
diperoleh dari kajian ISBD, mahasiswa dapat mengorientasikan diri untuk
selanjutnya mampu mengetahui kea rah mana pemecahan masalah harus dilakukan.
pendekatan
dalam ISBD lebih bersifat interdisiplin atau multidisiplin, khususnya ilmu-ilmu
social dalam menghadapi masalah social. pendekatan dalam ISBD bersumber dari
dasar-dasar ilmu social dan budaya yang bersifat terintegrasi.ISBD digunakan
untuk mencari pemecahan masalah kemasyarakatan melalui pendekatan
interdisipliner atau multidisipliner ilmu-ilmu social dan budaya. sedangkan
pendekatan dalam ilmu social lebih bersifat subjek oriented, artinya berdasarkan
sudut pandang dari ilmu social tersebut. misalnya, ilmu ekonomi melihat suatu
masalah melalui prespektif ekonomi serta pemecahan masalah pun dari sudut
pandang ekonomi pula.
pendekatan
dalam ISBD akan memperluas pandangan bahwa masalah social, kemanusiaan, dan
budaya dapat didekati dari berbagai sudut pandang. dengan wawasan ini pula maka
mahasiswa tidak jatuh dalam sifat pengotakan ilmu secara ketat. sebuah ilmu
secara mandiri tidak cukup mampu mengkaji sebuah masalah kemasyarakatan. dewasa
ini perkembangan sebuah masalah semakin kompleks. kajian atas suatu masalah
membutuhkan berbagai sudut pandang keilmuan, demikian pula dengan solusi
pemecahannya.
ISBD
sebagai kajian masalah social, kemanusiaan dan budaya, sekaligus pula member
dasar pendekatan yang bersumber dari dasar-dasar ilmu social yang terintegrasi.
pendekatan yang mendalam bersifat subject oriented di bebankan pada ilmu social
dan budaya yang lebih bersifat teoritis , baik yang menyangkut ruang lingkup,
metode dan sistematikanya.
demikian
pula halnya dengan pendekatan dalam ilmu-ilmu alam atau yang bersifat eksakta.
pendekatan dalam ilmu-ilmu alam dalam mengkaji gejala alamiah juga bersifat
subject oriented. mahasiswa yang menekini ilmu-ilmu eksakta akan mengkaji
gejala alam menurut sudut pandang ilmu mereka. dengan diberikan kajian ISBD
diharapkan dapat member wawasan akan pentingnya pendekatan social dan budaya
dalam menangani masalah alam. misalnya,seorang sarjana teknik sipil dalam
upayanya membuat jembatan harus mempertimbangkan aspek social dan budaya
masyarakat dan sekitarnya. ia semata-mata tidak boleh hanya mempertimbangkan
masalah teknis. harus dipahami bahwa manusia tidak lepas dari gejala alam dan
kehidupan lingkungan. alam dan manusia akan saling mempengaruhi. namun,sebagai
subjek kehidupan, manusia perlu memperlakukan alam secara baik sehingga akan
memberikan manfaat bagi kesejahteraan hidupnya.
berdasarkan
hal tersebut beberapa perguruan tinggi memberlakukan ISBD sebagai mata kuliah
wajib bagi mahasiswa dari program ilmu alam atau eksakta. hal ini dimaksudkan
agar pendekatan social dan budaya senantiasa dipertimbangkan dan melandasi
setiap upaya mencari solusi atas pemecahan dari masalah alam yang mereka
hadapi. dengan demikian manusia sebagai calon ilmuwan dan professional harapan
bangsa mampu bertindak secara arif dan bijaksana.
BAB II
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
TUJUAN PEMBELAJARAN
setelah melaksanakan pembelajaran ini, mahasiswa diarapkan
mampu :
1. menganalisis manusia sebagai makhluk
berbudaya
2. menjelaskan hakekat kemanusiaan dan
kebudayaan
3. membedakan antara etika dan estetika
berbudaya
4. menunjukkan sikap hormat dan
menghargai sesama manusia
5. memberikan contoh problema
kebudayaan dewasa ini
MATERI PEMBELAJARAN
1. hakikat manusia sebagai makhluk
budaya
2. apresiasi terhadap kemanusiaan dan
kebudayaan
3. etika dan estetika berbudaya
4. memanusiakan manusia
5. problematika kebudayaan
KATA KUNCI
akal budi, budaya, kebudayaan, etika,estetika.
bab
ini membahas tentang manusia sebagai makhluk budaya yang berkemampuan
menciptakan kebaikan, kebenaran,keadilan, dan bertanggung jawab. sebagai
makhluk berbudaya, manusia mendayakan akal dan pikirannya untuk menciptakan
kebahagiaan baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat demi kesempurnaan
hidupnya. sebagian makhluk berbudaya, manusia menciptakan kebudayaannya.
dalam
bab ini akan dibahas mengenai hakikat manusia sebagai makhluk budaya, apresiasi
terhadap kemanusiaan dan kebudayaan, etika dan estetika berbudaya, memanusiakan
manusia, dan problematika kebudayaan.
A. HAKIKAT MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
Manusia adalah salah satu makhluk tuhan di dunia. makhluk
tuhan di alam fana ini ada empat macam, yaitu alam,tumbuhan, binatang, dan
manusia, sifat-sifat yang dimiliki ke empat makhluk ini sebagai berikut :
1. alam memiliki sifat wujud
2. tumbuhan memiliki sifat wujud dan
hidup
3. binatang memiliki sifat wujud,hidup
dan dibekali nafsu
4. manusia memiliki sifat wujud,hidup,
dibekali nafsu serta akal budi.
akal budu merupakan pemberian sekaligus potensi dalam
diri manusia yang tidak dimiliki makhluk lain. kelebihan manusia
disbanding mekhluk lain terletak pada akal budi. anugrah tuhan akan akal
budilah yng membedakan manusia dengan makhluk lain. akal adalah kemampuan
berfikir manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. berpikir merupakan
kegiatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi
kepentingan dan peningkatan hidup manusia. jadi, fungsi dari akal adalah
berfikir. karena manusia di anugerahi akal maka manusia dapat berfikir.
kemampuan berfikir manusia juga digunakan untuk memecahkan masalah-masalah
hidup yang dihadapinya.
budi
berarti juga akal. budi menurit kamus lengkap bahasa Indonesia adalah bahian
dari kata hati yang berupa paduan akal dan perasaan dan yang dapat membedakan
baik-buruk sesuatu. budi dapat pula berarti tabiat atau perangai dan akhlak.
sultan takdir alisyabanha mengungkapkan bahwa budilah yang menyebabkan manusia
mengembangkan suatu hubungan yang bermakna dengan alam sekitarnya dengan jalan
memberikan penilaian objektif terhadap objek atau kejadian. dengan akal
budinya, manusia mampu menciptakan,mengkreasikan, memperlakukan, memperbaharui,
memperbaiki, mengembangkan dan meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan
hidup manusia. contohnya, manusia bisa membengun rumah , membuat aneka masakan,
menciptakan beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi,sarana komunikasi,
dan lain-lain. binatangpun bisa membuat rumah dan mencari makan. akan tetapi,
rumah atau makanan jenis suatu binatang tidak akan pernah berubah ataupun
berkembang. rumah burung, atau sarang burung dari dulu sampai sekarang tetap
saja wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. manusia dengan kemampuan
akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu untuk kepentingan
hidup.
kepentingan
hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan hidup. secara umum,
kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan menjadi 2. pertama, kebutuhan
yang bersifat kebendaan(sarana-prasarana), atau badani / ragawi/
jasmani/rohani. contohnya adalah makan,minum, bernafas,istirahat dan
seterusnya. kedua, kebutuhan yang bersifat rohani, atau mental dan psikologi.
contohnya adalah kasih saying,pujian,perasaan aman, kebebasan dan lain
sebagainya.
Abraham
maslow seorang ahlu psikologi berpendapat, bahwa kebutuhan manusia dalam hidup
dibagi menjadi 5 tingkatan. kelima tingkatan tersebut adalah sebagi berikut :
1. kebutuhan fisiologis
2. kebutuhan akan rasa aman dan
perlindungan
3. kebutuhan social
4. kebutuhan akan penghargaan
5. kebutuhan akan aktualisasi diri
meurut maslow, kebutuhan manusia
awalnya diawali dengan kebutuhan fisiologis atau paling mendesak, kemudian
ecara bertahap beralih pada tingkat kebutuhan diatasnya sampai tingkatan
tertinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri. beliau menjelaskan bahwa kita
tidak dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih
rendah belum terpenuhi. itu berarti kebutuhan nomor 5 akan diupayakan
pemenuhannya kalau kita sudah memenuhi kebutuhan-kebutuhan sebelumnya. jadi,
kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hierarki.
dengan akal budi, manusia tidak
hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga mampu mempertahankan juga
meningkatkan derajadnya sebagai makhluk yang tinggi bila disbanding makhluk
lain. ,manusia tidak sekedar homo tetapi human (manusia yang manusiawi). dengan
demikian manusia mempu mengembangkan sisi kemanusiaanya.
dengan akal budi, manusia mampu
menciptakan kebudayaan. kebudayaan pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia
dalam interaksinya, baik dengan alam maupun alam sekitarnya. manusia merupakan
makhluk yang berbudaya. manusia adalah pencipta kebudayaan.
B. APRESIASI TERHADAP KEMANUSIAAN DAN KEBUDAYAAN
1. manusia dan kemanusiaan
istilah kemanusiaan berasal dari
kata manusia mendapat tambahan awalan ke dan akhiran-an sehingga menjadikan
kata benda abstrak. manusia menunjuk pada kata benda konkret, sedangkan
kemanusiaan kata benda abstrak. dengan demikian kemanusiaan tidak dapat
dipisahkan dari manusia. manusia adalah homo sedangkan kemanusiaan adalah
human.
kemanusiaan berarti hakekat dan
sifat-sifat khas manusia sebagai makhluk yang tinggi harkat dan martabatnya.
kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan hakikat dan sifat yang
seharusnya dimiliki oleh makhluk yang bernama manusia. kemanusiaan merupakan
prinsip atau nilai yang berisi keharusan/tuntutan/ untuk berkesesuaian dengan
hakikat dari manusia.
hakikat manusia bisa dipandang
secara segmental atau dalam arti parsial, misalkan, manusia dikatakan sebagai
homo economicus, homo faber, homo socius,homo homini lupus, zoon politicon dan
sebagainya. namun pandangan demikian tidak bisa menjelaskan hakikat manusia
scara utuh
hakikat manusia berdasarkan
pancasila sering dikenal dengan sebutan hakikat kodrat mono prulalis, hakikat
manusia terdiri atas ;
1. mono dualis, susunan kodrat manusia
dari segi aspek keragaan.meliputi wujud materi anorganis banda mati,
vegetative, dan animalis serta aspek kejiwaan meliputi cipta, rasa dan karsa.
2. monodualis sifat kodrat manusia
terdiri dari segi individu dan segi social.
3. monodualis kedudukan kodrat meliputi
segi keberadaan manusia sebagai makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri
sendirii) sekaligus juga menunjukan keterbatasannya sebagai makhluk tuhan.
hakikat manusia harus dipandang
secara utuh, manusia merupakan makhluk tuhan yang paling sempurna, karena ia
dibekali akal budi. manusia memiliki harkat dan derajad yag tinggi. harkat
adalah nilai sedangkan derajat adalah kedudukan. pandangan
demikian berlandaskan pada ajaran agama yang diyakini oleh manusia
sendiri . contoh dalam ajaran agama islam surah at-tin ayat 4 dikatakan ‘sesungguhnya
kami (allah) telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.
karena manusia memiliki harkat dan
derajat yang tinggi maka manusia hendaknya mempertahankan hal tersebut. dalam
upaya mempertahankan dan meningkatkan hal tersebut, maka prinsip kemanusiaan
berbicara, prinsip kemanusiaan mangandung arti adanya penghargaan dan
penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu, semua manusia
adalah luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan perlakuannya hanya karea
perbedaan suku,ras,keyakinan,status social ekonomi, asal usul dan sebagainya.
ada ungkapan bahwa the makind is one
(kemanusiaan adalah satu). dengan demikian, sudah sewajarnya antar semua
manusia tidaksaling mennindas, tapi saling menghargai dan menghormati dengan
pijakan prinsip kemanusiaan.prinsip kemanusiaan yang ada pada diri manusia
menjadi penggerak manusia untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.
dalam pancasila sila kedua terdapat
konsep kemanusiaan yang adil dan beradap. kemanusiaan yang adil dan beradab
berarti sikap dan perbuatan manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia
yang sopan dan susila yang berdasarkan atas nilai dan norma moral. kemanusiaan
yang adil dan beradab adalah kesadaran akan sikap dan perbuatan yang didasarkan
pada budi murni manusia yang dihubungkan dengan norma-norma, baik terhadap diri
sendiri, sesame manusia, maupun terhadap lingkungannya..
2. manusia dan dan kebudayaannya
kebudayaan berasal dari bahasa
sansekerta, yaitu budhayah yang merupakan bentuk jamak dari budhi (budhi atau
akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal. ada
pendapat lain mengetakan budaya berasal dari kata budi dan daya. budi merupakan
unsure rohani, sedangkan daya adalah unsure jasmani manusia. dengan
demikian, budaya merupakan hasil budi dan daya dari manusia.
dalam bahasa inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata lain colere, yaitu mengolah atau
mengerjakan. dalam bahasa belanda, cultur berarti sama dengan culture, cultur
atau culture bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. dengan
demikian kata budaya ada hubungannya dengn kemampuan manusia dalam mengelola
sumber-sumber kehidupan, dalam hal ini pertanian. kata culture juga terkadang
diterjemahkan sebagai kultur dalam bahasa Indonesia.
kebudayaan sebagai system
pengetahuan yang meliputi system idea tau gagasan yang terdapat dalam pikiran
manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan bersifat abstrak.
sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya, berupa prilaku dan benda-benda yang bersifat
nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi
social,religi,seni, dan lain-lain, yang kesemuannya ditujukan untuk membentu
manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakatnya.
C. ETIKA DAN ESTETIKA BERBUDAYA
1. etika manusia dalam berbudaya
kataetika berasal dari bahasa yunani, yaitu etos, secara
etimologis etika adalah ajaran tentang baik-buruk, yang diterima umum tentang
sikap,perbuatan,kewajiban dan sebagainya. etika bisa disamakan artinya dengan
moral (mores dalam bahasa latin), akhlak atau kesusilaan. etika berkaitan
dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah-masalah
yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik dan buruk.
dalam hal ini , etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai etika itu
sendiri berkaitan dengan baik-buruk perbuatan manusia.
namun,
etika memiliki makna yang bervariasi, bertens menyebutkan ada tiga jenis makna
etika sebagai berikut.
a. etika dalam arti nilai-nilai atau
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau kelompok orang dalam mengatur
tingkah laku.
b. etika dalam arti kumpulan asas atau
nilai moral (yang dimaksud di sini adalah kode etik)
c. etika dalam arti ilmu atau ajaran
tentang baik dan buruk. disini etika sama artinya dengan filsafat moral
etika sebagai nilai dan dan norma etik atau moral
berhubungan denganmakna etika yang pertama . nilai-nilai etik adalah nilai
tentang bik buruk kelakuan manusia. nilai etik diwujudkan kedalam norma etik,
norma moral atau norma kesusilaan.
norma etik berhubungan dengan
manusia sebagai individu karena menyangkut kehidupan pribadi. pendukung norma
etik adalah nurani individu dan bukan manusiasebagai makhluk social atau
sebagai anggota masyarakat yang terorganisir.norma ini dapat melengkapi
ketidakseimbangan hidup pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.
norma etik ditujukan kepada umat
manusia agar terbetuk kebaikan akhlak pribadi guna pnyempurnaan bentuk manusia
dan melarang manusia melakukan perbuatan jahat. membunuh,berzinah,mencuri dan
sebagainya, tetapi dirasakan juga sebagai bertentangan dengan norma kesusilaan
dalam setiap hati nurani manusia. orma etik hanya membebani manusia dengan
kewajiban-kewajiban saja.
asal atau sumber norma etik adalah
dari manusia sendiri yang bersifat otonom dan tidak ditujukan kepada sikap
lahir. tetapi ditunjukan kepada sikap batin manusia. batinnya sendirilah yang
mengancam perbuatan yang melanggar norma kesusilaan dengan sanksi itu. kalau
terjadi pelanggaran norma etik, misalnya pencurian atau penipuan, maka akan
timbullah dalam hati nurani si pelanggar itu penyesalan, rasa malu, takut, dan
merasa bersalah.
daerah berlakunya norma etik relative
universal, meskipun tetap dipengaruhi oleh ideology masyarakat pendukungnya.
prilaku membunuh adalah prilaku yang amoral,asusila, atau tidak etis. pandangan
ini bisa diterima oleh dimana saja atau universal. namun, dalam hal tertentu,
perlaku seks bebas bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan bukan
perilaku amoral. etika masyarakat timu mungkin berbeda dengan etika masyarakat
barat.
norma etik atau norma moral menjadi
acuan manusia dalam berprilaku. dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana
perilaku yang baik dan mana perilaku yang buruk. norma etik menjadi semacam
das-sollen untuk berperilaku baik. manusia yang beretika berarti perilaku
manusia itu baik sesuai dengan norma-norma etik.
budaya atau kebudayaan adalah hasil
cipta,rasa dan karsa manusia. manusia yang beretika akan menghasilkan budaya
yang memiliki nilai-nilai etik pula. etika berbudaya mengandung
tuntutan/keharusan bahwa budaya yang dicptakan manusia mengandung nili-nilai
rtik yang kurang lebih bersifat universal atau diterima sebagian besar orang.
budaya yang memiliki nilai-nilai etik adalah budaya yang mampu menjaga,
mempertahankan, bahkan mampu meningkatkan harkat dan martabat manusia itu
sendiri. sebaliknya, budaya yang tidak beretika adalah kebudayaan yang akan
merendahkan atau bahkan menghancurkan martabat kemanusiaan.
namun demikian, menentukan apakah
suatu budaya yang dihasilkan manusia itu memenuhi nilai-nilai etik ataukah
menyimpang dari nilai etika adalah bergantug dari paham atau ideology yang
diyakini masyarakat pendukung kebudayaan. hal ini dikarenakan berlakunya
nilai-nilai etik bersifat universal, namun amat dipengeruhi oleh ideology
masyarakatnya.
contohnya, budaya perilaku berduaan
di jalan antara sepasang muda mudi, bahkan bermesraan di depan umum. masyarakat
individu menyatakan demikian bukanlah perilaku tidak etis, tetapi aka nada
sebagiano orang atau masyarakat yang berpandangan hal tersebut merupakan
penyimpangan etik.
2. estetika manusia dalam berbudaya
etika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau
seni. estetika berkaitan dengan nilai-nilai jelek (tidak indah). nilai
estetikaberarti nilai tentang keindahan. keindahan dapat diberi makna secara
luas, secara sempit dan estetik murni.
a. secara luas, keindahan mengandung
nilai kebaikan. bahwa segala sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun
nyata yang mengandung ide kebaikan adalah indah. keindahan dalam arti luas
meliputi banyak hal ,seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang
indahdan kebajikan yang indah. indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh
yang ada.apakah merupakan hasil seni, alam moral, dan intelektual.
b. secara sempit, yaitu indah yang
terbatas pada lingkup presepsi penglihatan (bentuk dan warna)
c. secara estetik murni, menyangkut
pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
diresapinya melalui penglihatan, pendengaran,peradapan, dan perasaan, yang
semuanya dapat menimbulkan presepsi (anggapan) indah.
jika estetika dibandingkan dengan
etika, maka etika berkaitan dengan nilai yang berkitan dengan baik-buruk,
sedangkan estetika yang berkaitan dengan indah jelek. sesuatu yang estetik
berarti memenuhi unsure keindahan (secaraestetik murni maupun secara sempit,
baik dalam bentuk warna , garismkata, ataupun nada). budaya yang estetik
berarti budaya itu memiliki unsure keindahan.
apabilai nilai etik
bersifatrelativuniversal, dalam arti bisa diterima banyak orang, namun nilai
estetik amat subjektif dan particular. sesuatu yang indah bagi seseorang belum
tentu indah bagi orang lain. misalkan dua orang memandang sebuah lukisan, orang
pertama akan mengakui keindahan yang terkandung di dalam luksan tersebut, namun
bisa jadi orang kedua sama sekali tidak menemukan keindahan di lukisan
tersebut.
oleh karena subjektif, nilai estetik
tidak bisa dipaksakan pada orang lain. kita tidak bisa memaksa seseorang untuk
mengakui keindahan sebuah lukisan sebagaimana pandangan kita, nilai-nilai
estetik lebih bersifat perasaan, bukan pernyataan.
budaya sebagai hasil karya mausia
sesungguhnya diupayakan untuk memenuhi unsure keindahan. manusia sendiri memang
suka akan keindahan. disinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya.
semua budaya pastilah dipandang memiliki nilai-nilai estetik bagi masyarakat
pendukung budaya tersebut. hal-halyang indah dan kesukaannya pada keindahan
diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.
namun sekali lagi, bahwa suatu
produk budaya yang di pandang indah oleh masyarakat pemiliknya belum tentu
indah bagi masyarakat budaya lain. contohnya, budaya suku-suku bangsa di
Indonesia. tarian suatu suku berikut penari mungkin dilihat tidak ada nilai
estetikanya, bahkan dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula
sebaliknya.
oleh karena itu, estetika berbudaya
tidak semata-mata dalam berbudaya harus memenuhi nilai-nilai keindahan. lebih
dari itu estetika berbudaya menyiratkan perlunya manusia untuk menghargai
keindahan budayayang dihasilkan oleh manusia lainnya.keindahan adalah
subjektif. tetapi kita akan dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya
estetik.
5.
BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KEKUATAN PSIKISNYA
Menurut
pandangan aliran psikoanalisa kesenian, kesusasteraan, dan 9segala jenis
idealisme sosial dan politik muncul dari kenyataan bahwa kekuatan psikis yang
dapat ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara sosial dapat diterima,
memberiknnya suatu nilai yang tegas dan pasti. Masalah besar
yang dihadapi sosiologi dewasa ini ialah menemukan cara-cara untuk
mempergunakan kekuatan psikis ini sehingga bermanfaat secara kemasyarakatan.
Telah
kita pahami bahwa idealisasi dan sublimasi adalah bentuk-bentuk khusus dari apa
yang kita sebut secara lebih umum dengan ‘pemindahan kekuatan psikis’,
menggunakan kekuatan psikis yang sama dengan yang digunakan dalam kasus neorosa
atau rasionalisasi atau pembentukan reaksi, namun dengan akibat yang sungguh
berbeda. Apakah kekuatan psikis itu ditanamkan di dalam obyek-obyek yang secara
kemasyarakatan dapat diterima, tentu saja tergantung kepada kepribadian
individual, namun demikina mungkin pula tergantung kepada sifat dari bimbingan
kekuatan-kekuatan yang bekerja di dalam masyarakat dimana individu yang
bersangkutan hidup.
Kita
kini hidup dalam suatu periode dimana ide perencanaan sosial tidaak lagi
merupakan konsepsi yang asing sama sekali. Mungkin sekali bimbingan terhadap
kekiatan psikis kita, cepat atau lambat akan dianggap sebagai suatu masalah
sosial yang penting. Bimbingan demikian tentu saja bukan berarti bahwa kita
dapat atau menghendaki untuk mengatur perkembangan individual kita secara
mekanik atau kita harus mencoba meramalkan perkembangan evolusi dari individdu
tertentu. Peramalan evolusi dari individu demikian itu adalah suatu hal yang
tak mungkin dan tak perlu; namun ada kemungkinan bahwa faktor-faktor umum cenderung
membentuk perilaku manusia dan kondisi pemanfaatan kekuatan psikis yang
berlebih-lebihan mungkin ditampung dan dibimbing karena mempengaruhi kebanyakan
orang kearah tingkat tertentu dan kedalam aturan tertentu. Dalam hal ini orang
harus membedakan dua hal. Pertama, kondisi individual tertentu dalam keadaan
sebelum ditentukan, yakni sebelum mendapatkan bantuan dari institusi tertentu
yang menghasilkan tipe khusus individu. Sekiranya ada orang yang mempercayai
terbentuknya kepribadian individu menurut cara ini, maka orang itu tentu
berasumsi bahwa perkembangan masyarakat secara berangsur-angsur dapat
diramalkan, dan merupakan suatu yang tak dapat dielakkan. Tetapi ini sama
sekali bukan pendirian kita. Kita berasumsi bahwa kondisi tertentulah yang
menyebabkan timbulnya beberapa pengaruh dengan derajat kemungkinan statistik
tertentu. Namun kebebasan berkembang diluar tipe itu adalah sesuatu yang
esensial terhadap perkembangan yang lebih banyak bersifat tentatif dan yang
mudah disesuaikan ini.
Bimbingan
terhadap kekuatan psikis dan emosional dalam masyarakat yang lebih sederhana,
pertama terdiri dari penyesuaian kekuatan aktif menurut kebutuhan masyarakat
yang lebih sederhana seperti yang lahir dari proses pembagian kerja dalam
masyarakat, dan kedua dalaam menyelaraskan kekuatan yang berlebihan dengan
merangsang pertumbuhan pola sublimasi dengan mempengaruhi aktivitas yang
menyenangkan dan sebagainya. Kita harus mempelajari dengan sangat hati-hati
bagaimana proses sublimasi dan pemindahan kekuatan psikis dan emosional itu
mendapatkan bimbingannya dalam masyarakat yang lebih kuno.
6. PENETAPAN OBYEK DAN PEMINDAHAN LIBIDO
Kemungkinan
untuk membimbing kekuatan emosionla disediakan oleh kenyataan fundamental bahwa
emosi manusia tidak seluruhnya ditentukan pada waktu lahir kepada obyek
tertentu, dan malahan sering kali situasi sosial yang menghubungkannya dengan
obyek-obyek tertentu. Sekali emosi dihubungkan dengan suatu obyek tertentu,
maka kita berbicara tentang ‘penentuan obyek’ atau disebut juga kathexis.
Penetapatn obyek seperti itu misalnya kecintaan anak terhadap orang tuanya dan
sebaliknya, kecintaan anak terhadap saudara-saudaranya, kecintaan murid
terhadap gurunya san sebaliknya, kecintaan anak terhadap teman sepermainannya
dan sebagainya. Disamping itu, dapat pula mencakup kecintaan terhadap rumah
atau kecintaan terhadap kegiatan-kegiatan seperti terhadap pekerjaan dan
terhadap simbol-simbol keagamaan atau politik, atau kepercayaan. Sekali
penetapan obyek telah terjadi maka ikatannya menjadi terkunci dengan era, namun
demikian dalam hal ini masih terdapat kemungkinan pergeseran libido dari satu
obyek ke obyek yang lain.
Seperti
terjadi dalam proses evolusi kehidupan anak-anak dimana terdapat model umum
peniruan, yang dimulai dari orang yang paling dekat hubungannya dengan si anak,
kemudian mengarah kepada orang yang lebih jauh hubungannya dengannya, dan dari
contoh-contoh yang lebih konkrit menuju kepada yang lebih abstrak, demikian
pula proses pemindahan emosi itu terjadi, dimulai dari ibunya dan anggota
keluarganya yang lain menjurus kepada anggota komunitas diluar anggota
keluarganya, dan akhirnya terhadap ide-ide abstra komunitas itu sendiri.
Selanjutnya karena situasi dasar pada setiap jenis kemampuan sosialisasi
manusia ditemukan kenyataan bahwa anak manusia lebih tergantung dibandingkan
dengan anak binatang, dengan demikian maka nasib libido ditentukan oleh situasi
fundamental yang sama. Selama periode menyusu dan pemeliharaan yang intensif,
anak manusia mengembangkan perasaan ketergantungan terhadap orang lain yang
mendorong kearah pengembangan kecenderungan yang bersifat libido dan
kecenderungan emosional demikian itu disatukan dan diaraahkan kepada seseorang,
yang biasanya adalah ibunya. Karena penetapan obyek emosional yang mula-mula
terjadi selama masa bayi, maka pola keluarga yang mula-mula itu sangat penting
bagi individu dalam membantu menciptakan sikap-sikapnya yang mendasar. Lasswell
menekankan pada kenyataan bahwa pemikiran orang dewasa hanyalah sebagian saja
yang benar2benar diperolehnya dalam masa dewasanya, dan karena itu obyek dan
model-model yang diperkenalkan semasa bayinya mempengaruhi perilaku orang
dewasa dalam situasi sosial. Kita sering melihat pertumbuhan tingkah laku
anak-anak mencerminkan sikap ibunya. Perasaan gelisah, pola kepercayaan tahyul
dan tabu dari seseorang mungkin sekali berasal dari sikap orangtuanya, dan
terus berpengaruh setelah anak itu menjadi dewasa. Karena itu setiap keluarga
yang memperlihatkan pola sikap dan pola perilaku tertentu, besar kemungkinan
berasal dari lingkungan eluarga si ayah dan si ibunya sendiri. Kenyataan ini
sebagian menerangkan kelambatan perkembangan masyarakat sekalipun dalam periode
dinamis atau periode revolusioner. Kelambatan perkembangan ini bukan karena
kenyataan bahwa individu tidak dapat diubah, melainkan karena kenyataan bahwa
unit pembentuk kepribadian yang fundamental yakni keluarga, telah bekerja dalam
waktu yang lama dan dengan cara yang sama, sekalipun lingkungan sosialnya telah
berubah. Bukan warisan biologis dan warisan mental yang menjadi alasan kenapa
pola mental tertentu direproduksi dari satu generasi ke generasi berikutnya tetapi
adalah kenyataaan bahwa perubahan-perubahan dalam kehidupan publik hanya
merembes dengan sangat lambat ke dalam kehidupan keluarga.
Seorang
anak, sekali ia telah dibentuk oleh keluarganya, hanya dapat dengan secara
bertahap mengubah pola utama sikap dan perilakunya itu. Namun demikian,
terdapat suatu periode dalam perkembangan anak-anak ketika pemindahan bagian
penting penetapan libido terjadi. Inilah yang dikenal sebagai periode pubertas
atau periode remaja. Fase pertumbuhan biologis ini bertepatan dengan
kontak-kontak sosial baru dan kebutuhan-kebutuhan sosial yang baru pula. Suatu
konflik peranan dapat terjadi, dan pada umumnya jika tak terselesaikan dengan
baik, pemindahan fiksasi emosional dapat terjadi. Terdapat suatu masalah remaja
di dalam masyarakat kita (Barat) dimana aspirasi kalangan remaja yang menuntut
adanya kebebasan dan desakan para orangtua terhadap keterikatan, bertentangan
satu sama lain. Menarik sekali bahwa masyarakat primitif mempunyai perencanaan
dan menginstitusionalisasikan fase transisi ini di dalam adat-istiadatnya yang
dihubungkan dengan upacara pelantikan atau pembayaran paraa remajanya menjadi
orang dewasa yang dikenal dengan istilah ‘initiation rites’.
Dalam
suatu simposium yang membahas penelitian sosiologi tentang masalah remaja,
Margaret Mead, E.B. Reuter, dan R.G. Foster mengemukakan aspek-aspek yang
berbeda dari masalah ini. Menurut Reuter, keremajaan tidak harus di definisikan
dalam pengertian kematangan anak secara psikis. Jika kita menganalisanya
sebagai suatu pengalaman sosial, maka keremajaan bermula ketika masyarakat
tidak lagi memandang seseorang sebagai anak kecil tetapi menilainya telah
mengambil alih beberapa tanggung jawab orang dewasa. Sedangkan usia pengambil
alihan tanggung jawab itu terjadi, tergantung kepada faktor-faktor sosial,
bukan kepada faktor biologis. Kelompok keagamaan menyerahkan tanggung jawab
orang dewasa kepada anak-anak yang berusia antara 12-14 tahun. Dengan demikian,
kelompok keagamaan itu mengesahkan anak-anak dalam usia tersebut sebagai orang
dewasa. Di Inggris, usia dewasa dalam soal seksual adalah 16 tahun; usia untuk
diizinkan minum alkohol 18 tahun. Masyarakat modern cenderung menetapkan suatu
periode transisi yang panjang antara masa kanak-kanak dan masa dewasa,
sementara itu anak remaja biasanya menganggap dirinya sendiri sebagai orang
dewasa, dan mendesak dengan satu dan lain cara bahwa keluarga serta masyarakat
tidak perlu lagi memperlakukan mereka sebagai anak kecil.
Secara
biologis keremajaan adalah suatu tingkat perkembngan sosial dan suatu keadaan
mental atau keadaan berpikir tertentu. Keremajaan melambangkan suatu periode
lanjutan dari sikap yang tidak terpengaruh seorang pemuda dari pengendalian
keluarga. Ini adalah suatu tanda ketergantungan terhadap kelompok umurnya
sebelum ia mencapai kebebasan secara individual dalam membuat
keputusan-keputusan yang menandai status kedewasaan penuh. Banyak orang dewasa
secara psikologis, yang sebenarnya tak pernah melebihi sikap dan perasaan orang
yang kita sebut remaja.
Sebagian
besar tergantung kepada jenis pola perilaku dan sikap yang ditawarkan kepada
pemuda dalam fase kritis dari pertumbuhannya. Jika suatu masyarakat dapa
menentukan apa yang setepatnya dilakukan dalam merencanakan pengaruh yang
penting, dan dapat secara meyakinkan mempengaruhi kedua fase fundamental, dari
perkembangan manusia- yakni fase anak-anak dan fase pubertas- sekalipun
perbedaan secara individual masih akan timbul tetapi suatu bimbingan yang lebih
besar terhadap masyarakat akan dimungkinkan. Memang setelah fase pubertas
itupun kita tak henti-hentinya mengubah sikap kita. Namun dasar kebersamaannya
yang berasal dari lingkungan keluarga akaan lebih besar peranannya. Saya yakin
bahwa kita berada diambang pintu suatu situasi masyarakat dimana akan
memerlukan bimbingan yang lebih besar lagi.
Dalam
tingkat poerkembangan sosial yang lebih kemudian, transformasi terus-menerus
dan pemindahan libido diperlihatkan oleh kenyataan bahwa masyarakat yang
revolusioner ditandai oleh banyak kelonggaran dari libido yang sebelumnya telah
dikukuhkan. Ketegangan besar dalam masyarakat seperti itu lahir dari kenyataan
bahwa disana terfdapat sejumlah kekuatan libido yang muncul tanpa suatu
pengukuhan sedang mencari integrasi baru. Dalam masyarakaty tradisional yang
konservatif, kekuatan emosional dikukuhkan dan dipelihara berdasrkan ata
keluarga, pertemanan, keanggotaan kelompok tradisional darimana seseorang
dilahirkan, atas dasar cita-cita yang dihargai dalam kelompok tersebut, dan
dalam beberapa kasus tertentu mendorong individu untuk mencoba melahirkannya di
dalam skala sosial tertentu. Pada waktu bersamaan, nilai emosional dari ide-ide
keagamaan, adat-istiadat dan sopan santun tradisional masih sangat kuat.
Tetapi
sekali terjadi pergeseran umum dalam struktur masyarakat, maka banyak orang
yang melepaskan cita-cita sosial dan politik, cita-cita keagamaan, kebiasaan
rekreasi dan ambisi pribadi yang tertanam di dalam perasaan mereka
masing-masing. Sebagai akibatnya, terdapat sejumlah kekuatan psikis yang
terlantar yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan-tujuan baru.
Penciptaan
agama baru yang hanya dimungkinkan dalam situasi dimana suatu generasi baru
telah melepaskan ikatan emosionalnya yang lama dan jika kelompok pemimpinnya
menyadari bahwa mereka harus menciptakan fiksasi perasaan bersama yang baru
yang dapat dipertalikan dengan loyalitas menuju tatanan sosial baru. Fiksasi
libido dalam periode revolusi atau dalam masa-masa reformasi sosial biasanya
dihasilkan oleh proses demikian itu.
Makna
sosiologis dari pemindahan libido ini harus diakui sangat penting karena sama
caranya dengan pemindahan motif-motif individual dari obyek keluarga kepada
obyek publik yang merupakan bentuk normal dari perkembangan individual. Dengan
demikian, perasaan-perasaan kebanggaan dari kesetiaan yang dirasakan sseseorang
anak terhadap orangtuanya kemudian dapat dialihkan kepada tokoh pemimpin rakyat
atau kepada tanah air. Sebaliknya rasa kebencian terhadap seorang atau terhadap
kedua orangtuanya sebelumnya, mungkin kemudian dapat dibelokkan kearah
penentangan terhadapa kekuasaan raja, kelas kapitalis, atau terhadap penguasa
lain. Seperti dikemukakan Lasswell, seorang dewasa yang merasa bahwa ia tidak
dapat lagi mencintai ‘umat manusia ‘ ini. Ia tak dapat mencintai Tuhan namun ia
dapat mencintai bangsanya. Atau ia mungkin merasa tak mampu mencintai tanah
airnya dan malahan menjadikan kelasnya atau partainya sebagai obyek kecintaan
dan pemujaan.
Persoalan
yang timbul disini ialah apakah dan seberapa jauh psikologi bermanfaat dalam
analisa politik. Menurut saya analisa politik tanpa bantuan psikologi sendiri
sebenarnya tidak mencukupi karena ia mengandung keterbatasan yang sangat
penting. Psikologi cenderung memotong faktor-faktor sosial seperti perkembangan
institusi dan mengabaikan pengaruh tekanan ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan
serta pengaruh yang timbul dari strategi dan faktor-faktor militer yang
diperlihatkan dalam suatu masyarakat.
7. SOSIOLOGI TENTANG TIPE PERILAKU
i. Sikap dan Keinginan.
Sedemikian
jauh telah dibicarakan tentang proses yang paling mendasar yang menyatukan,
melarutkan, menyatukan kembali, menetapkan, dan memindahkan kekuatan psikis
yang bersifat libido.
Perkembangan
ini termasuk ke dalam bahasan sosiologi umum (sistematika sosiologi) karena
setiap masyarakat baik yang paling primitif maupun yang paling maju atau yang
paling rumit susunannya didasarkan atas mekanisme ini. Sebaliknya
sosiologi historis mempelajari bentuk-bentuk yang lebih individual
dari penetapan dan pemindahan libido seperti: sifat dari perasaan kekeluargaan
dalam periode historis tertentu atau tentang perasaan konsep kasih-sayang dalam
periode kekesatriaan atau tentang perasaan nasionalisme diantara kelompok-kelompok
sosial yang terdapat didalam suatu negara seperti Jerman misalnya atau tentang
sejarah pemindahan libido di dalam kehidupan kelompok yang berbeda.
Diantara
kedua tingkat sosiologi ini, yakni antara sistematika sosiologidan sosiologi
historis, terdapat suatu tingkat perantara. Dalam tingkat perantara ini kita
mempelajari tipe-tipe umum tertentu dengan cukup nyata menandai keseluruhan
tipe mental dan yang mungkin kita untuk menerapkan pernyataan umum di dalam
lingkungan historis yang lebih konkrit. Contoh analisa seperti itu,
disumbangkan oleh W.I. Thomas seorang sosiolog dan ahli psikologi sosial
Amerika yang menyusun tipe-tipe kelompok dan menyebutnya dengan’empat
keinginan’. Thomas mengakui bahwa jika kita mencoba menganalisa sekelompok
orang tertentu dan kita ingin menguraikan tidak hanya sekedar aktivitas mereka
dan penyesuaian tujuan bersama mereka, tetapi juga perubahan kehidupan batin,
(inner life) mereke, sikap, keinginan dan perasaan mereka, maka kita
membutuhkan suatu klasifikasi mana sebagian besar orang dapat disesuaikan. Ini
berarti bahwa klasifikasi itu dapat menampung secara utuh satu tipe – yang mana
ini jarang terjadi- atau klasifikasi itu menggambarkan suatu campuran dari dua
atau lebih tipe-tipe. Thomas mengakui bahwa keinginan-keinginan manusia
mempunyai perbedaan bentuk yang sangat besar tetapi menurutnya pula, keinginan
yang berbeda-beda itu dapat di klasifikasikan menjadi empat tipe dengan
beberapa keuntungan. Masing-masing tipe adalah sebagai berikut:
ร Keinginan
untuk memperoleh pengalaman baru
ร Keinginan
untuk memperoleh keamanan
ร Keinginan
untuk memperoleh tanggapan
ร Keinginan
untuk memperoleh penghargaan.
Thomas mengira dan saya pun sependapat bahwa kompleks sikap
berasal dari kecenderungan mendasar, rangsangan atau apa yang disebut dengan
naluriah. Thomas mencoba meredusir keempat tipe keinginan tersebut menjadi pola
sikap yang paling mendasar yang telah dapat ditemukan pada kehidupan bayi dan
pada tingkat primitif dari evolusi sosial. Kiranya ada baiknya direkapitulasi
di sini, baik uraiannya tentang keinginan-keinginan fundamental maupun upayanya
dalam meredusir keinginan-keinginan manusia itu menjadi keinginan yang lebih
sederhana.
ร Keinginan
Untuk Memperoleh Pengalaman Baru
Seluruh pengalaman yang lazim dikejar seperti terbang,
menangkap, meloloskan diri dari pengejaran atau dari kematian adalah pengalaman
yang menarik dan mengasyikkan. Thomas membicarakan tentang pengalaman disini
yang menandai kehidupan manusia yang lebih kuno. Ada suatu informasi yamg
lambat dari pola yang asli dan sederhana ke pola yang disublimasikan secara
lengkap dan ruwet. Sekarangpun kita masih dapat mengenal sesuatu yang disebut:
‘pola pemburuan ‘kepentingan’. Petualangan merupakan perubahan utama dari pola
ini. Sensasi yang diberitaakan di dalam koran merupakan jenis lain dari
transformasi itu. Kegiatan individual seperti yang diberitakan dikoran itu dan
pengalaman seperti ketika bercumbu-cumbuan juga merupakan suatu elemen yang
dikejar. Dalaam setiap penemuan ilmiah yang murni juga terdapat pola pemburuan
terhadap pekerjaan dan praktek yang sama juga terjadi dalam penyelesaian
teka-teki atau suatu masalah.
ร Keinginan
Untuk Memperoleh Keamanan
Keinginan ini terutama didasarkan atas rasa takut yang
bergandengan dengan kemungkinan timbulnya penderitaan pisik atau kematian, daan
mengekspresikan dirinya sendiri dalam perasaan takut dan melarikan diri.
Individu yang mendominasi oleh keinginan untuk memperoleh keamanan biasanya
sangat berhati-hati dan konservatif, cenderung kepada kebiasaan yaang teratur,
bekerja secara sistematis dan suka mengumpulkan kekayaan. Polaritas sosial
antara pemberontakan dan orang yang tradisional berkaitan erat dengan ke dua
tipe pertama keinginan tersebut diatas.
ร Keingin
Untuk Memperoleh Tanggapan
Keinginan ini di kembangkan dari kecenderungan untuk
mencintai, mencari dan memberi tanda-tanda apresiasi. Kecenderungan ini
terlihat dalam kesayangan seorang ibu terhadap anaknya dan dalam tanggapan
seorang anak terhadap kasih-sayang ibunya. Namun keinginan ini juga bekerja
pada derajat yang lain dalam keinginan untuk mendapatkan tanggapan dari lawan
jenis. Masa bercumbu-cumbuan yang penuh gairah misalnya penuh dengan
janji-janji muluk dan daya tarik demi untuk mendapatkan tanggapan yang serupa
itu pula kembali. Kecemburuan adalah suatu ekspresi dari rasa takut, dalam hal
mana tanggapan ditujukan kepada orang lain. Tetapi sukse-sukses kemasyarakatan
sering mengurangi keinginan untuk memenuhi tanggapan secara personal.
ร Keinginan
Untuk Memperoleh Penghargaan
Keinginan ini diekspresikan dalam perjuangan perseorangan
untuk memperoleh posisi atau pengaruh dan prestisedalam kelompok sosial mereka
sendiri. Ini kita namakan keinginan untuk memperoleh status sosial. Contoh
nyatanya ditemuukan dalam kasus politisi atau kapten industri yang berjuang
untuk memperoleh sukses. Seorang laki-laki atau wanita, mungkin memancing
tanggapan dan memperoleh perhatian atau penghargaan melalui tindakan
berpura-pura sakit. Sedangkan orang lainnya mungkin memperoleh penghargaan
dengan menampilkan sikap dan tindakan yang berpura-pura atau dengan kerendahan
hati yang sungguh-sungguh, dengan mengorbankan kepentingan dirinya sendiri,
dengan kesholehan dan dengan mati syahid. Tendensi serupa itu mungkin
bermanfaat secara kemasyarakatan dalam satu hal tertentu dan berbahaya dalam
hal yang lain. Motif-motif yang berkaitan dengan suatu daya tarik untuk
memperoleh pengahargaan melalui sikap yang mementingkan diri sendiri dan
kesukaan memamerkan disebut: sombongsedangkan aktivitas kreatif
yang berkaitan dengan keinginan yang serupa disebut: ambisi.
Kita
boleh menggeser dari satu kategori ke kategori yang lain dan menemukan obyek
baru untuk kategori yang sama. Terakhir, keinginan-keinginan yang berbeda
mungkin dapat di gabungkan ke dalam kepribadian seorang individu.
Seorang
imigran ke Amerika misalnya mungkin sekali ingin melihat dunia baru, untuk
mencari keuntungan, untuk mencari taraf hidup yang tinggi atau untuk memenuhi
sejumlah keinginan yang lain yang tercakup dalam keempat tipe keinginan
tersebut diatas.
Wataak
dapat dipandang sebagai suatu ekspresi dari kesatuan keinginan-keinginan dasar
yang dihasilkan dari saling pengaruh-mempengaruhi antara temperamen dan
pengalaman. Keinginan adalah titik tolak dari aktivitas dan tekanan-tekanan
terhadapnya dpat mempengaruhi perilaku manusia.
ii. Kepentingan
Sedemikian
jauh kita telah menganggap penting unsur-unsur yang tidak disadari dan yang
irrasional dari kehidupan manusia. Meskipun kehidupan sosial tanpa terelakkan
dibimbing sedemikian luasnya oleh faktor-faktor ketidaaksadaran dan emosi,
namun adalah suatu kekeliruan besar bila diabaikan peranan yang dimainkan oleh
kepentingan rasional.
Kita
akan membedakan dua ide tentang ‘kepentingan’. Pertama, kepentingan dalam arti
luas. Contohnya seperti: yang berkepentingan atau berminat terhadap rakyat,
terhadap kesenian, atau terhadap filsafat. Kepentingan demikian ini adalah
murni dalam pengertian psikologi. Kedua, di sebut kepentingan rasional.
Kepentingan
dalam arti luas adalah pasangan dari sikap. Menurut MacIver, sikap adalah
keadaan berpikir secara subyektif, mencakup kecenderungan bertindak menurut
cara-cara yang khas, kapan saja suatu stimuli timbul. Sikap seperti itu misalnya
sikap cemburu, iri-hati, benci, jijik, pemujaan, keyakinan atau ketidakyakinan.
Seluruh sikap secara tak langsung menyatakan obyek tertentu, ke arah mana sikap
itu di tujukan, tetapi obyek ini menyatakan keadaan pikiran, bukan obyek
seperti yang ditunjukkan dengan istilah ‘sikap’/
Sebaliknya,
jika kita mengalihkan perhatian kita dari subyek kepada obyek, maka kita akan
berbicara tentang obyek dari kepentingan. Seorang politisi misalnya, adalah
obyek kepentingan dari banyak orang walaupun sikap orang itu terhadapnya
mungkin sangat berbeda-beda.
Kita
dapat memulai dengan mengingat suatu obyek kepentingan dari sudut pandangan
elemen subyektif. Sekali kepentingan saya dipusatkan kepada obyek itu maka
hubungan obyektif antara obyek itu dengan saya mejadi semakin penting. Dalam
arti luas ini kita dapat membicarakan tentang kepentingan terhadap obyek
kultural seperti terhadap filsafat. Dalam hal ini kepentingan berarti suatu
obyek yang mendapatkan perhatian kita.
Dari
kepentingan dalam arti ‘saya berminat terhadap sesuatu’, maka kita harus
membedakannya dari kepentingan yang mempunyai implikasi khusus terhadap
keuntungan personal yang kadang-kadang kita sebut ‘kepentingan sendiri’.
Sebagai contohnya, saya mungkin menginginkan untuk mencapai sejumlah terbesar
kemungkinan dalam bidang kekuasaan, prestise atau keuntungan ekonomi. Keinginan
utama untuk memperoleh keuntungan, mendorong saya untuk melakukan kegiatan. Ini
berarti bahwa kepentingan memaksa saya untuk mengorganisir tingakah laku saya
untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam hal ini kita berbicara tentang makna
kedua dari kepentingan yang kita bicarakan, yakni kepentingan rasional.
Kepentingan rasional ini secara tak langsung enyatakan adanya perhitungan dan
perjuangan untuk mencapai tujuan tertentu itu, dan bentuk-bentuk yang kompleks
dari penyesuaian diri, karena perhitungan secara tak langsung berarti memilih
cara-cara yang paling efektif dan jalan yang paling singkat untuk mencapai
tujuan itu serta dengan upaya ekonomi yang paling besar. Ini secara tak
langsung menyatakan pula adanya suatu kontrol positif terhadap sumber daya dan
dana yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu; kontrol positif terhadap
pemilihan alat-alat dan cara-cara untuk memuaskan keinginan-keinginan dan
melatih kekuatan berpikir terutama inisiatif serta mencerminkan kebutuhan
terhadap kehati-hatian dan kebijaksanaan melihat jauh ke depan.
Sebagai
contoh, sementara kelompok berdasarkan atas hubungan darah (keluarga atau suku)
maka individu demikian kuatnya dibatasi oleh keluarganya atau oleh sukunya
sehingga individu itu tak mampu membebaskan diri dari peraturan bersama dan
tabu. Dalam kasus ini individu tak dapat mengarahkan aktivitasnya menurut
kepentingan dirinya sendiri, tetapi menurut interpretasi kelompok terhadap
situasi, kecuali jika individu itu mencapai kepentingan persoalannya didalam
kerangka kepentingan kelompoknya itu. Tradisi sangat menetukan dala situasi
seperti itu, sebagai mana ditunjukkan oleh Malinowski dalam penelitiannya
terhadap kehidupan ekonomi penduduk di Kepulauan Koral, dimana harga tidak
mengikuti hukum permintaan dan penawaran, melainkan menurut tradisi.
Jika
saya sedang berjuang untuk mencapai sesuatu yang baik, dimana orang lain juga
ingin mencapainya, masing-masing untuk dirinya sendiri, maka kita berbicara
tentang kepentingan yang sama (like interest). Jika dua orang
atau lebih mengejar suatu tujuan yang mana masing-masing orang tetap merupakan
unit-unit dari kesemuanya dan mereka menyadari sebagai suatu keseluruhan, maka
kita berbicara tentang kepentingan bersama (commo interest).
Kepentingan yang sama mendorong terjadinya kompetisi untuk mendapatkan barang
sesuatu yang sama, sedangkan kepentingan bersama mendorong terciptanya
kerjasama. Satu masalah terpenting dalam menciptakan keharmonisan masyarakat
ialah bagaimana mengubah kepentingan yang sama menjadi kepentingan bersama,
bagaimana mengubah kompetisi menjadi kooperasi atau kerjasama. Masalah ini
menyangkut bimbingan terhadap pemindahan libido.
Perbedaan
penting lainnya ialah antara kepentingan jangka panjang dan jangka pendek. Jika
seseorang mempunyai kebiasaan mengubah-ubah keinginan dan keppentingan maka ia
takkan mampu mengorganisir perilakunya sejalan dengan tujuan jangka panjang.
Contoh perilaku serupa itu ditunjukkan oleh kemanjaan seorang anak yang selalu
menuntut dan menerima pemenuhan keinginannya dalam waktu singkat atau seseorang
pengembara yang tidak mempunyai tujuan yang jelas dalam hidupnya. Satu syarat
terpenting untuk pertumbuhan aktivitas yang terorganisir dan syarat terpenting
untuk semua epentingan-kepentingan jangka panjang, dan kekayaan pribadi telah
menjadi kekuatan yang sangat berarti sepanjang sejarah dalam menciptakan
kepentingan jangka panjang bagi individu. Setiap sistem produksi yang kompleks
atau organisasi sosial yang kompleks, memerlukan aktivitas jangka panjang dan
bagi kelompok pemimpin aktivitas itu kebanyakan diciptakan melaui kekayaan
pribadi. Tetapi aktivitas jangka panjang itu juga dapat diciptakan dengan
mengorganisir kepentingan bersama yang didasarkan atas kesadaran terhadap
kekayaan bersama atau dengan mengutamakan hasil usaha bersama yang terbesar.
Contohnya dapat ditemukan dalam sikap kesetiaan terhadap hukum atau terhadap
cita-cita ideal di Inggris yang terlihat di kalangan tentara, olahragawan,
pegawai pemerintah, dan juga terlihat di Uni Soviet dalam kesuksesan apa yang
disebut ‘kompetisi sosialis’. Pemaksaan mendatangkan akibat-akibat buruk, dan
perbudakan adalah paling menyedihkan. Kekayaan pribadi dan usaha yang
didasarkan atas intensif berupa penghargaan atau keuntungan, memberikan hasil
yang jauh lebih baik.
Kekayaan
pribadi, menekankan kepada perhitungan jangka panjang dan pada
gilirannya mengorganisir perilku individu. Wujud yang tepat dari kepentingan
dan pengorganisasian perilaku, berbeda-beda menurut jenis kekayaan
yang dimiliki. Kepentingan terhadap tanah sebagai contoh, menciptakan fiksasi
libido yang jauh lebih besar terhadap obyek yang konkrit dibandingkan dengan kepentingan
terhadap uang yang menciptakan suatu tipe abstrak fiksasi libido. Kepentingan
terhadap tanah sebaliknya mendorong munculnya perasaan kemengangan hidup dari
kesuburan tanah melalui perjuangan pribadi dan melalui pemahaman terhadap bumi
dan penduduk yang mengolahnya.
Penciptaan
perilaku yang tidak disenangi dalam masyarakat adalah masalah yang amat penting
yang akan merepotkan kita terus-menerus. Ini dirangsang oleh kenyataan bahwa
terdapat suatu mata rantai yang panjang yang menghubungkan antara langkah
pertama dan yang terakhir dari aktivitas kita. Orang yang termasuk anggota
partai sosialis misalnya, mungkin tidak pernah mempunyai kesempaatan untuk
melihat atau memahami tujuan-tujuan dari gerakan yang mana ia termasuk
salah seoraang diantara yang ingin mencapainya selama hayatnya. Dengan demikian
bukan hanya kekayaan pribadi, tetapi setiap jenis kerjasama dan pembagian kerja
meningkatkan kesempatan bagi perilaku yang abstrak, mengembangkan kapasitas
untuk memperpanjang ketegaangan antara keinginan-keinginan dan pemenuhannya.
Integrasi
sosial dari keinginan dan sikap sangat besar perbedaannya daripada
pengintegrasian kepentingan. Pengintegrasian kepentingan itu sebgaian besar
terbentuk melalui kompromi, yang berarti bahwa orang yang mempunyai kepentingan
yang serupa misalnya yang berkompetisi untuk mendapatkan suatu keuntungan,
melepaskan sebagian dari keuntungan mereka atas dasar persetujuan rasional.
Keseluruhan pertukaran secara barter dilakukan dalam suatu penolakan terhadap
keuntungan yang diharaapkan dalam setiap jenis perserikatan adalah merupakan
hasil dari pengintegrasian kepentingan.
Pengintegrasian
sikap sebaliknya terbentuk atas dasar identifikasi secara langsung. Ini berarti
bahwa kita mengidentifikasikan diri kita sendiri dengan anggota lainnya dari
komunitas dan juga antara komunitas yang satu dengan yang lain. Masyarakat
modern membentuk kepentingan jangka panjang, cenderung menekan elemen libido
dari bidang kegiatan publik dan dari pekerjaan, dan ini mungkin merupakan suatu
handikap yang serius dalam aktivitas sosial tertentu dan dalam situasi sosial
tertentu.
BAGIAN KEDUA
PROSES-PROSES SOSIAL YANG PALING MENDASAR
BAB III
KONTAK SOSIAL DAN JARAK SOSIAL
Kini
kita tidak lagi membicarakan perlengkapan psikologis dari kehidupan individual
tetapi memusatkan perhatian terhadap proses-proses sosial yang mendasar, yyang
serta merta mempegaruhi perkembangannya. Di sini hanya akan dibahas sedikit
saja dari proses sosial yang mendasar itu, namun demikian pentingnya sehingga
tak ada kehidupan individual dan kehidupan sosial yaang dapat dijelaskan dengan
sempurna tanpa pengetahuan yang mendasar itu. Proses yang dimaksud, sebagai
contohnya ialah kontak sosial, dan isolasi sosial.
Sosiolog
yang hanya lebih mengutamakan mempelajari fenomena yang disebut ‘masyarakat
luas’ (Great Society) seperti mobilitas sosial, stratifikasi sosial, dan
pranata sosial, tanpa mwnghubungkan studinya dengan penyelidikan yang cermat
terhadap proses sosial yang mendasar ini kemungkinan besar belum dapat
menampilkan suatu analisa setepatnya bagaimana mestinya.
1. KONTAK PRIMER DAAN KONTAK SEKUNDER
Kita
mesti membedakan dua jenis kontak sosial. Pertama, kontak primer, yakni kontak
yang dikembangkan secara intim dan mendalam berupa pergaulan tatap muka di mana
hubungan secara visual dan perasaan-perasaan yang berhubungan dengan
pendengaran senantiasa digunakan. Kedua, kontak sekunder, yakni kontak yang
ditandai oleh pengaruh keadaan luar dan jarak yang lebih besar. Orang yang
secara mental terbentuk oleh kontak primer, dan oleh ide-ide primer,
mengembangkan ciri-ciri yang berbeda daripada mereka yang di bentuk oleh kontak
sekunder. Sekedar contoh, dapat dibandingkan antara seorang wanita yang fungsi
utamanya sebagai nyonya rumah tangga dan sebagai seorang ibu dengan seorang
manajer pabrik atau dengan seorang politisi. Sudah tentu terdapat hubungan
antara ciri-ciri kepcribadian yang dikembangkan melaui kontak primer dan kontak
sekunder. Keinginan untuk menghargai publik selalu terjadi sebagai pemindahan
faktor psikologis, sekurang-kurangnya sebagian, sebagai pengganti keterbatasan
keintiman dari tanggapan yang dialami ditengah-tengah kehidupan keluarga.
Jelas
kiranya bahwa kawasan tempat berlangsungnya kontak sekunder yang sebenarnya
adalah dalam kehidupan kekotaan. Revolusi industri yang melahirkan kota-kota
dan yang memecah kehidupan sosial seperti kehidupan masyarakat desa menjadi
unit-unit kecil, merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan
sebagian besar antar hubungan yang bersifat abstrak dan impersonal. Kontak
sekunder, dengan demikian mendorong terciptanya sikap-sikap yang abstrak.
Kontak sekunder ini juga memungkinkan kita untuk membandingkan kepentingan
jangka panjang dan yang penuh perhitungan, karena kecenderungan-kecenderungan
dapat diperkirakan dan disusun, demikian pula sistem kontrol yang baru terhadap
publik dapat diperbuat dan dipergunakan dengan menekankan kepada segi-segi
perbedaan peranan yang dimainkan mereka seperti membedakan mereka selaku
pembayaran pajak atau selaku buruh atau majikan. Situasi hubungan tatap muka,
yang menandai kontak primer, dewasa inipun telah mengalami perubahan.
2. KONTAK BERDASARKAN SIMPATI DAN
BERDASARKAN KATEGORIS
Klasifikasi
lain dari kontak sosial, dapat pula dibuat atas dasar sudut pandangan
psikologis dan sosiologis. Orang yang tidak termasuk ke dalam kelompok kita
sendiri, tidak termasuk ke dalam bidang kontak primer kita. Kita tidak
menganggap mereka sebagai anggota kelompok kita yang sesungguhnya tetapi kita
membuat penggolongan atau kategori terhadap mereka. Ini berarti bahwa kita
mengklasifikasikan mereka dalam pengertian perbedaan derajat simpati atau
antipati terhadap mereka. Di sini kita berhadapan dengan dasar atau asal mula
dari prasangka. Perasaan simpati berhubungan dengan perbedaan kategori dan
kelompok-kelompok menciptakan apa yang dapat kita klasifikasikan misalnya
sebagai: ‘orang negro’, ‘orang Jerma’, ‘orang Yahudi’, ‘orang asing’, ‘orang
luar’, ‘mereka’, dan sebagainya.
Fase
permulaan proses kategori ini terdapat pada jenis primitif dari penyesuaian
diri. Kita mulai dengan menunjukkan atau menentukan kelompok kita sendiri
dengan tanda-tanda yang baik, disebabkan karena kita tidak mampu menghadapi
setiap obyek yang kontak dengan kita, maka kita membedakan dan
memisah-misahkannya. Selanjutnya jika kita pertama kali bertemu dengan seorang
manusia yang belum kita kenal, biasanya kita merasakan suatu perasaan simpati
atau antipati secara tiba-tiba. Ini jelas adalah suatu interpretasi dari
sikap-demikian pula lazimnya dalam dunia binatang-dimana simpati dan antipati
adalah sejenis alat untuk menseleksi pengalaman-pengalaman yang tepat.
Pengertian kita, dalam sebagian besar kasus adalah ditentukan oleh gagasan dan
prasangka yang kita miliki. Dasar alamiah dari prasangka adalah suatu
kecenderungan untuk mencocokkan pengalaman-pengalaman baru ke dalam kategori
yang lama dengan mempergunakan generalisasi yang mula-mula untuk menanggulangi
pengalaman baru itu. Setiap pengalaman yang nyata, didasarkan atas kontak yang
dekat dan langsung atau primer. Pengertian atau pemahaman, adalah suatu pertarungan
antara penyesuaian diri segera terhadap versi baru dari pengalaman dan
kecenderungan terhadap prasangka. Orang yang selalu bergerak secara sosial dan
secara geografis ( mobilitas vertikal dan horizontal), lebih kritis dan lebih
tidak memihak dalam menilai orang lain, dan dengan demikian kurang berprasangka
karena pengalamannya itu di pergunakannya untuk berhubungan dengan
bermaca-macam orang lain. Seperti kita ketahui, orang yang berurat berakar di
satu tempat tertentu saja, lebih tinggi derajat prasangkanya dibandingkan
dengan orang yang banyak bergerak tersebut diatas. Orang yang banyak bergerak
(mobile) dapat lebih mudah beralih dari pengalaman-pengalaman kategori kepada
pengalaman-pengalaman spesifik. Kesan atau impresi penting pertama yang kita peroleh
dari kehidupan kota besar itu bereaksi terhadap kesadaran diri sendiri dan
terhadap penilaian diri sendiri. Kesadaran diri sendiri penduduk kota besar
tidak stabil dan tidak kaku. Sedangkan dalam kehidupan masyarakat desa,
prestise atau gengsi didasarkan atas siapa orang tua kita, dari keluarga mana
kita berasal, daan dimana posisi kita dalam komunitas desa itu. Dalam kehidupan
kota besar, prestise sebagian besar didasarkan atas hasil usaha (achievement)
personal. Sebagai akibatnya penduduk kota besar selalu lebih mengisolasi
dirinya dan penilaian terhadap dirinya sendiri di-internalisasikan.
Akibat
dari kenyataan serupa ialah fleksibelitas, tetapi juga ketidak-stabilan,
ketidak-sungguhan, dan skeptisme yang terdapat dalam watak penduduk kota besar.
Selanjutnya individu yang relatif anonim sifatnya dalam kehidupan kota besar,
memperluas lingkungan kehidupan sehingga memungkinka kita untuk memindahkan
sebagian tanggungjawab kita kepada orang lain atau kepada institusi lain.
Sebagai akibatnya, orang kian lama kian menjadi penonton saja terhadap situasi
yang ada.
Dalam
hubungan persahabatan sejati, unsur penggolong-golongan yang terdapat dalam
kontal personal, tidak muncul. Persahabatan sejati ini didasarkan atas hubungan
simpati yang berarti suatu keinginan untuk mengidentifikasikan kepentingan.
Ungkapan ‘kita’ secara tak langsung menyatakan adanya saling
mengidentifikasikan diri masing-masing dan difusi kepribadian. Ungkapan
‘tetangga kita’ dalam pengertian tertentu, pada dasarnya berarti kita sendiri.
Semakin individualis seseorang, semakin sukar baginya untuk berusaha
mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain. Malahan, perasaan yang mendua
atau bercabang biasanya muncul ditengah-tengah pengidentifikasian diri, dan
masing-masing cabang perasaan itu besar perbedaannya. Persahabatan dan
perkawinan, adalah dua jenis antara hubungan yang sedikit banyak berhasil
menyalurkan atau menyatukan perasaan yang bercabang itu.
Tempat
pengalaman yang paling awal dari kesatuan sosial dan identifikasi, terdapat
pada kelompok primer atau kelompok tatap muka seperti keluarga, kelompok teman
sepermainan, hubungan tetangga, klub, masyarakat faternal atau sekolah.
Perasaan cinta, kepahlawanan dan keberanian, begitu juga mabisi, kesombongan
dan dendam kesumat, kesemuanya dibentuk di dalam kelompok primer. Menurut C.H.
Cooley, perasaan cinta kemerdekaan dan keadilan yang merupakan cita-cita
primer yang mendasari ajaran kristen demokrasi dan sosialisme, ketiganya
didasarkan atas ide-ide dari kelompok primer.
Kontak
di dalam dan di luar kehidupan kelompok, telah dianalisa oleh sosiolog seperti
Sumner, Cooley, dan Burgess. Menurut mereka, hubungan simpati internal yang
egotisme kelompok menghasilkan dua standar perasaan yang berbeda. Di satu
pihak, kemauan baik, kerjasama, dan saling percaya di antara sesama anggota
kelompok sendiri. Di lain pihak, perasaan bermusuhan dan kecurigaan
terhadapanggota kelompok lain. Hubungan persaudaraan di kalangan anggota
kelompok sendiri dan perasaan bermusuhan terhadap anggota kelompok lain atau
terhadap ‘out-group’ adalah dua hal yang saling berhubungan. Perlawanan dan
permusuhan yang gawat terhadap orang asing atau terhadap kelompok lain,
memperkuat solidaritas di kalangan sesama anggota kelompok sendiri sehingga
perselisihan yang terjadi di kalangan internal kelompok sendiri, tidak dapat
melemahkan permusuhan itu.
Etnosentrisme
adalah istilah teknis yang dipakai untuk mengungkap sikap serupa itu. Bagi
anggotanya, kelompok sendiri adalah segala-galanya. Setiap kelompok
etnosentrisme memelihara dan mempertahankan rasa harga diri, kesetiaan,
kesombongan, dan perasaan superioritas yang dimilikinya sendiri,
mengagung-agungkan Tuhan-nya sendiri serta memandang dengan perasaan jijikdan
mencela terhadap segala sesuatu yang dimiliki kelompok lain. Kejijikan itu
diekspresikan dengan memakai kata-kata yang menghina, dengan menyebut dan
menandai kelompok lain itu sebagai ‘pemakan babi’, ‘tak bersunat’, pemakan
lembu’, daan sebagainya. Apa yang mendasari penilaian demikian itu, mungkin
dapat kita sebut dengan istilah ‘moralitas kafir’. Atas dasar mengkafirkan
kelompok lain nasionalisme, juga didasarkan atas sikap prasangka dan moralitas
kafir demikian itu.
3. JARAK SOSIAL
Dalam
setiap kontak sosial, secara tak langsung menyatakan suatu jarak sosial. Jarak
sosial itu mungkin berati jarak eksternal atau jarak internal atau jarak
mental. Seluruh jenis dan aneka ragam kehidupan sosial dan kultural tak kan
dapat dijelaskan dengan memadai tanpa mengkategorikan jarak sosial. Tanpa jarak
sosial, takkan ada obyek dan takkan ada kehidupan sosial itu sendiri.
Pengambilan jarak, pada waktu bersamaan adalah salah satu dari pada perilaku
yang penting untuk mempertahankan dan untuk melanjutkan otoritas peradaban
manusia. Demokrasi mengurangi jarak sosial. Prestise-prestise komandan
ketentaraan misalnya sebagian besar adalah persoalan jarak sosial. Secara
harfiah jarak sosial berarti mengubah barang sesuatu menjadi terpencil,
memindahkan suatu obyek yang dekat kepada suatu posisi yang jauh dari titik
semula. Perkataan ‘jarak’ berasal dari pengalaman langsung kita terhadap ruang.
Anehnya ialah bahwa pengalaman mngenai ruang juga menyediakan pola bagi
pengalaman mental. Behawa seseorang berada pada jarak 5 meter dari saya
misalnya, adalah suatu pengalaman tentang ruang; tetapi jika saya mengatakan
bahwa seseorang mempunyai jarak sosial dari saya, maka ini berarti bahwa saya
mempunyai status sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah dari
orang yang bersangkutan. Ada persamaan tertentu antara kedua jenis jarak ini
meskipun keduanya tidaklah identik. Ahli sosiologi berbicara tentang penciptaan
jarak buatan. Lalu apa gerangan yang dimaksudkannya? Jarak mengenai ruang, yang
dapat diukur dengan mudah dalam arti pisik adalah dapat diubah melalui suatu
tindakan dengan sengaja oleh manusia, menjadi barang sesuatu yang dapat disebut
jarak mental. Pengurangan identifikasi termasuk ke dalam penciptaan jarak
mental ini. Bergerak dari tindakan-tindakan yang intim dan simpatik menuju
pengasingan diri tanpa perlu menerapkan tingkah laku yang menggolong-golongkan
atau yang bersifat menyerang.
Baiklah
saya berikan contoh di sini di lapangan yang murni pengalaman yang berhubungan
dengan panca-indera tentang bagaimana proses yang fundamental dari pengambilan
jarak itu dapat di selidiki. Seorang pelaut dalam pelayarannya menuju
pelabuhan, mungkin pertama kali menyenagi pemandangan yang jelas terhadap kota
pelabuhan yang terletak di depannya di kejauhan. Tiba-tiba keseluruhan
penglihatannya berubah menjadi jauh disebabkan karena adanya kabut. Sebenarnya
kota pelabuhan itu tidaak lebih jauh dari pada jarak sebelumnya tetapi kabut
telah menciptakan suatu kepalsuan ilusi, seakan-akan kota pelabuhan itu
sedemikian jauhnya dalam penglihatan pelaut itu. Dalam contoh ini, jarak
bukanlah di ciptakan oleh subyek, melainkan oleh halimum atau kabut.
Keseluruhan jarak mentaal yang akan kita bicarakan berikut ini berasal dari
spontanitas subyek; yang dalam kenyataannya kesemuanya diciptakan oleh subyek.
Evolusi
jarak mental dari jarak ruang dapat ditunjukkan dengan jelas dalam kasus
ketakutan. Kenyataan, jarak yang disebabkan karena rasa takut adalah jarak yang
paling sederhana. Jika saya tetap mempertahankan jarak ruang antara saya dengan
orang lain yang lebih kuat dari saya, maka dalam jarak ruang antara kami ini,
berisi jarak mental dari rasa takut itu. Binatang yang dikurung, dalam situasi
tertentu masing-masing memelihara jarak ruang terhadap yang relatif lebig kuat
secara proporsional. Makin pengecut binatang itu, makin jauh jarak ruang yang
diambilnya terhadap binatang yang ditakutinya.
Schjelderup
Ebbe yang melakukan penyelidikan yang cermat, menyatakan adanya suatu hierarki
yang teratur di kalangan kehidupan sosial binatang seperti di kalangan ayang
betina, ayam jantan, dan anak ayam. Ebbe meneliti kehidupan ayam itu dalam
kelompok yang terdiri atas 2-25 ekor dan kemudian terhadap kelompok yang
terdiri atas 25-100 ekor. Menurutnya hal pertama yang dikemukakannya ialah
bahwa selama mencari makan, selama memakan/makanan di pot makanan atau pergi
bertengger untuk beristirahat atau pergi kesarang , ayam jantan melihatkan
untuk bertelur, ayam jantan memperlihatkan suatu keteraturan yang pasti. Ayam
yang terkuat atau paling jagoan, selalu yang mula-mula sekali datang ke
tempat-tempat tersebut baru kemudian disusul oleh ayam yang lain menurut urutan
tingkat keberaniannya terhaadap sesamanya. Seluruh tempat tersebut selalu
diambil oleh ayam yang terkuat itu lebih dulu. Persoalan yang timbul ialah:
bagaimana aturan itu dibentuk.? Penelitian menunjukkan bahwa aturan itu
dibentuk melaui pertarungan antara sesamanya. Jika dua anak ayam bertemu maka
pertama kali yang dilakukannya adalah membuat tingkatan sosial diantara mereka
melalui pertarungan. Anak ayam yang lari pertama kali, akan menjadi taklukan
untuk selama-lamanya. Dengan demikian, suatu urutan lengkap dapat disusun
menurut hasil pertarungan itu dan terlihat pula bahwa hierarki ini
dipertahankan dengan keras oleh ayam itu. Penelitian ini juga menemukan bahwa
tingkatan yang teratur ini tidak mengikuti dengan keras perbedaan dalam segi
kekuatan fisik tetapi mengikuti apa yang disebut superioritas psikolgi, di mana
aspek keberanian sangat besar peranannya. Tetapi adalah suatu kenyataan pula
bahwa ketakutan selalu memainkan peranan pula.
Penyelidikan
berikutnya mempelajari tingkahlaku khas dari ayam-ayam yang paling jagoan dan
ayam yang ditaklukkannya. Terlihat adanya aturan umum bahwa ayam yang berada di
puncak hierarki, dalam arti yang terkuat, lebih penuh dengan kebajikan
debandingkan dengan ayam yang yang berada di tingkat menengah. Terlihat bahwa
sekali jagoan itu mencapai tingkat jagoan dalam arti mengalahkan semua ayam
lainnya, maka ia tak perlu lagi berkelahi untuk mempertahankan posisi jagoan
itu. Dia menjadi jagoan untuk selamanya. Jarak psikologis telah terbentuk dan
berlangsung secara stabil. Tetapi ayam berada di tingkat menengah hierarki,
sangat agresif karena mereka khawatir dalam mepertahankan posisinya yang secara
permanen terancam dari dua fron. Percobaan selanjutnya ialah untuk mengetahui
bagaimana cara ayam tersebut bertingkah laku dalam mengubah kondisi. Jika kita
mengambil seekor ayam jantan yang menjadi pemimpin dari satu kelompok lain dimana
ia menjadi salah seekor yang berkedudukan sebagai anggota kelas mengengah, maka
ternyata ia mengubah pola tingkahlakunya. Dari semula penuh kebajikan, kemudian
berubah menjadi lebih agresif. Jelas ini disebabkan karena kekhawatiran dalam
mempertahankan posisinya. Sebaliknya jika ayam yang paling jagoan dari satu
kelompok besar kemudian digabungkan kedalam dan menjadi jagoan kelompok kecil,
maka tingkahlakunya lebih penuh kebajikan dibandingkan dengan tingkahlakunya
ketika berada pada posisi sebagai jagoan kelompok besar. Ujung dari penelitian
ini melihat kemungkinan besar bahwa tingkahlaku ayam itu lebih banyak tergabung
kepada posisi sosialnya dibandingkan dengan karakter bawaannya.
Ebbe
kemudian mencoba pula meneliti keteraturan jarak sosial dan tingkahlaku sosial
di kalangan anak sekolah. Peneliti menemukan bahwa dalam suatu hierarki
tertentu yang kesemuanya tak serupa dengan penilaian gurunya tetapi merupakan
hasil ciptaan kehidupan kelompo anak sekolah itu.
Jika
pimpinan dari satu kelompok dimasukkan ke dalam kelompok lain dimana ia menjadi
anggota kelas menengah disana, maka tingkahlakunya berubah. Dengan demikian di
antara anak sekolah itu juga supaya tingkah lakunya tergantung kepada sosialnya
secara individual dan juga kepada apa yang disebut: karakter, yang untuk
sebagian besar merupakan hasil dari berbagai situasi sosial.
Adalah
jelas sekali trdapat tendensi umum tertentu yang melekat dalam kehidupan
kelompok anak sekolah seperti itu yang berperan menurut aturan yang sama,
wlaupun mereka di ubah oleh perlengkapan mental dari komposisi kehidupan
kelompok. Salah satu perbedaan utama antara tingkah laku binatang dan tingkah
laku manusia dalam kehidupan kelompok, terlihat dari kenyataan bahwa binatang
tidak mampu mengatur tindakan yang menjurus ke arah perubahan secara
revolusioner. Hanya ada pemberontakan secara individual yang ada dalam
kehidupan kelompok binatang. Ayam yang ditaklukkan selalu berusaha meningkatkan
posisinya melalui pertarungan baru terutama dalam kasus di mana ayam yang
ditaklukkan itu tak harus inferior secara badaniah tetapi disebabkan karena
ketakutan psikologis yang timbul. Dengan mengamati pertarungannya orang dapat
melihat bahwa binatang yang ditaklukkan itu adalah sangat gelisah, ia berupaya
untuk menciptakan kebiasaan dan membangun sikap takluk, menciptakan jarak
ketakutan. Revesz, seorang peneliti di bidang sosiologi binatanng lainnya
meneliti tingkah laku kera yang dikandangkan. Dikandang yang diamatinya itu
terdapat seekor kera yang unggul, empat ekor yang lemah, dan seekor anak kera.
Ketika makanan yang dibawa ke kandangnya, yang terjadi mula-mula ialah
perebutan makanan menurut dorongan hati (impulse) masing-masing kera itu.
Tetapi tingkah laku demikian segera membuka jalan bagi situasi di mana kera
yang terkuat mampu memuaskan dirinya sendiri tanpa rintangan, sebagai kera
utama. Kera lain yang rebut makanan yang ada ditepi tiba-tiba rupanya menyadari
dan mengingat hasil pertarungan dan gigitan kera yang terkuat yang terjadi
sebelumnya, sehingga kemudian mereka menghindar ke arah yang berlawanan dan
mengakhiri perebutan makanan itu. Segera setelah hal ini terjadi, anak kera
maju ke depan dan menempatkan dirinya berdekatan dengan kera yang terkuat,
mulai memakan pisang yang tersedia dengan tenang tanpa digigit oleh sang
jagoan. Sepanjang anak kera ini tidak mencampuri persaingan kera yang lain itu,
maka ia menjadi seekor kera yang mendapat bagian dalam kompetisi, maka ia
segera ditaklukkan dan akan sama nasibnya dengan kera lain yang berkompetisi.
Jelas kiranya bahwa dalam setiap situasi yang khas, suatu jarak tertentu
terus-menerus tercipta dengan sendirinya di kalangan kehidupan binatang
itu. Di sini jarak ruang pada waktu bersamaan mengandung jarak
ketakutan dan rasa hormat. Jarak obyektif cenderung dihubungkan dengan kualitas
jarak mental.
Ungkapan
bahasa Jerman ‘drei Schritt von Leib’ (tiga langkah dari manusia) digunakan
untuk menandai sikap pemeliharaan jarak dari seseorang menggambarkan dengan
sempurna keadaan masyarakat dimana jarak ruang pada waktu bersamaan
mengungkapkan ketakutan dan rasa hormat.langkah pertama ialah jarak normal
antara anggota dari suatu masyarakat. Jarak dari tiga langkah selanjutnya,
merupakan pemaksaan terhadap orang yang berada di luar kelompok dominan sebagai
tanda dari status yang disubordinasikan di dalam hirarki masyarakat yang ketat.
Jarak yang berlebih ini, yang dapat dipertentangkan dengan keadaan berkurangnya
jarak menggambarkan keintiman. Keintiman yang berhubungan erta dengan keakraban
dan kontak pisik yang terjadi antara individu dalam kelompok, sekali lagi
menunjukkan kenyataan bahwa jarak obyektif cenderung berhubungan erat dengan
kualitas jarak mental.
Selama
berlangsungnya proses diferensiasi, tipe-tipe jarak yang lebih kompleks muncul
dari jarak ketakutan; sebagai contohnya adalah jarak kekuasaan. Jarak
konvensional yang telah berkembang dengan cepat dalam suatu masyarakat sebagai
tanggapan terhadap keperluan akan keamanan pribadi telah berkembang dengan
cepat dalam suatu masyarakat senagai tanggapan terhadap keperluan akan keamanan
pribadi telah berkembng dalam berbagai masyarakat menjadi suatu simbol antar
hungan kekuasaan dan berpengaruh nyata terhadaap hiraarki sosial.
Kita
dapat membedakan tiga jenis jarak. Pertama, jarak yang menjamin terpeliharanya
tata sosial dan hirarki sosial tertentu. Kedua, jarak eksistensial. Ketiga,
jarak diri sendiri, yakni jarak yang diciptakan di dalam diri seseorang
individu tertentu.
4. PEMELIHARAAN HIRARKI SOSIAL
Struktur
hirarkis tata sosial, adanya kelas-kelas dantingkatan dalam kehidupan, dalam
sebagian besar kasus ditunjang oleh sejenis jarak tertentu. Jarak yang jelas
kelihatan di dalam pergaulan sosial dan di dalam penyelesaian obyek kultural
yang dimiliki masyarakat, memelihara suatu stratifikasi sosial melalui
peralatan mental yang cenderung menggantikan kedudukan kekuasaan. Sistem
berpakaian yang sangat canggih dan tatakrama, gaya berbicara, sikap dan adat
kebiasaan, dapat dipergunakan untuk memelihara jarak antara kelompok penguasa
dan oraang yang dikuasainya. Tugas tersembunyi sistem tersebut ialah untuk
menciptakan jarak dan dengan demikian untuk mengawetkan kekuasaan minoritas
penguasa.
Jarak
digambarkan dengan sendirinya oleh bentuk pergaulan sosial dan oleh jarak obyek
tertentu dalam lingkungan kebudayaan masyarakat tertentu. Pergaulan sosial,
dapat terbentuk dalam dua cara. Pertam, dengan membatasi atau meniadakan
kerjasama antara dua kelompok penguasa dan yang dikuasai. Misalnya dengan
melarang perkawinan campuran antara aanggota kedua kelompok atau dengan
memantangkan makan bersama pada satu meja atau dengan memantangkan makan suatu
sistem kebiasaan yang canggih, yang menonjolkan jarak antara strata masyarakat
yang berbeda.
Melalui
penyatuan mayoritas orang yang tertindas secara mendadak, maka setiap kelompok
penguasa dapat digulingkan. Karena itu prinsip memecah-belah dan kemudian
menguasai-devide and rule-selalu diikuti oleh kelompok penguasa dan bila
pelaksanaan prinsip ini berhasil baik maka stabilitas sistem sosial yang ada
akan terjamin. Namun demikian bukan hanya pergaulan sosial dimana masing-masing
strata sosial dan antara strata sosial yang berbeda saja yang dikendalikan oleh
jarak sosial itu. Obyek-obyek sosial dan lingkungan kultural pun dijaga
jaraknya dengan cara yang sama. Jika kita mengamati masyarakat yang berbeda dan
bertanya kepada diri sendiri: apakah yang dapat membuatnya mempunyai jarak,
maka kita akan menemukan bahwa di keduanya terdapat baik manusianya seperti
pemimpin dan raja maupun obyek-obyeknya seperti barang peninggalannya. Dalam
masyarakat primitif mislanya, sifat ke-Tuhanan dari para pemimpinnya atau
rajanya sebagian besar dipelihara melalui upacara seremonial yang rumit yang
dapat melindungi pemimpin atau raja itu dan memisahkan mereka dari rakyat yang
diperintahnya. Tokoh ‘orang suci’ sebaliknya menjadi orang yang dikeramatkan
terutama karena ia meningkatkan jarak dan dengan demikian mengisolasikan
dirinya dari pengikutnya. Selanjutnya pepatah-petitih dan peribahasa dapat
sipisahkan dari pemakaian sehari-hari menjadi mantera-mantera, seperti kalimat
yang dipetik dari kitab suci oleh seorang pendeta. Orang juga dapat memisahkan
institusi dan organisasi atau bidang kehidupan dan aktifitas seperti kesenian
atau hari libur.
Ada
kesamaan antara jarak sosial dan jarak obyek dari lingkungan kultural.
Peningkatan nilai tertentu secara palsu dan menjaga jarak dalam kebiasaan
sehari-hari ditopang oleh sistem yang sama. Ide kekesatriaan seperti
kepahlawanan dan sopan santun, meningkatkan dan memisahkan pola perilaku
tertentu dan meningkatkan kebutuhan yang tak dapat dipenuhi oleh orang
kebanyakan. Jadi ide tersebut mempunyai fungsi sosial yang sama dengan jarak
yang berperan dalam pergaulan sosial.
Evolusi
demokrasi ditandai oleh kecenderungan baik dengan mengurangi jarak atau dengan
mengubah metode pengambilan jarak. Sementara dalam masyarakat pra-demokrasi
peraturan-peraturan keras menentukan cara-cara berpakaian yang boleh dikenakan
oleh tingkat sosial yang berbeda, maka masyarakat demokrasi mengganti sistem
yang usang itu dengan ‘mode’. Bertingkahlaku dan bergaul menjadi lebih bebas.
Suatu proses penyamarataan ke atas dan ke bawah dikembangkan dan kebebasan
menonjolkan diri untuk sebagian besar menggantikan peraturan seremonial
tradisional. Hambatan terhadap kebebasan menonjolkan diri, juga dapat
dipergunakan sebagai alat untuk mempertahankan jarak sosial. Dengan demikian,
orang yang berada pada kedudukan yang lebih tinggi dapat membatasi diri mereka
sendiri untuk mengawetkan jenis tingkah laku martabat tertentu.
5. JARAK EKSISTENSIAL
Jarak
sosial jenis ini dapat diamati jika kita mengenyampingkan seluruh tindakan
pengambilan jarak yang berasal dari pergaulan sosial. Dengan demikian akan
terdapat suatu bentuk jarak tertentu yang lain dari jenis jarak sosial yang
dapat ditunjukkan melalui contoh berikut. Jika seorang wanita dari kalangan
yang sederhana mengunjungi seorang pendeta demi untuk maksud pengakuan dosa,
maka baginya pendeta itu bukanlah sebagai seorang yang khas tetapi merupakan
suatu kepribadian yang mencerminkan kemampuan untuk meningkatkan status sosial.
Namun pada waktu bersamaan, wanita itu mungkin pula dipengaruhi oleh rasa
keakrabannya terhadap si pendeta atau oleh perasaannya sendiri yang merasa
sedemikian renggangnya dengan pendeta itu. Perasaan terakhir inilah yang kita
sebut sebagai jarak eksistensial itu. Tetapi kedua topeng individual biasanyaa
berpengaruh secara serentak. Proses demokratisasi lazimnya cenderung mengurangi
jarak sosial dan membuka hubungan eksistensial yaang murni antara manusia.
Perbedaan-perbedaan
eksistensial merupakan suatu antara hubungan antara individual yang lahir
secara eksklusif dari kualitas kejiwaan manusia. Perbedaan eksistensial ini
terlihat ketika seseorang sekonyong-konyong menyadari keintiman dirinya dengan
orang lain, dan ia mengadakan kontak yang erat dengan batinnya yang paling
dalam. Jarak eksistensial ini dalam sebagian besar masyarakat sejak lama
dikacaukan dengan jarak sosial, mislanya dalam masyarakat berkasta. Kelahiran
individualisme akhirnya merobek topeng sosial dari manusia.
6. PENCIPTAAN JARAK DALAM KEPRIBADIAN
TUNGGAL
Seorang
individu dapat berada sedemikian dekatnya atau jauh dari kepribadian sebenarnya
yang dimilikinya, sama seperti ia juga dapat merasa dekat atau jauh dari
kepribadian orang lain. Kita dapat mengamati dari dalam diri seseorang individu
fenomena yang menunjukkan jauh-dekatnya seseorang dari kepribadiannya sendiri,
yang dengan tiba-tiba kepribadiannya itu menjadi asing bagi dirinya sendiri.
Abad demokrasi telah merusak jarak sosial, namun dengan demikian penonjolan
jarak eksistensial menjadi lebih besar. Pengasingan diri sendiri yang terdapat
dalam situasi kultural tertentu merintangi penonjolan diri sendiri secara
individual.
Pengambilan
jarak adalah suatu faktor yang amat penting dalam mengubah struktur kekuasaan
menjadi pola mental dan kultural. Sejaraah telah menunjukkan bahwa perubahan
dalam gaya kultural berhubungan erat dengan perubahan dalaam struktur
kekuasaan. Sosiologi kultural membahas masalah ini secara terperinci dan telah
menemukan bagaimana organisasi kekuasaan dalam berbagai jenis perkembangan
sejarah berpengaruh terhadap berbagai bentuk jarak mental.
BAB 1V
ISOLASI
1. FUNGSI SOSIAL DARI ISOLASI
Isolasi adalah situasi marjinak
kehidupan sosial. Situasi ini meniadakan kontak sosial. Bentuk isolasi yang
paling sederhana diciptakan oleh rintangan alam seperti pegunungan,sungai,lautan,hutan,atau
padang pasir. Rintangan alam sering mempertahankan isolasi. Baik individu
maupun kelompok dapat terisolasi, dan akibat terpentingnya ialah timbulnya
individualisasi dan perlambatan perkembangan.
Setiap individu atau kelompok yang
terkecil dari hubungannya dengan individu atau dengan kelompok lain cenderung
berkembang menjadi individu atau sebuah komunitas yang menyimpang atau berbeda
dengan yang lain. Dikatakan demikian karena individu atau kelompok
itu hanya akan menyesuaikan diri mereka sendiri dengan kondisi mereka yang khas
itu saja tanpa saling mempengaruhi dan saling memberi kesan kapada individu
atau kelompok lain. Akibat dari ketiadaan kontak dengan pihak lain itu maka
individu atau kelompok yang bersangkutan tidak mengetahui perubahan dan
perkembangan yang terjadi pada individu atau pada unit sosial yang lain. Suatu
fenimena yang kita sebut `perubahan yang tidak proporsional` muncul karena tak
adanya kontak dengan pihak lain itu. Kontak sosial berperan kurang lebih sama
seperti kontak antara benda-benda fisik dengan tingkat panas yang berbeda.
Setiap benda sejenis yang kontak dengan derajat panas tertentu yang sama, akan
mendapat derajat panas yang sama pula. Hal serupa dapat pula terjadi pada
kelas-kelas sosial. Kontak yang sering terjadi antara kelas bangsawan dengan
kelas menengah cenderung menyebabkan mereka dalam berbagai hal menjadi serupa
atau paling sedikit mengurangi ketidaksamaan yang ada diantara mereka.
Sebaliknya isolasi dan pengambilan jarak,meningkatkan perbedaan-perbedaan
orisinil di antara mereka dan mengindividualisasikan mereka. Kejadian seperti
ini jelas terlihat dalam komunitas desa yang diisolasikan oleh pegunungan atau
oleh rawa yang luas. ini juga terjadi terhadap individu yang mengasingkan diri
dari pergaulan dengan orang lain dan yang dikucilkan oleh orang lain. Individu
atau kelompok yang mengalami hal demikian akan menjadi individu atau kelompok
yang “ asing” atau “aneh”.
Isolasi telah terjadi dalam proses
evolusi dunia binatang, dan memberikan sumbangan berharga terhadap terciptanya
berbagai spesis binatang. Adaptasi spesis-spesis seperti itu berhubungan erat
dengan adaptasi organisme tertentu terhadap berbagai kondisi geografis. Hal
serupa juga terlihat didalam kehidupan kelompok dan evolusi dan sosial. Sebagai
contoh, jika kelompok penggembara atau domaden dikumpulkan dan dimukimkan pada
suatu tempat tertentu. (sehingga sepintas lalu dapat dikatakan sebagai suatu
kesatuan kelompok) maka hasil yang terlihat dari hasil pemukiman itu adalah bahwa
masing-masing sub-kelompok memisahkan diri satu sama lain dan tanpa mengadakan
kontak untuk jangka waktu relatif lama, dan baik kebiasaan mereka maupun logat
bicara mereka tetap berbeda. Demikian itulah, dialek muncul, sangat mirip
dengan kemunculan-kemunculan spesis-spesis dan jenis-jenis dalam kehidupan
binatang. Jadi individualisasi dan spesialisasi merupakan salah satu
kemungkinan yang diakibatkan oleh isolasi.
Kemungkinan akibat isolasi yang lain
adalah perlambatan. Jelas sekali bahwa sejumlah pengisolasian tertentu
diperlukan untuk setiap jenis indidualisasi. Individu adakalanya mengasingkan
diri dari pergaulan masyarakat, mengundurkan diri kedalam dirinya sendiri, jika
keperibadiannya akan dipertahankan dari keretakan dan keterputusan dan hendak dipelihara
keutuhannya. Tetapi jika individu secara sempurna memisahkan diri dari
pergaulan masyarakat, maka perlambatan perubahan evolusinya dapat diperkirakan
akan terjadi.
Demikian pula pembentukan ras yang
berhasil atau mempertahankan jenis keturunan binatang tertentu memerlukan suatu
perselangselingan antara periode endogami, dalam periode dmana karakter
dibentuk, dan periode eksogami dalam dalam mana tenaga baru diturunkan.
Sekte-sekte yang bertahan hidup
ratusan tahun karena mengisolasikan diri dari orang dan kultur lain, adalah
suatu contoh dari kaidah bahwa isolasi mengembangkan kestabilan jenis.
Sebaliknya, percampur-adukan keturunan seperti yang terjadi di Amerika Utara,
memperlihatkan bahwa berkurangnya isolasi tertentu, menciptakan suatu keanekaragaman
yang besar dan ketidakstabilan jenis. Seperti di atas, inti isolasi ialah
pengurangan kontak. Dalam seksi 1 ini kita menyederhanakan pembahasan terhadap
bentuk-bentuk isolasi yang rumit itu pada batas proses-prosesnya yang mendasar
saja. Dalam analisa berikut ini akan dicoba menemukan apa yang berbagai
penyebab yang menciptakan isolasi dan menditeksi apa akibat-akibat yang dapat
ditimbulkan dari berbagai bentuk isolasi
itu.
2. BERBAGAI JENIS ISOLASI SOSIAL
Ada dua jenis utama isolasi sosial:
isolasi ruang dan isolasi organik. Isolasi ruang, dapat dipaksakan dari luar
dengan meniadakan kontak seperti yang terjadi ketika seseorang dikucilkan dari
pergaulan komunitasnya atau dipenjarakan. Akibatnya,individu akan tercabut dari
perlindungan kelompoknya atau dalam kasus seekor binatang,akan terlepas dari
gerombolannya. Sangat menarik bahwa seekor binatang jantan pemimpin
gerombolannya jika terpisah dari sgerombolannya terkenal dikalangan pemburu
sebagai binatang buruan yang sangat ganas dan berbahaya. Ia menjadi lebih
agresif dan lebih ganas dari pada binatang yang tetap kontak dengan
gerombolannya. Hal yang agak mirip terjadi pada diri orang yang dikucilkan atau
dipenjarakan,dan hingga derajat tertentu juga terjadi pada orang asing yang berada
dalam suatu masyarakat yang bukan lingkingannya sendiri,memperlihatkan
kecenderungan lebih besar untuk bertingkahlaku anti sosial. Menarik
pula,dijerman istilah untuk menyatakan perasaan `tidak senang` atau
`menyedihkan`dan istilah untuk menyatakan `hidup diluar negeri` mempunyai akar
kata yang sama. Tingkahlaku anti sosial dan kadang-kadang juga kehausan untuk
membalas dendam adalah khas merupakan akibat mental dari hukuman penjara dalam
kurungan, yang merupakan bentuk ekstrim dari pengucilan yang dipaksakan. Banyak
orang yang berkemauan baik,yang dipengaruhi oleh tradisi,agama dan pandangan
moral di awal abad ke 19 mengira bahwa pemenjaraan dalam kurungan dan kesepian
yang ditimbulkannya, dapat memperbaiki karakter narapidana,dan akan memudahkan
upaya mengubah mereka menjadi orang-orang baik kembali. Padahal akibat
pemenjaraan itu jelas terlihat dalam sebagian besar kasus keadaan mental yang
murung,homosek,kadang-kadang juga halusinasi dan kebiasaan tingkahlaku anti
sosial.
Yang dimaksud dengan isolasi organik
ialah gejala keterasingan yang disebabkan bukan karena ketiadaan kontak yang
dipaksakan dari luar,melainkan karena ketiadaan kontak yang disebabkan karena
kecatatan individu seperti kebutaan dan ketulisan. Akibat penting kecatatan
seperti itu ialah kurangnya pengalaman bersama tertentu dengan semua orang
normal. Beet hoven mengatakan: `kecatatan saya memaksa saya hidup dalam
pengasingan`. Akibat kecatatan organik sangat mirip dengan kecatatan sosial
seperti perasaan malu yang berlebih-lebihan curiga,inferior atau superior dan
kesukaan menonjolkan kepintaran diri sendiri (kecatatan terakhir ini
selanjutnya disebut :keminter ). Penyimpangan sosial tersebut diatas baik
merupakan akibat maupun merupakan gejala dari isolasi sebelumnya dan ia
menciptakan isolasi sebagian. Akibat keterbatasan pengalaman serupa itu adalah
bahwa orang yang tuli,buta dan pemalu,jarang mendapatkan jawaban yang sempurna
dari orang yang normal. Mereka terhalang dalam setiap komunikasi umum. Mereka
dicurigai atau mencurigai,lekas marah dan dengan demikian mereka juga kurang
mempunyai kesempatan untuk mendapatkan teman dan sahabat yang sesuai dengan
mereka. Akibat selanjutnya dari keterbatasan pengalaman ini ialah sempitnya
pergaulan orang cacat itu,hanya sampai pada batas lingkungan orang tertentu
saja. Kesemuanya ini dapat mendorong orang kepada sikap pasrah: individu itu
mungkin menyerah saja kepada nasib untuk mendapatkan posisi yang normal atau
mungkin juga menjadi seorang yang patah hati dan patah semangat, yang menerima
peranannya dari bayangan perasaan inferior. Hasil lainnya yang sering terjadi
dari situasi demikian ialah `kompensasi` dan mungkin pula mengenbangkan
perasaan superrior-kompleks. Orang seperti itu mungkin merasakan bahwa `tak
seorangpun yang cukup baik terhadap saya`.
Kompleks-kompleks demikian
berhubungan erat dengan sifat suka menonjolkan ilmun atau kepintaran diri
sendiri. Orang keminter seperti itu adalah orang yang hanya merasa dirinya
sendiri sajalah yang aman karena ia berada dibawah perlindungan dan bimbingan
yang terandal. Keteraturan dan kebersihan bagi orang seperti itu dapat berarti
sebagai suatu proteksi terhadap perselisihan yang tak terduga,bentrokan dan
kritik. Keminter kebanyakan merupakan gejala yang menandakan rasa takut
terjerumus ke dalam situasi yang tidk diinginkan. Dengan demikian sang keminter
ini mencoba merumuskan setiap situasi menurut caranya sendiri. Ketelitiannya
sering dianggap sebagai suatu bentuk penyimpangan dari nilai kerjasama. Apa
yang menjadi keistimewaan si keminter ini ialah tekanan psikologis,kekacauan
berpikir dan kesenangan terhadap ketelitian.
Perasaan malu menurut pengertian
sosiologi adalah sejenis isolasi sebagian yang timbul dari ketidak-mampuan
menciptakan tanggapan yang memadai dalam bidang kehidupan tertentu. Perasaan
ini kebanyakan adalah akibat dari goncangan jiwa ini sering terjadi
kanak-kanak. Goncangan jiwa ini sering terjadi anak-anak mulai meninggalkan
pergaulan dengan lingkungan keluarga dan tetangganya dan memasuki dunia antar
hubungan sekunder. Sejenis kegoncangan jiwa (trauma) sebagai akibat dari
perubahan lingkungan pergaulan dari kelompok primer ke kelompok sekunder
demikian itu,dan gangguan kepribadian kronis sebenarnya dapat diteliti. Bibit
perasaan malu yang berkelebihan itu dapat dilihat melalui antara hubungan yang
akrab dengan anak-anak berusia sekitar 5 tahun.
Perasaan malu yang berlebih-lebihan
yang mula-mula hanya muncul kadang-kadang saja cenderung kemudian dibiasakan
dan dapat menciptakan seluruh gejala isolasi sebagian. Tahap awal gangguan
terhadap kemampuan sosial demikian dapat ditemukan pada anak-anak kecil dan
kemudian dapat muncul sebagai suatu kegelisahan yang lazim dalam menghadapi
setiap situasi baru. Perasaan demikian timbul,misalnya disaat akan menghadapi
ujian atau di dalam kelas ketika anak takut takkan dapat menjawab pertanyaan
yang tak terduga dari gurunya. Jika sikap ini di alihkan kepada tingkat
perkembangan anak selanjutnya,maka sikap ini dapat menyembunyikan bahkan
menghilangkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan ketegasan yang wajar dari
individu. Seseorang yang mempunyai kepribadian tak seimbang, sering mencoba
mengkompensasikan dirinya dengan berbagai cara. Atau jika keluarganya menyokong
ketidak-munculannya,maka biasanya kompensasi itu muncul melalui peledakan perasaan,kadang-kadang
dengan mencari kelembutan, kasih sayang yang berlebihan terhadap orang lain dan
dengan pengungkapan emosi yang hebat lainnya yang serupa.
Jenis lain isolasi sebagian itu
timbul ketika suatu kemampuan normal untuk mengadakn kontak sosial tak dapat
menemukan lingkungan sekitarnya yang cocok yang diperlukan untuk situasi
seseorang gadis tua atau perjaka tua yang kadang-kadang membujang sebagai
akibat sikap pemalunya yang berlebih-lebihan. Orang yang dalam situasi demikian
akan mencari suatu pemuasan bagi kerugian yang mungkin dialaminya dalam
kehidupan pribadiannya dan dalam kehidupan sosialnya dengan mencari suatu
kegiatan sosial yang bermanfaat,melalui persahabatan,latihan sepiritual bagi
yang mampu melaksanakannya atau mungkin melalui pemeliharan binatang dan
mempertahankan sentimental.
3. BENTUK-BENTUK KERAHASIAAN PRIBADI
Kerahasiaan pribadi (privacy) juga
mencerminkan tipe isolasi sebagian tertentu. Kerahasiaan pribadi secara tak
langsung menyatakan bahwa ruang lingkup inti pengalaman pribadi kita dilindungi
dari pengaruh kontak sosial. Orang moderen sering mencoba untuk menyembunyikan
sebagian dari kepribadiannya terhadap kontrol publik. Disini kita berbucara
tentang kerahasiaan pribadi kita sendiri.
Kita dapat melihat suatu perkembangan
yang serupa pada latar belakang sosial dan politki ketika kita mengamati
bagaimana negara liberal moderen menahan diri untuk tidak mencampuri dan
mengganggu urusan pribadi individu warganya,sejauh mungkin di pantangkan
mengatur dan mengendalikan keyakinan pribadi, kesadaran pribadi dan
perasaan-perasaan yang bersifat pribadi. Atau dalam kehidupan kota moderen kita
melihat perlindungan kehidupan pribadi warga kota dari penilaian publik.
Kehidupan masyarakat desa tak mengenal adanya baik privasi internal maupun
privasi eksternal demikian. Kehidupan masyarakat desa sebagai keseluruhan
biasanya menyangkut pula kehidupan rumah-tangga dan kehidupan perseorangan
petani. Kontrol publik menyelusup sampai jauh ke dalam setiap sudut yang
tersembunyi sekalipun dari kehidupan kekeluargaan individu. Kenapa demikian?
Yang jelas karena dalam komunitas primitif,jarak antara kegiatan seorang
individu berhubungan erat dengan bidang kegiatan keseluruhan komunitas.
Pemisahan sosial,penyembunyian kepribadian seorang dalam kehidupan kelompok
demikian itu teramat sulit. Gilda di kota-kota abad pertengahan sama-sama dapat
mengontrol sebagian besar aktivitas eksternal dari setiap individu yang menjadi
anggotanya,seperti pengungkapan kepercayaan agama,aktivitas profesional,bentu-bentuk
pergaulan,aktivitas artistik,upacara penguburan dan sebagainya organisasi
moderen seperti perserikatan profesionel (misalnya:korpri,IDI atau
perusahaan,hanya menyentuh sebagian bidang tertentu saja dari kehidupan
individu. Kemungkinan untuk menyembunyikan kerahasiaan pribadi dalam kehidupan
organisasi moderen ini jauh lebih besar dan dengan menyenbunyikan kan maka
manusia moderen berhasil mengisolir sebagian dari kepribadiannya. Isolasi ini
berarti memperkuat individualisasi.
Gerakan keagamaan seperti protestantisme
dan puritanisme,menampilkan suatu kecenderungan untuk mengubah agama publik
menjadi agama pribadi dan menjaga agar supaya bagian-bagian tertentu dari
kepribadian orang, aman dari campur tangan dari luar. Puritanisme juga
mencerminkan tendesi yang mengutuk pemberitaan dan meningkatkan penilaian
terhadap urusan pribadi dan pengalaman pribadi individu. Proses penciptaan
kerahasiaan pribadi ini bermula melalui perubahan-perubahan eksternal seperti
pemisahan urusan rumahtangga dari urusan dinas atau urusan kantor. Warga kota
di penghujung abad pertengahan atau di zaman Renaisan,karena makin kaya,mampu
menyediakan satu kamar untuk masing-masing anggota keluarganya dalam satu rumah
yang dipergunakan oleh masing-masing anggota keluarga itu untuk keperluannya
sendiri. Ruangan pribadi ini menjadi lingkungan eksternal pertama yang
menciptakan seperangkat sikap dan paresaan yang kini kita sebut privat itu dan
ini adalah satu bentuk individualisasi.
Di sini kita harus membedakan dengan
tegas antara sikap yang berhubungan erat dengan kontak primer, kontak-kontak
yang intim, dan sikap yang berhubungan erat dengan kerahasiaan pribadi.
Kerahasiaan pribadi adalah sejenis pengisolasian dalam dunua ke hidupan
keluarga atau di dalam kelompok primer yang lain. Ini merupakan suatu cara
melepaskan diri dari kelompok sosial di mana pengendalian kelompok sangat dekat
terhadap individu. Kerahasiaan pribadi sangat membantu dalam menciptakan
individualisasi. Kerahasiaan pribadi ini memelihara kecenderungan ke arah
individualisasi enternal. Salah satu akibat utama kerahasiaan pribadi ini ialah
terciptanya standar norma ganda dari kesadaran orang, baik norma hukum maupun
norma moral. Akibat lainnya ialah munculnya standar ganda dalam pengalaman
terhadap waktu. Pengertian waktu yang dimaksud di sini bukanlah perjalana waktu
secara kronologis yang dapat diukur dengan bantuan suatu skala obyektif, tetapi
ialah cara yang menyadarkan kita terhadap waktu di dalam inti pengalaman kita.
Inti pengalaman kita terhadap waktu,
sebagian besar diarahkan kepada pengalaman kolektif. Sejauh kita akrab dan
berhubungan erat dengan sesama manusia melalui tujuan-tujuan bersama,maka
ketegangan yang tertanam dalam perjuangan bersama itu membedakan waktu dalam
suatu cara kolektif bagi setiap peserta perjuangan bersama itu. Orang yang
bekerja bersama-sama untuk mencapai hasil bersama, mengukur waktu menurut
aktivitas bersama mereka. Artulasi dari peristiwa seperti juga waktu, mula-mula
diarahkan kepada tujuan bersama itu. Tetapi kerahasiaan pribadi memisahkan
pengalaman individu tertentu dari komunitas,dan inti pengalaman individu
menjadi terpisah dari dunia luar. Sebagai akibatnya, inti waktunya terpisah
dari waktu komunitas. Perlu di ingat bahwa evolusi yang tidak proporsional
menciptakan individualisasi dan pengalaman ditunjukkan ke dalm diri sendiri.
Oleh karena adanya kerahasiaan yang bersifat pribadi dan personal,maka keduanya
tidak sama dan sederajat. Diskriminasi yang teliti dari pengalaman yang
berhubungan erat dengan pemusatan perhatian dan pemikiran terhadap diri sendiri
menjadi sumbr dari puisi-puisi yang bersifat subyektif dan menjdi sumber
sunyektivisme pada umumnya.
Bahaya privasi yang berlebih-lebihan
ialah bahwa dalam keadaan demikian dapat mendorong kearah terbelahnya
kepribadian. Dunua kesadaran terdalam dari privasi dan dunia aktifitas bersama,
kehilangan hubungannya dan karena itu orang lalu hidup dalam dua dunia yang
saling terpisah. Kretschmer dan shelddon menyatakan bahwa gejala penyakit jiwa
dalm bentuk kesukaan mengasingkan diri (schizofrenia) ini sebagai salah satu
ciri dari aliran psikoanalisa mereka.
Privasi tentu saja juga mempunyai
makna produktif bagi kultur, jika ia tidak menampilkan isolasi absolut tetapi
hanya suatu isolasi sebagian. Aspek privasi yang bermanfaat ini telah di selidiki
oleh pemimpin suatu gerakan keagamaan. Hasilnya ternyata bahwa biara bagi
rahip-rahip merupakan suatu alat untuk menciptakan kondisi eksternal tiruan
yang dapat memelihara difasi mereka. Mereka yang hidup dalam biara demikian
biasanya adalah orang yang suka `menyendiri`. Peraturan dikalangan biara ini
mengandung anjuran untuk menghindarkan setiap kontak eksternal. Biara dan
peraturannya itu membantu menciptakan kesamaan bidang pengalaman bersama yang
bersifat tiruan. Tujuan yang sama dilanjutkan oleh peraturan biara yang
berhubungan dengan pekerjaan pada waktu senggang. Didalam biaralah kita dapat
menemukan suatu perasaan keagamaan subyektif yang murni. Perasaan seperti itu
merupakan salah satu bentuk awal dari individualisasi yang dibantu perkembangannya
oleh privasi.
BAB V
INDIVIDUALISASI
Kerahasiaan pribadi (privasi)
hanyalah satu bentuk individualisasi. Banyak jenis kekuatan sosial yang
membantu perkembangan individualisasi, yang dimaksud individualisasi ialah
proses sosial yang cenderung menyebabkan individu kurang lebih terlepas dari
kelompoknya dan yang menciptakan di dalam dirinya suatu kesadaran diri sendiri
mengenai miliknya diri sendiri.
Dalam menganalisa bagaimana proses
individualisasi berlangsung, maka dua kesalahan konsepsi perlu dikoreksi
terlebih dahulu. Pertama, bahwa individualisasi ialah proses yang semata-mata
dibantu oleh individu itu sendiri. Ini didasarkan atas asumsi bahwa seseorang
membebaskan atau kurang bebas sama sekali dari pengaruh kelompoknya, hanya
dengan menggunakan kualitas mental. Kekeliuruan konsepsi kedua didasarkan atas
asumsi bahwa individualisasi terutama adalah proses mental atau spiritual yang
tersebar melalui ide-ide umum dari satu periode waktu atau tempat tertentu.
Jika ahli sejarah misalnya berbicara mengenai Renaisan maka mereka mengumpulkan
kalimat-kalimat yang membuktikan bahwa suatu penilaian baru terhadap
individualitas telah muncul pada waktu tertentu dan kemudian menunjukkan bahwa
ide itu swcara berturut-turut diterima oleh kelompok lain dan oleh individu
lain. Upaya sosiolog tidak hanya sekedar mempelajari bahwa ide demikian itu ada
pada waktu tertentu tetapi berupaya pula menemukan bagaimana ide itu timbul.
Kita dapat bertanya kepada diri kita sendiri,kekuatan-kekuatan sosial apa saja
yang menimbulkannya di dalam lingkungan yang lebih sempit dan perangkat
pengaruh sosial yang bagaimana yang mempersiapkan kelompok manusia yang lebih
besar menerina ide-ide itu. Ide itu biasanya hanyalah merupakan ekspresi mental
belaka dari proses individualisasi,yang dasar-dasarnya telah dipersiapkan oleh
perubahan sosial yang cenderung mengarahkannya. Di tengah-tengah jaringan
sosial baru yang demikian itu diungkapkan ide-ide yang memperkuat dan yang
secara meyakinkan membentuk situasi baru tetapi ide-ide itu sendiri tidak
menciptakannya ketika saya mengatakan bahwa di setiap situasi sosial terdapat
seperangkat kekuatan sosial, di dalam situasi mana individualisasi cenderung
bekerja,saya menyadari bahwa periode waktu tertentu seperti Renaisan atau
periode Rasionalisme abad ke 18 dan liberalisme abak ke 19 membantu
kelangsungan proses individualisasi sedemikian besarnya dibandingkan dengan
periode sejarah lainnya.
Untuk menghindarkan kebingungan
terhadap berbagai jenis individualisasi,maka saya akan memulai dengan
menjelaskan perbedaan bentuknya dan mencoba menemukan kekuatan sosial yang
spesifik yang menunjang masing-masing bentuk tersebut.
Saya membedakan empat aspek utama
individualisasi,masing-masing sebenarnya masih dapat dipecah lagi menjadi
beberapa sub-aspek.
1. Individualisasi sebagai proses
menjadi berbeda dari orang lain.
2. Individualisasi pada tingkat bentuk
baru dari penghormatan terhadap sikap sendiri: baik melalui kesadaran terhadap
ke unukan dan kekhasan kepribadian orang lain maupun melalui jenis penilaian
baru terhadap diri sendiri atau pengaturan diri sendiri.
3. Individualisasi dari
keinginan-keinginan,yakni mengindividualisasikan hubungan dengan obyek.,
4. Individualisasi sebagai sejenis
perenungan ke dalam diri kita sendiri, yakni sejenis pemusatan perhatian dan
pemikiran terhadap diri sendiri (intriversi) yang secara tak langsung
menyatakan penerimaan pengalaman yang kita miliki sendiri dan meningkatkan
kekuatan individualisasi di sekitar dan di dalam diri kita sendiri. Ini juga
dapat dijelaskan sebagai tindakan tidak menyingkapkan dimensi yang terdalam
dari kehidupan seseorang.
Dengan demikian,keempat aspek utama
individualisasi itu adalah : menjadi berbeda ; munculnya jenis penilaian baru
terhadap kekhasan kepribadian diri sendiri ; individualisasi melalui obyek; dan
pemasukan kekuatan individualisasi. Keempatnya merupakan fenomena yang berbeda.
1. PROSES MENJADI BERBEDA.
Perbedaan eksternal dari tipe dan
individual menyebabkan terbentunya kelompok baru dimana ciri-ciri baru ini
biasanya di ungkapkan. Munculnya kelompok baru ini dipercepat oleh adanya
pembagian kerja dan dan pembagian fungsi. Pembagian fungsi ini menyebabkan
perkembangnya ciri-ciri profesional. Kelompok baru serupa itu sedikit banyak
memungkinkan individualitas dalam keanggotaannya menurut intensitas dan volume
organisasi dan peraturan internal. Bahkan misalnya perbedaan antara tenaga
kerja ahli dan tenaga kerja pelaksna dalam suatu pabrik. Tenaga kerja ahli
bekerja dengan ketrampilan teknik dan dengan peralatan tersendiri sehingga
dengan demikian menjadi lebij individualis. Dalam pabrik ada kecenderungan
pengaturan kerja secara impersonal. Faktor sosial berikutnya yang menimbulkan
tipe diferensiasi eksternal dan tipe individual adalah akibat dari keterbatasan
kontak,karena orang yang dalam keadaan demikian itu akhirnya terhalang untuk
menyesuaikan diri terhadap kondisi yang berubah.
Dalam masyarakat cina kuno, tindakan
orang dalam keseluruhan hubungannya telah ditetapkan secara pasti oleh ajaran konghucu.
Dalam kehidupan rumah tangga misalnya, peraturan tingkah laku
seorang anak terhadap bapaknya atau si isteri terhadap suaminya, atau seorang
adik terhadap kakak laki-lakinya, telah ditetapkan dengan pasti. Aturan tingkah
laku ini terang mempengaruhi kesempatan-kesempatan yang terbuka bagi anggota
kelompok, dan dalam kenyataan kehidupan yang sesungguhnya dari anggota
kelompok. Sebaliknya, demokratisasi dalam pengertian yang seluas-luasnya di
bidang politik, ekonomi dan pedagogik berperan sangat kuat dalam mengarahkan
terciptanya tindakan yang spontan dan tindakan yang tidak tradisional.
Kompetisi secara bebas juga mendorong individu menyesuaikan dirinya sendiri
terhadap situasi khususnya sendiri, untuk mengambil inisiatif dan tidak
menunggu perintah atau tidak lebih senang diperintah. Khususnya unit sosial
yang kecil, jika diorganisir menurut cara-cara demokratis dapat mendorong
pertumbuhan kepribadian. Unit sosial yang kecil seperti itu terdapat di wilayah
Swiserlan bagian tengah, dalam komune merdeka abad pertengahan dan dalam
sekte-sekte keagamaan. Hal yang serupa juga terdapat pada kelompok-kelompok
pendidikan yang terorganisir secara demokratis seperti universitas di abad
pertengahan memudahkan upaya secara individual dan upaya pengambilan keputusan.
Satu contoh yang nyata dari kulit
luar suatu situasi yang tidak berpola terlihat dalam kasus pionir atau pedagang
yang bertualang meninggalkan kampung halaman mereka dengan tujuan menaklukan
daerah baru, atau untuk menciptakan pasar baru, atau sama seperti pemuda atau
pemudi yang melepaskan diri mereka dari perlindungan keluarga mereka untuk
mencari sumber penghidupan di tempat baru. Tetapi kompetisi di dalam kehidupan
kelompok mendorong setiap orang untuk bertindak menurut kepentingan
individualnya dan untuk mengintegrasikan kembali situasi dirinya sendiri.
Perkembangan prises individualisasi
selanjutnya dibantu oleh peningkatan mobilitas sosial,terutama oleh mobilitas
sosial vertikal yang memungkinkan seseorang tampil pada skala sosial sebagai
individu,dan tidak hanya sebagai seorang anggota belaka dari kelompoknya. Di
dalam situasi demikian itu adalah perlu bagi keberhasilannya untuk membebaskan
dirinya sendiri dari prasangka kelompoknya,meskipun mungkin kemudian ia
menyesuaikan diri juga dengan prasangka kelompok lain. Mobilitas horizontal
terlihat misalnya dalam pengembaran individu, yang secara tak langsung
menyatakan keperluannya untuk membuang sudut pandangan kelompok kecilnya yang
sudah usang. Bagaimana, dalam kasus ini terdapat kemungkinan baginya untuk
mengenali sama sekali dirinya sendiri melalui kelompok baru dan melalui cara
ini ia di paksa untuk menemukan pandangannya sendiri secara bebas. Jika
seseorang menggabungkan diri dengan kelompok oposisi, maka orang itu akan
kehilangan pandangannya yang asli dan mencoba mempelajari dan menerima
pandangan orang lain.
Situasi seseorang sebagai `orang
asing`, apakah secara relatif atau secara mutlak mempunyai pengaruh
individualisasi yang serupa. Contoh keterasingan secara relatif demikian adalah
anak kecil yang diterlantarkan keluarganya atau pemimpin golongan minoritas di
dalam suatu kehidupan kelompok,sedangkan contoh ketersaingan secara absolut
adalah orang yang diusir atau dibuang dari lingkungan kelompoknya dan orang
asing yang tidak berasimilasi. Awal dari kehidupan Hitler, lenin, dan T rotsky
atau stalin memperlihatkan sejumlah situasi outsider demikian itu.
Situasi sosial terakhir yang
diperlihatkan dalam kaitannya dengan individualisasi sebagai suatu`proses
menjadi berbeda` adalah melarikan diri dari kontrol sosial satu kelompok kepada
kontrol sosial kelompok yang lain. Dalam setiap kelompok terdapat perbedaan
sesuatu yang disumbangkan yang dipelajari oleh orang yang sama,seperti halnya
orang yang berbeda membentuk jenis kelompok yang berbeda,keluarga,teman
sepermainan,klub,universitas,dan sebagainya. Dengan demikian lingkungan kontak
yang diperluas itu dapat memberikan anekaragam pengalaman yang makin luas pula
sehingga individualisasi dapat berkembang dengan fleksibelitas yang lebih
besar.
2. INDIVIDUALISASI (PENGHORMATAN
TERHADAP SIKAP SENDIRI)
Dilihat dari satu segi,kepribadian
individualistis terdiri dari semakin sadar terdapat kekhasan karakter kita
sendiri dan munculnya jenis penilaian baru terhadap diri sendiri. Dengan
demikian, pengorganisasian terhadap diri sendiri berlangsung sebagai bentuk
kemunculan penilaian terhadap diri sendiri. Contoh proses ini dapat ditemukan
dalam sejarah di mana pemujaan terhadap kepribadian yang kuat menciptakan suatu
tipe individualisasi tertentu. Prakondisi proses ini adalah suatu diferensiasi
yang ketat dan pengambilan jarak oleh elite pemimpin, pengorganisasian kelompok
sedemikian rupa sehingga menyediakan kesempatan bagi sekumpulan orang tertentu
untuk menjadi lalim (despotic);adanya lingkungan pergaulan istana yang tak
terjangkau oleh penilaian publik di mana sang penguasa lalim itu
dapat berilusi sebagai seorang yang `maha kuasa`. Ini adalah prakondisi untuk
terciptanya seorang penguasa yang kejam dan lalim yang biasa disebut dengan satu
kata `tirani` yang bersandar kepada kekuatan pisik dan paksaan spiritual
(biasanya berdasarkan sikap yang mengira ia memiliki sejenis kekuatan gaib)
bersama dengan kekuatan yang berasal dari pemilikan tanah, uang dan harta
kekayaan lainnya serta prestise dan kemegahan.
Proses serupa terlihat dalam bentuk
yang lebih moderat dan dalam lingkungan pergaulan yang lebih sempit,jika
seorang anak menjadi tirani dari suatu keluarga. Dalam kasus di atas terlihat
adanya impuls kecintaan terhadap diri sendiri pada si tiran atau pada si despot
itu, dan ini terima oleh kelompoknya.
Perasaan mengenai keunikan kehidupan
seseorang dan karakter yang dimilikinya, dapat ditemukan pada asal mula
pemujaan terhadap otobiografi: pemujaan ini berkembang di penghujung periode
kekaisaran Romawi yang berhubungan erat dengan timbulnya suatu perasaan bahwa
kehidupan dan karakter seseorang adalah unik. Namun asal mula perasaan demikian
ditemukan juga di permulaan kehancuran despotisme di dunia Timur. Di permulaan
tingkat perkembangan individualisasi ini, penilaian terhadap diri sendiri
dibangun dengan membiarkan orang lain menjadi mangsa ketakutan dan hormat
kepada kita sendiri. Contoh kemegahan diri sendiri serupa itu dapat ditemukan
dalam riwayat Assurbanipal (885-860 SM) yang menyatakan ; `Aku adalah
raja`.`Aku adalah Tuhan`.`Aku adalah yang maha agung`.`Aku adalah yang terbesar
,yang terkuat`. `Aku adalah yang termasyhur`. `Aku adalah
pangeran,bangsawan,panglima perang`. `Aku adalah seekor singa.......`Aku adalah
wakil Tuhan`. `Aku adalah senjata yang tak terkalahkan,yang membuat bumi musuh
menjadi puing`. `Aku menangkap mereka hidup-hidup, dan menenggelamkan mereka`.
`Aku mencat gunung dengan darah mereka`. `Aku menguliti mereka dan menutupi
dinding istanaku dengan kulit mereka`. `Aku mendirikan pilar istanaku dengan
batok kepala mereka. Dan diantara pilar-pilar itu aku menggantungi kepala
mereka dengan tanaman anggur.....`Aku menyiapkan gambar klosal tokoh-tokoh
keluarga kerajaanku dan menggoreskan kemauanku dan keagunganku padanya...sinar
wajahku terpancar pada puing-puing. Dalam melayani kemarahanku,aku menemukan
kepuasanku`.
Melalui periode terakhir kekaisaran
Romawi dan melalui otobiografi filosof Stoa serta melalui pernyataan
lainnya,kita dapat menunjukkan situasi sosial yang menyokong bertambah kuatnya
perasaan keunikan diri sendiri itu. Kita dapat menunjukkan kelemahan organisasi
masyarakat yang besar dan keadaan yang kacau dari kekaisaran,dan sehubungan
dengan itu kita dapat pula menunjukkan kemungkinan bagi individu untuk naik ke
tingkat yang lebih tinggi dalam skala sosial. Kelemahan organisasi yang besar
ialah bahwa kekuatan mengikat normanya hampir hilang sama sekali. Kita melihat
di sini pembubaran cita-cita yang terkandung di dalam negara-negara kota Yunani
(prolis) yang kecil-kecil itu.
3. INDIVIDUALISASI KEINGINAN MELALUI
OBYEK
Dalam membangun petunjuk arah dan
keteguhan perasaan terhadap obyek dan terhadap orang lain (apa yang oleh ahli
psikoanalisasi disebut penetapan libido atau kathexes) sikap tradisional dan
daya tahan kelompok primer adalah menentukan. Petani dan kaum ningrat yang
menguasai tanah pertanian,lebih terarah dan lebih teguh keimanannya dari pada
tipe orang kaya kota yang mudah bergerak (mobile). Kalangan petani dan ningrat
pemilik tanah, mencoba menetapkan jenis keinginan yang akan dipenuhinya sejauh
ia ingin membeli suatu barang tertentu tetapi ingin menyelang-nyelingi ke
mungkinan dalam keterbatasan kemampuan yang ada padanya. Jarak pilihannya
mungkin lebih luas dan pilihannya yang sebenarnya beraneka ragam. Berbagai
faktor meningkatkan keinginannya secara individual dan yang mendadak seperti
faktor kekayaan,yang menciptakan kemungkinan yang bervariasi atau yang
menciptakan proses produksi dan distribusi moderen yang mendorong kompetisi
individual dan orang yang pertama tampil membawa ide-ide baru. Bagaimanapun
juga, industri raksasa yang merangsang para pembeli melalui iklan misalnya juga
berusaha untuk menyeragamkan pilihan konsumen. Di samping itu terdapat
mobilitas sosial baik horizontal seperti migrasi maupun secara vertikal seperti
bergerak ke bawah dan ke atas skala sosial, yang cenderung mengikat individu
kepada keinginan-keinginan khusus .
Ada beberapa keinginan yang dimiliki
orang. Kita dapat menyederhanakannya menjadi dua macam. Pertama sikap untuk memilih
obyek tunggal dengan penetapan libido yang pasti. Kedua, penetapan libido
terhadap obyek yang abstrak, seperti uang dan persamaan derajat. Selanjutnya
terdapat dua jenis sikap yang menginginkan untuk menyeimbangkan dalam
hubungannya dengan pemilikan; pertama berusaha sekuat tenaga untuk memiliki
suatu obyek tertentu yang pasti, dan kedua berusaha keras untukn keras untuk
memiliki berbagai macam obyek. Dalam kasus terakhir ini libido yang dipastikan
terhadap sesuatu obyek,dalam ukuran tertentu adalah dialihkan dari obyek itu
kepada pilihan itu sendiri. Contoh libido yang dipastikan terhadap obyek
tertentu ialah berupa kesukaan seseorang petani terhadap pipa rokok
kesayangannya atau terhadap piring kesayangannya pada waktu makan atau terhadap
pemandangan alam di sekitar tempat ia mondar-mandir dan bermukim. Dalam
keseluruhan kasus di atas petani secara pribadi berhubungan erat dengan
barang-barang yang dimilikinya itu atau dengan situasi personalnya. Dalam kasus
yang kedua,dimana libido ditetapkan tidak begitu banyak terhadap obyek tetapi
lebih banyak terhadap pilihan itu sendiri, contohnya dapat diketengahkan
tentang sikap orang yang selalu mengikuti mode, sikap orang liberal atau sikap
orang yang individualis dalam masyarakat yang bercorak kompetitif. Tetapi orang
yang bersikap liberal dan anarkis juga dapat memiliki keinginan-keinginan yang
terikat kepada obyek khusus atau kepada orang tertentu.
Penetapan libido individu yang keras
terbentuk oleh keluarga kecil. Contohnya libido terhadap tokoh ibu atau tokoh
ayah adalah lebih besar dalam tipe keluarga tertentu daripada dalam tipe
keluarga yang lain. Dalam kelompok keluarga primitif, setiap anak mempunyai
beberapa orang ibu sekaligus karena dalam kelompok keluarga demikian seluruh
ibu-ibu yang setingkat usianya dipanggil ibu oleh semua anak-anak mereka. Dalam
keluarga kecil monogami, kepastiannya lebih besar dan disitu terlihat kasih
sayang yang sedemikian mendalam dari seorang ibu, dan dalam keluarga yang
beranak tunggal lebih mencolok lagi dibandingkan dengan keluarga yang
beranak,katakan lah sepuluh orang misalnya.
Salah satu sumber utama libido
individual yang mempengaruhi ide tentang keunikan perseorangan dan cinta yang
lebih ideal dapat ditemukan di sini. Cinta yang romantis hanya dapat di
terangkan dalam kaitannya dengan kesukaan memusatkan perhatian kepada diri
sendiri yang dikenal sebagai `introversi`.
4. INDIVIDUALISASI SEBAGAI INTROVERSAL
Melalui pengetahuan tentang
individualisasi,dapat diketahui kepribadian yang mendalam,yang disebut; introyeksi.
Tingkatnya dapat ditelusuri. Tingkat merenggang, menjadi terpencil yang
ditandai oleh kenyataan bahwa individu mengundurkan kekuatan libidonya ke dalam
dirinya sendiri. Gejala seperti ini sering ditemukan dalam kehidupan kota besar
di mana dirasakan kurangnya keeratan hubungan persahabatan dan keramahtamahan
dan kebingungan yang disebabkan karena pada umumnya komunitas kehilangan
kekuatan ekspresifnya, karena misalnya bentuk-bentuk pemujaan dan upacara
kehilangan makna kebersamaannya dan makna perseorangannya. Hilangnya jarak
aktivitas karena demikian sibuknya,keterbatasan kemungkinan untuk membagi
ekspresi emosional, kesemuanya itu memberikan andil terhadap merenggangnya
hubungan, introspeksi dan pengarahan perhatian ke dalam diri sendiri (indwardness)
dan memberikan andil terhadap sublimasi energi menuju kepada suatu kesukaan
memikirkan diri sendiri daripada memikirkan orang lain (introversion). Proses
ini, yang berkombinasi dengan munculnya kecintaan terhadap diri
sendiri,memungkinkan terbentuknya cinta romantis.
Kemudian berkembanglah suatu
penerimaan terhadap privasi dan isolasi sebagian sebagai suatu cara untuk
melarikan dari kontrol eksternal,sama halnya dengan bentuk lain dari
individualisasi berhubungan erat dengan introversi. Pengutamaan introversi
adalah salah satu bentuk individualisasi sejenis introversi ini. Selain dari
itu, dalam keadaan terjadinya mobilitas sosial dan kultural, ketika dengan
tiba-tiba diperlukan penilaian kembali yang lebih dalam,maka suasana batin yang
introspektif demikian itu biasanya muncuk terutama di kalangan orang
yang banyak mempunyai waktu terluang untuk bersenang-senang yang
dikombinasikan dengan privasi. Perkembangan harmonis keseluruhan kepribadian
adalah bentuk individualisasi yang di senangi orang demikian itu, yang
memandang barang sesuatu tidak secara spesifik tetapi sebagai yang
memperlihatkan keseragaman dan kesatuan pengalaman sekaligus. Bagi orang
demikian itu, jarak sosial dari bidang pekerjaan dan perjuangan sosial
mengakibatkan berkurangnya ketundukan terhadap kekuasaan atau menyelesaikan
fakta-fakta eksternal. Seniman-seniman besar zaman Renaisan,sastrawan dan
ilmuwan abad ke 17 dan ke 18 dan beberapa orang ahli pikir inggris abad ke 20
memperlihatkan sikap serupa itu.
D. INDIVIDUALISASI DAN SOSIALISASI
Di
mana kesadaran terhadap diri sendiri adalah dominan maka di situ selalu
terdapat pengutamaan baik terhadap diri sendiri maupun pengutamaan diri kita
sendiri terhadap diri orang lain. Jika kita berbicara tentang seseorang yang
suka mementingkan diri sendiri atau yang memusatkan perhatian kepada dirinya
sendiri, maka kita berfikir mengenai dia sebagai orang yang kurang mampu
melihat barang sesuatu dalam hubungannya dengan sudut pandang orang lain. Orang
serupa itu belum secara keseluruhannya melewati fase awal dari kesadaran sosial
di dalam mana kita melihat barang sesuatu hanya dalam hubungannya dengan kita.
Sebagai contoh,anak yang tak mempunyai saudara kandung laki-laki atau
perempuan, sering sekali menjadi orang yang suka memusatkan perhatian kepada
diri sendiri (self centred). Orang yang demikian itu belum cukup di
sosialisasikan. Dengan sosialisasi kita maksudkan sebagai proses yang
berlawanan dengan individualisasi. Sosialisasi ialah proses pengembangan diri
sendiri. Pengembangan diri sendiri ini mengikuti garis tertentu yang dapat
disebut sebagai jalan sosial menuju pengembangan diri sendiri.
Para sosiolig telah menunjukkan
tentang adanya berbagai bentuk pengembangan diri dengan istilah simbolis
seperti berikut:
1. Spheric-self. Yakni orang yang tak
mau bekerjasama, terutama tak mau cocok dengan orang yang dekat hubungannya
dengannya.orang yang dijauhi oleh orang yang memiliki aspek kepribadian seperti
itu justru adalah orang yang sering memperhatikannya karena mereka sering melihatnya,sebagai
contoh,tetangganya dan pengasuhnya semasa kecil. Tetapi buku-buku
bacaan,perjalananya,kehidupan orang besar,dan stratifikasi sosial dapat
merentangkan radius aktivitas perseorangan dan dengan demikian tak
menguntungkan bagi pengembangan kepribadian yang tak mau bekerjasama ini.
2. Linier-self. Yakni kepribadiaan yang
tetap sejalan dengan garis keluarga. Kepribadian ini mendorong seseorang untuk
banyak berkorban agar tidak mencemarkan nama baik nenek monyangnya atau untuk
tidak menjadi halang-perintang bagi anak cucunya. Di sini perasaan kekeluargaan
menjadi saingan bagi perasaan sosial yang lebih luas.
3. Flat-self. Muncul jika perasaan
sosial hanya terbatas pada orang yang berasal dari setrata sosial tertentu di
mana ia menjadi salah seorang yang termasuk kedalamnya. Sosialisasi horisontal
demikian ini melemahkan rintangan perasaan iri yang muncul di kalangan
kehidupan bertentangan,jemaah dan di bidang wewenang, tetapi sebaliknya
menciptakan perasaan iri yang baru lainnya. Sementara permusuhan dalam
komunitas dapat menghindarkan kerusuhan dengan jalan saling menghilangkannya
satu sama lain, maka pemusuhan antara kelas sosial tak dapat menghindarkan
kontak-kontak sosial dan dengan demikian tak dapat melenyapkan
pergeseran-pergeseran atau friksi antara kelas sosial itu.
4. Vein-self. Dalam kota-kota besar
demokratis, persaudaraan dan persahabatan cenderung mengikuti garis pekerjaan.
Contohnya,wartawan surat kabar saling mengenal satu sama lain dan saling
bertemu muka dengan sebagian besar wartawan surat kabar yang lain. Kenyataan
bahwa mereka saling berkompetisi, dikalahkan oleh adanya kepentingan bersama
yang terdapat pada mereka semuanya. Mereka yang tidak memcintai panggilan
dirinya sendiri dan mempunyai profesi yang terlalu banyak dapat mengikuti suatu
garis non-profesional dari kepentingan pribadinya.
5. Star-self. Pengenbangan
kepribadian,dalam beberapa hal akan mendapat simpati dari berbagai jenis orang
menurut lapisan yang berbeda.jadi akan timbul kepribadian teladan (star self)
yang memancar ke berbagai bidang. Contohnya dapat ditunjukkan pada kepribadian
Goethe, Albert Schweitzer, dan Betran Rusell.
Diperensiasi fungsional dan
kompleksitas kehidupan masyarakat kota, mendorong pengembangan kepribadian
teladan ini. Sejumlah besar persoalan yang memerlukan kerjasama (team work)
terutama didasarkan atas harga yang harus dibayar terhadap spheric-self
tersebit di atas.
Adalah menjadi tugas sosiolog dan
para pendidik di masa mendatang untuk meneliti situasi sosial yang mana yang
dapat membantu perkembangan dan perluasan kepribadian yang sesuai dengan
tuntutan kerjasama ini dan berbagai kelemahan sosial lainnya.
Bagaimana juga, adalah penting
ditekankan di sini bahwa pengertian-pengertian di atas hendaknya jangan
dihypothesakan sebagai kepribadian yang tepisah satu sama lain. Kelima
pengertian di atas mempunyai keterbatasan penggunaannya secara praktis bagi
sosiolog. Pertanyaan mendasar yang dapat timbul adalah: bagaimanakah sifat
dasar kepribadian yang telah mendapatkan sumbangan pengaruh dari proses
individualisasi dan proses sosialisasi itu
BAB VI
E. KOMPETISI DAN MONOPOLI
Salah satu kekuatan sosial
terpenting ialah kompetisi. Kita dapaat mengklasifikasikan kekuatan sosial
menjadi dua kelompok. Pertama, kekuatan sosial yang mendorong perkembangan
kerjasama, dan kedua kekuatan yang memaksa orang untuk bertidak bertentangan
dan beroposisi satu sama lain. Kekuatan sosial utama yang mendorong orang untuk
bertindak bertentangan satu sama lain adalah perjuangan. Prjuangan dapat
dirumuskan sebagai antar hubungan sosial di mana kita ingin memaksa orang lain
atau kelompok lain dengan kekuatan, agar supaya bertindak menurt kemauan
kita. Melalui perjuangan ini, perlawanan dari orang lain itu diatasi.
Kompetisi, sebaliknya dapat dianggap sebagai sejenis perjuangan secara damai.
Dengan demikian, dapat dirumuskan sebagai suatu upaya secara damao dari
beberapa individu atau kelompok untuk mendapatakan barang sesuatu yang sama.
Kompetisi, seperti perjuangan,
adalah suatu kategori universal dari kehidupan. Dalam biologi kita berbicara
tentang : perjuangan untuk mempertahankan hidup dan ini adalah kategori
universal dari kehidupan sosial. Banyak orang yang percaya bahwa kompetisi adalah
suatu fenomena ekonomi murni, yang terutama dilambangkan oleh barter. Namun tak
ada yang lebih keliru daripada pemberian arti yang terbatas seperti itu
terhadap istilah kompetisi. prinsip kompetisi ialah samaa-sama bekerja ketika
sejenis perlombaan terjadi, tujuan bersama bagi setiap orang yang berkompetisi
adalah mencoba untuk mencapai tujuan paling dahulu daripada orang lain. Tetapi
adalah juga kompetisi, jika dua sekolah yang berbeda mencoba menyelesaikan
problema ilmiah yang sama,atau juka dua orang laki-laki ingin merebut hati dan
mengawini wanita yang sama. Ini penting untuk diperhatikan bahea semua
barang-barang yang berbeda itu kepunyaan bersama, dan kompetisi bekerja dalam
keseluruhan bidang itu. Kompetisi ekonomi termasuk ke dalam lapangan yang sama
dan dalam hubungan ini sekali lagi menjadi jelas bahwa ilmu ekonomi berhubungan
erat dengan sosiologi.
Melihat riwayat ide kompetisi,
adalah menarik dicatat bahwa prinsip kompetisi mula-mula diselidiki dalam ilmu
ekonomi, baru kemudian dialihkan ke bidang biologi. Adam smith dan para
penganut aliran physiocrat lainnya adalah orang yang mula-mula melakukan
analisa sistematis tentang kompetisi. Menurut mereka, kemerdekaan dan kompetisi
adalah elemen yang diperlukan dalam mencpai keselarasan kepentingan. Malthus
dalam karyanya Essay on the principle of population (1798) menyatakan suatu
pandangan yang mengecilkan hati tentang adanya suatu kecenderungan umum bahwa
pertambahan jumlah penduduk berlangsung menurut deret ukur sedangkan
pertambahan produksi bahan makanan hanya menurut deret hitung. Charles Darwin
adalah orang yang mula-mula mengalihkan ide tentang kompetisi kehidupan biologi
di tahun 1859. Ia menganggap kehidupan makhluk hidup sebagai suatu perjuangan
untuk memepertahankan hidup dan sampai kepada suatu kesimpulan bahwa perjuangan
ini mendorong organisme secara individual untuk menyesuaikan dirinya terhadap
situasi khususnya sendiri. Jadi Darwin yang dipengaruhi oleh esei Malthus,
mengembangkan prinsip mengenai seleksi alamiah melalui perjuangan
mempertahankan hidup.
Hendaknya jangan dilupakan bahwa
esei Malthus itu adalah suatu reaksi yang pesimis melawan optimisme teori
sosial yang diajukan oleh Godwin dan Condoret yang mempercayai tentang
kesempurnaan yang tak ada akhirnya dan persamaan alamiah umat manusia.
1. FUNGSI KOMPETISI
Kita membedakan antara
kompetisi perseorangan dan kompetisi antar kelompok. Walaupun
kompetisi didorong oleh tujuan-tujuan perseorangan tetapi kompetisi itu
melaksanakan fungsi sosial dari seleksi, terutama dalam menetapkan satu tempat
untuk setiap orang di dalam sistem sosial. Alternatif utama bagi kompetisi
sebagai suatu cara untuk menetapkan tempat bagi masing-masing individu di dalam
sistem sosial adalah sebagai berikut;
a) Penetapan status sosial melalui
warisan turun menurun
b) Penetapan prinsip senioritas
c) Penetapan ukuran kemampuan melalui
bentuk-bentuk testing yang bertingkat.
Masyarakat yang merencanakan dan seluruh masyarakat lainnya
yang ingin menimalkan kompetisi, boleh memilih diantara alternatif di atas.
Sejumlah aktivitas yang berhubungan
dengan proses seleksi dalam setiap masyarakat adalah suatu indek dari
kompetisi. Di dalam masyarakat yang statis, di mana biasanya anak-anak
mengikuti pekerjaan orangtuanya; di mana posisi tertentu dipertahankan pleh
segelintir kasta, dimana sistem memilih melalui suatu proses
pemilihan tidak dikenal, maka orang hanya mengorbankan sedikit tenaga untuk
menemukan suatu tempat di dalam sistem sosial demikian. Intensitas kompetisi berbeda-beda,
sesuai dengan tingkat kemerdekaan perseorangan, sesuai dengan tingkat perubahan
sosial, dan berkebalikan dengan sifat badan-badan selektif.
Semakin bebas individu dalam memilih
tingkat upah yang lebih baik, atau semakin jarang orang mengalami diskriminasi rasial,
keagamaan atau diskriminasi kelas, maka semakin tinggi tingkat kemajuan umum
yang dicapai oleh masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan sosial membuaka kesempatan
baru banyak orang, yang dalam keadaan yang lain orang mungkin harus meyakinkan
dirinya sendiri bahwa mereka ditentukan untuk selama-lamanya. Contoh menarik
dari proses ini ialah pengaruh peningkatan industri mobil di Amerika Serikat,
yang mana selama 25 tahun menyerap tenaga kerja sejuta orang dan sangat sedikit
di antara mereka yang mewariskan pekerjaan mereka kepada anak mereka. Makin
baik badan-badan selektif makin ekonomis dan makin tepat penyaringan terhadap
orang-orang yang berkompetisi.
2. AKIBAT KOMPETISI
Setiap orang yang berkompetisi akan
mencoba menyesuaikan diri mereka sendiri sebaik mungkin dengan kondisi khusus
mereka sendiri agar supaya menjadikannya sebagai orang yang terbaik, dan
individualisasi adalah suatu produk dari penyesuaian diri ini, di mana
mentalitas perseorangan dari seorang individu mencerminkan struktur dari
situasi dan kekhasan dari orang yang berkompetisi itu. Kompetisi mempertinggi
keanekaragaman kepandaian, kekenyalan dan mobilitas individu yang terlibat di
dalamnya. Kompetisi dalam sebagian besar kasus, berhubungan erat dengan
mobilitas. Hanya jika saya dapat maju menuju kemungkinan mencapai prestasi
terbaiklah maka kompetisi mampu mengembangkan potensi sosial saya. Bagaimana
pun juga, kompetisi individual adalah suatu perantara yang cenderung memecah
solidaritas kelompok.
Pasar adalah tempat di mana kompetisi
mula-mula timbul,mula-mula terdapat di kawasan perbatasan suku, yakni ditempat
mana komunikasi antar suku berlangsung. Pandangan yang timbul di dalam situasi
marjinal ini kemudian menerobos ke tengah-tengah masyarakat dan dengan demikian
dimulailah transformasi ke arah situasi masyarakat yang serakah.
Secara psikologis,kompetisi
cenderung menciptakan perasaan inferior. Ini adalah konsekuensi dari cara-cara
melalui mana kompetisi itu berlangsung. Di sini dibedakan dua jenis perasaan
inferior yang bersumber pada kompetisi. Pertama, perasaan inferior yang
menyebabkan individu menjadi aktif,yang memaksanya untuk menyesuaikan dirinya
sendiri dengan cara yang lebih baik terhadap situasinya. Perasaan seperti ini
menciptakan insentif baru dan mendorong untuk menghormati kepribadian orang
lain. Perasaan inferior kedua, ialah yang melumpuhkan kekuatan individu dan
memaksanya untuk menerima saja perasaan inferiornya itu. Jenis pertama adalah
potensial dan aktual dan dalam kebanyakan kasus di sebabkan karena kompetisi
yang benar-benar bebas. Sedangkan jenis perasaan inferior kedua, terutama
dibantu perkembangannya oleh tingkahlaku yang otoriter dari mereka yang
mendominasi individu yang berbeda pada posisi yang lemah.
Pertanyaan yang timbul di sini
adalah seperti berikut: siapakah saingan kompetisi anda? Bagaimana acaranya
anda mengkonpensasikan perasaan inferior anda? Apakah kompetisi itu
meningkatkan kekuatan anda ataukaah situasi kompetisi demikian itu anda hadapi
dengan menarik diri dan lari ke dalam diri sendiri, sehingga anda menjadi
seorang pendiam dan pelamun? Apakah kompetisi itu membesarkan hati dan
mendorong anda ataukah mengecilkan dan menciutkan hati anda dalam berusaha?
Suatu perasaan inferior yang minimum
sering perlu untuk menemukan cara-cara penyesuaian diri yang baru, yang
dibutuhkan dalam menghadapi situasi baru. Perasaan inferiorlah yang menciptakan
dalam diri individu suatu desakan untuk mengkompensasikan perasaan inferiornya
sendiri. Mekanisme ini dapat mengubah penampilan yang buruk menjadi penampilan
yang lebih baik di sekolah, di tempat bekerja, dan sebagian. Tetapi sejumlah
perasaan inferior yang berlebih-lebihan melumpuhkan aktivitas individu,karena
perasaan demikian merusak keseimbangan kepribadiannya dan penilaiannya terhadap
dirinya sendiri.
Tentu saja juga ada metode untuk
menghilangkan perasaan inferior seseorang. Contohnya, pertama sebagai pengganti
pengembangan kemampuan diri kita sendiri, kita mencoba membatasi lawan
berkompetisi kita seperti ketika seorang pimpinan menengah dalam suatu
birokrasi memilih para asistennya dari kalangan orang yang tidak berbakat, dan
dengan demikian menimbulkan kemungkina untuk menguasai perasaan inferior itu.
Atau kedua, dengan mencemarkan ide-ide atau nama baik orang lain yang
berkompetisi dengan kita. Menurut cara ini, kebencian, iri hati, dan dendam
kesumat di lawan dengan kepahlawanan, dengan kekesatriaan. Atau ketika prestasi
kita sedang meningkat,kelompok lain yang kurang berefektif mungkin mencoba
menghasut orang lain untuk memusuhi kita yang lebih efisien dan yang lebih
berhasil. Contohnya kasus demikian ini dapat ditunjukkan ketika para bangsawan
pemilik tanah mencoba menciptakan perasaan permusuhan melawan pengusaha
industri yang banyak menghasilkan uang. Pencarian `kambing hitam` juga bukan
suatu hal yang taklazim dilakukan orang; kegagalan yang bersumber sebenarnya
pada kelemahan kita sendiri, kita lemparkan kesalahannya kepada orang lain
sebagai biang keladinya.
3. KETERBATASAN METODE KOMPETISI
Sepanjang kompetisi bekerja menurut
cara-cara yang konstruktif,maka ia akan memaksa individu untuk meningkatkan
usaha perseorangannya dan mendorongnya untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Karena kompetisi berperan sangat efektif,maka sebagai akibatnya dimungkinkan
untuk memilih yang terbaik dri segi tipe manusianya yang paling menonjol dan
dari segi penampilannya yang terbaik dalam pekerjaan. Tetapi ada suatu
kemungkinan bahwa prinsip kompetisi yang sama,justru dapat menghasilkan
akibat-akibat yang berlawanan,dan menjadi alat dari cara-cara pemilihan yang
bersifat negatif. Karena itu kompetisi secara bebas harus selalu disertai
dengan peraturan yang mengikat dan standar yang di terima secara umum. Di sini,
fenomena perlakuan yang wajar terhadap semua orang (disebut: fair-play )
termasuk ke dalam nya.
Perlakuan yang wajar terhadap semua
orang berarti bahwa baik dalam keseluruhan masyarakat atau sekurang-kurangnya
dalam salah satu stratanya, suatu kontrol sosial tertentu berlaku dalam bentuk
suatu standar tinhkahlaku yang mempengaruhi mentalitas individu yang
berkompetisi itu. Kejujuran seperti itu dapat dimasukkan ke dalam situasi
kompetisi di sekolah, di dalam dunia usaha, dan di dalam bidang perjuangan
politik. Kelompok harus menerima sekurang-kurangnya harus ditegur oleh beberapa
orang anggotanya,dan pemimpin harus pula menerima suatu standar sosial yang
menentukan, yang menjamin kewajaran dan kejujuran terlaksana di kalansgan orang
yang berkompetisi. C.H. Cooley adalah orang yang pertama yang menyadari arti
penting prinsip fair-play ini.
BAB VII
MANUSIA, SAINS, DAN SENI
A. HAKIKAT DAN MAKN SAINS, TEKNOLOGI,
DAN SENI BAGI MANUSIA
Selama
perjalanan sejarah, umat manusia sudah berhasil menciptakan berbagai ragam
kebudayaan. Berbagai macam atau ragam kebudayaan, tersaebut hanya meliputi
tujuh buah kebudayaan. Ketujuh unsur kebudayaan tersebut merupakan unsur-unsur
pokok yang selalu Vada pada pokok kebudayaan. masyarakat yang ada dibelahan
dunia ini. Menurut Kluchkhon sebagaimana dikutip Koenjaraningrat (1996), bahwa
ketujuh unsur pokok kebudayaan tersebut meliputi peralatan hidup (teknologi),
sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem kemasyarakatan (organisasi
sosial), sistem bahasa, kesenian (seni), sistem pengetahua ( ilmu
pengetahuan/sains), serta sistem kepercayaan (religi).
Ketujuh
unsur budaya tersebut merupakan unsur-unsur budaya pokok yang pasti ada atau
kita ketemukan apabila kita meneliti atau mempelajari setiap kehidupan
masyarakat mana pun di dunia ini. Karena ada pada setiap kehidupan masyarakat
didunia, maka ketujuh unsur pokok dari kebudayaan yang ada di dunia itu sering
kali dikatakan sebagai unsur – unsur budaya yang bersifat universal, atau
unsur-unsur kebudayaan universal.
Ilmu
pengetahuan (sains), peralatan hidup (teknologi), serta kesenian (seni), atau
yang disingkat Ipteks, termasuk bagian dari unsur-unsur pokok dari kebudayaan
universal tersebut. Maka dapat dipastikan Ipteks akan kita jumpai pada setiap
kehidupan masyarakat manusia dimana pun berada, baik yang telah maju, sedang
berkembang, sampai pada masyarakat yang masih sangat rendah tingkat
peradabannya. Bahkan, pada kehidupan masyarakat purba atau pada zaman
prasejarah sekalipun, ketujuh unsur-unsur budaya universal tersebu telah ada,
termasuk Ipteks, meskipun tentunya pada tingkatan yang sangat sederhana atau
primitif sekali.
Salah
satu bukti bahwa pada zaman purba telah muncul ketujuh unsur-unsur budaya
universal adalah pada zaman itu manusia telah mengenal adanya
peralatan hidup atau teknologi berupa alat-alat sederhana yang terbuat dari
batu maupan dari tulang yang diginakan untuk mencari makanan (berburu, meramu
makanan, atau bercocok tanam secara sederhana atau berladang). Kemudian, pada
saat itu manusia purba juga telah mengenal adanya sistem kepercayaan yang sekaligus
menunjukkan adanya nilai seni serta sistem mata pencaharian hidup manusia
purba, yakni sebagaimana terpotret pada gambar gambar mistis berupa lukisan
telapak tanganserta lukisan babi rusa yang terkena panah pada bagian perutnya,
yang ditemukan di gua-gua tempat tinggal mereka. Pad zaman purba, ternyata juga
telah dikenal adanya sistem pengetahuan dalam pelayaran yang menggunakan
sandaran pengetahuan pada perbintangan.
Demikianlah
pada masa-masa sesudahnya, pelan tetapi pasti Ipteks terus berkembang semakin
maju sejalan dengan kemajuan penalaran yang telah dicapai oleh umat manusia.
Bahkan, kini Ipteks yang pada awal perkembangannya berasal dari embrio
filsafat, sekarang pertumbuhannya telah bercabang-cabang menjadi puluhan,
bahkan ratusan disiplin ilmu ataupun teknologi yang masing-masing memiliki
karakteristik serta dasar keilmiahannya sendiri-sendiri.
Salah
satu fungsi utama ilmu pengetahuan dan teknologi adalah untuk sarana bagi
kehidupan manusia, yakni untuk membantu manusia agar aktivitas kehidupannya
menjadi lebih mudah, lancar, efisien, dan efektif,sehingga kehidupannya menjadi
lebih bermakna dan produktif. Oleh karena itu, khususnya dalam ilmu
antropologi, istilah atau pengertian ilmu pengetahuan sering dipakai untuk
merujuk pada keterkaitan antar manusia, lingkungan, dan kebudayaan. Hal ini
dikarenakan dalam berinteraksi menghadapi lingkungannya, manusia mau tidak mau
pasti akan berusaha menggunakan sarana-sarana berupa pengetahuan yang dimiliki
serta menciptakan peralatan hidup untuk membantu kehidupannya. Dengan demikian,
Iptek bagi manusia selalu berkaitan dengan usaha manusia untuk menciptakan
taraf kehidupannya yang lebih baik.
Dalam
definisi lain (terutama berdasarkan kajian filsafat ilmu) istilah Iptek (ilmu,pengetahuan,
dan teknologi) juga sering dibedakan secara terpisah atau sendiri-sendiri,
karena masing-masing dari ketiga istilah itu dianggap memiliki bobot keilmiahan
yang berbeda-beda. Menurut pengertian ini, pengetahuan merupakan pengalaman
yang bermakna dalam diri tiap orang yang tumbuh sejak ia dilahirkan. Oleh
karena itu, manusia yang normal, sekolah atau tidak sekolah, sudah pasti
dianggap memiliki pengetahuan. Pengetahuan dapat dikembangkan manusia karena
dua hal.Pertama, manusia mempunyai bahasa yang dapat mengomunikasikan
informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut. Kedua,
manusia mempunyai kemampuan berpikir menurut suatu alur pikir tertentu yang
merupakan kemampuan menalar. Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam
menarik suatu kesimpulan yang berupa pengetahuan.
Namun
begitu, yang namanya pengetahuan sifatnya acak, dan bagi kita (manusia),
pengetahuan tersebut sangat potensial. Hanya saja, dalam kehidupan yang makin
berkembang, kompleks, serta penuh tantangan ini, pengetahuan yang sifatnya acak
tersebut nilai fungsionalnya tidak sampai mencapai tingkatan yang optimum guna
menghadapi tantangan serta memecahkan masalah yang makin rumit. Oleh karena
itu, pengetahuan yang sifatnya acak tadi perlu ditingkatkan derajat atau bobot
keilmiahannya sehingga berubah menjadi ilmu. Dengan demikian, pengetahuan yang
bersifat acak serta terbuka itu dengan melalui proses yang cukup anjang, dapat
diorganisasikan dan disusun menjadi bidang bidang seperti filsafat, humaniora,
serta ilmu.
Selanjutnya
dalam kaitannya dengan ilmu. Ilmu itu sendiri secara garis besar dapat
dikelompokkan menjadi dua buah golongan besar, yakni ilmu eksak dan noneksak,
atau ilmu pengetahuan alam (IPA ) serta ilmu pengetahuan sosial (IPS ). Jika
dilihat dari ciri-cirinya serta dibandingkan dengan pengetahuan yang acak dan
terbuka lainnya, terletak pada adanya unsur sistematika, obkek kajian, ruang
lingkup kajian, serta metode yang diterapkan serta dikembangkannya. Jadi, ilmu
sesungguhnya merupakan pengetahuan yang sudah mencapai taraf tertentu yang
telah memenuhi sistematika, memiliki objek kajian, dan metode pembahasan akan
kajian tersebut.
Ilmu
dapat diartikan sebagai pengetahuan yang tersusun secara sistematis dengan
menggunakan kekuatan pemikiran, dimana pengetahuan tersebut selalu dapat
dikontrol oleh setiap orang yang ingin mengetahuinya. Berpijak dari pengertian
ini, maka ilmu memiliki kandungan unsur-unsur pokok sebagai berikut.
1. Berisi pengetahuan (knowledge)
2. Tersusun secara sistematis.
3. Menggunakan penalaran.
4. Dapat dikontrol secara kritis oleh
orang lain.
Ilmu pengetahuan bersifat fungsional
dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pengetahuan, maka pemanfaatan
benda, alat, senjata, dan hewan, menjadi lebh mudah serta terarah guna mencapai
hasil atau apa yang diinginkannya. Apalagi setelah pengetahuan itu tersusun
menjadi sebuah ilmu (ilmu pengetahuan), maka fungsi dan penerapannya dalam
rangka memanfaatkan sebuah benda, alat, senjata, atau hewan tadi akan menjadi
lebih baik lagi.
Sementara
itu, lebih khusus lagi jika pengetahuan dan ilmu pengetahuan tadi diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari dalam rangka untuk menampilkan sesuatu, maka akan
menghasilkan kemampuan apa yang kemudian disebut teknologi. Oleh
karena itu, sebagaimana dikatakan Brown (1980), bahwa teknologi pada hakikatnya
merupakan penerapan pengetahuan oleh manusia guna mengerjakan suatu tugas yang
dikehendakinya. Dengan kata lain, teknologi pada hakikatnya merupakan penerapan
praktis pengetahuan untuk mengerjakan sesuatu yang kita inginkan. Pengertian
senada juga pernah ditegaskan oleh Marwah Daud Ibrahim, yang menyatakan bahwa
ilmu pengetahuan pada hakikatnya adalah suatu jawaban sistematis atas kata atau
pertanyaan “mengapa”, sedangkan teknologi adalah jawaban praktis dari
pertanyaan “bagaimana”. Selanjutnya, dengan teknologi itu orang lalu dapat
memanfaatkan gejala alam, bahkan bisa mengubahnya.
Sebenarnya
masih banyak lagi definisi lain yang dibuat oleh para ahli tentang ilmu,
teknologi, serta seni yang dibuat oleh para ahli. Berbagai defenisi itu telah
diberikan oleh para filsuf, ilmuwan serta budayawan, yang mana masing masing
seolah membuat defensi sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Misalnya saja
yang paling sederhana mengatakan bahwa sains atau ilmu pengetahuan yang
sistematis. Sedangkan pengertian yang lebih luas dikatakan bahwa yang disebut
sainsadalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui suatu proses
pengkajian dan dapat diterima secara rasio. Jadi, dalam pengertian yang lebih
luas ini sains dikatakanya sebagai suatu himpunan rasionalitas kolektif insani.
Seacara etimologis, kata sains sendiri berasala dari bahasa Latin, yaitu scire,
yang berarti mengetahui atau belajar. Sedangkan sebagaimana sudah kita pahami
bersama bahwa kata sains sendiri dalam pengertian atau terjemahan bahasa
Indonesia berarti ilmu pengetahuan.
Sebagaimana
juga pernah disinggung sebelumnya, jika dilihat dari segi filsafat ilmu antara
pengetahuan dan sains adalah berbeda (memilki makna berbeda). Pengetahuan
adalah segala sesuatu yang diketahui oleh manusia melalui tangkapan panca
indera, intuisi, serta firasat, sedangkan ilmu pengetahuan yang sudah
diklasifikasi, diorganisasi, disistemisasi, serta diinterprestasikan sehingga
menghasilkan kebenaran yang objektif, sudah teruji kebenarannya, serta dapat
diulang secara imiah. Dalam sudut pandang filsafat imu, istilah sains
juga telah dipahami oleh masyarakat Indonesia menjadi suatu istilah baku, yaitu
ilmu pengetahuan.
Lalu,
timbul pertanyaan kapanatu bilamana kira-kira suatu pngetahuan itu dapat
dikategorikan sebagai suatu ilmu (sains/ilmu pengetahuan). Dalam kajian filasafat
ilmu, suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai suatu ilmu apabila memenuhi
tiga kriteria pokok sebagai berikut.
1. Adanya aspek ontologis, artinya bidang studi yang
bersangkutan telah memiliki objek studi/kajian yang jelas. Dalam hal ini, bahwa
yang nama nya objek suatu studi itu haruslah yang jelas, artinya dapat
diindentifikasikan, dapat diberi batasan, serta dapat diuraikan sifat nya yang
esensial. Objek studi suatu ilmu itu sendiri terdapat dua macam, yaitu objek
material serta objek formal.
2. Adanya aspek epistemologi, yang artinya bahwa bidang studi
yang bersangkutan telah memiliki metode kerja yang lebih jelas. Dalam hal ini
terdapat tiga metode kerja suatu bidang studi, yaitu deduksi, induksi, serta
eduksi.
3. Adanya aspek aksiologi, yang artinya bahwa bidang studi
yang bersangkutan memiliki nilai guna. Misalnya, bidang studi tersebut dapat
menunjukkan adanya nilai teoritis, hukum, generalisasi, kecenderungan umum,
konsep, serta kesimpulan yang logis, sistematis, dan koheren. Selain itu, bahwa
dalam teori serta konsep tersebut tidak menunjukkan adanya kerancuan,
perentangan kontradiktif diantara satu sama lainnya.
Dalam filsafat ilmu, setiap ilmu
membatasi diri pada salah satu bidang kajian. Oleh karena itu, ada seseorang
yang hanya mendalami bidang ilmu tertentu dalam masyarakat, yang kemudian
disebut sebagai spesialis, dan ada pula seseorang yang banyak tahu
dalam bidang ilmu, namun tidak sampai mendalam, atau yang kemudian
disebut generalis. Namun, karena keterbatasan manusia maka sangat
jarang ditemukan adanya seseorang dalam masyarakat yang menguasai beberapa ilmu
secara mendalam.
Setelah kita mengetahui tentang
pengertian sains (ilmu pengetahuan) dan teknologi, kemudian perbedaan serta hubungannya
masing-masing, lalu muncul pertanyaan lagi, yaitu bagaimana hubungannya dengan
seni dalam kehidupan manusia ? Nah, untuk dapat menjawab pertanyaan ini,
berikut akan kita uraikan sedikit tentang bagaimana keterkaitan di antara
unsur-unsur Ipteks itu dalam kaitannya dengan kehidupan manusia di alam semesta
ini.
Dalam pemikiran Barat, sains emiliki
tiga karakteristik pokok, yaitu bersifat obyektif, netral, serta bebas nilai.
Karakteristik sebuah ilmu pengetahuan bersifat obyektif dan netral itu sudah
jelas, namun apakah benar bahwa sains itu juga harus bebas nilai ? tampaknya
disinilah permulaan yang akan kita bahas didalam menghubungkan antara
pengetahuan, sains, teknologi, serta seni dalam kehidupan manusia. Menurut
sebagian ahli, bahwa sekalipun diakui berpijak dari sistem nilai, namun sains
tetap bebas dari pertimbangan-pertimbangan nilai. Akan tetapi, mereka mengakui
bahwa sains tetap berpijak pada sistem nilai. Karena dalam pandangan mereka,
hubungan langsug diantara fakta dan bukan fakta, sedangkan
pertimbangan-pertimbangan nilai menurut mereka bukanlah wewenang dari sains.
Namun perlu juga diketahui bahwa fakta itu sangat tergantung pada sains, dan
tergantung pula pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para ilmuwan sendiri,
karena memang dialah yang menentukan fakta mana saja yang lebih relevan dan apa
saja yang dapat dikatakan sebagai fakta ilmiah.
Jadi, dalam pengertian tersebut
bahwa fakta itu jelas sangat tergantung pada jiwa seseorang dalam memilih
pertanyaan yang diformulasikan dan yang tergabung dalam aksioma serta pemilihan
aksioma tadi. Jadi, bukanlah pilihan pertanyaan dan aksioma terlepas dari
pilihan serta pertimbangan nilai nilai ? meskipun memang benar dikatakan bahwa
nilai itu tidak akan bisa langsung keluar dari fakta, namun sebuah fakta hanya
akan menjadi relevan dan signifikan apabila melalui sebuah sistem niali. Karena
disini yang dikatakan fakta hanya akan timbul karena daya sains yang bersifat
objektif dan tanpa pamrih.
Sedangkan
pada sisi lainnya, dikatakan bahwa meskipun teori pada sains juga dibangun
diatas fakta, tetapi laporan tentang fakta itu sendiri juga tidak luput dari
interprestasi. Oleh karena itu, dikatakan bahwa sains terbentuk karena adanya
pertemuan dua orde pengalaman, yakni orde observasi dan orde konsepsional. Orde
observasi didasarkan pada hasil observasi fakta, sedangkan orde konsepsi
didasarkan pada hasil pemahaman manusia mengenai alam semesta, karena itu
sifatnya menjadi sangat subjektif. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa sains,
tidak bisa bebas dari nilai-nilai. Jadi, sesuai dengan sifat sains itu sendiri
yang kebenaranya bersifat tidak mutlak.
Sedangkan
berbicara masalah teknologi, dimana istilah teknologi itu sendiri sebenarnya
sudah mengandung pengertian sains dan teknik atau engineering, sebab produk
teknologi tidaklah mungkin ada tanpa didasari adanya sains. Sementara itu,
dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu unsur budaya sebagai
hasil penerapan praktis dari sains. Walaupun pada dasarnya teknologi juga
memiliki karakteristik objektif dan netral, namun dalam kenyataannya teknologi
tidak bisa netral seluruhnya karena memerlukan juga sentuhan estetika yang
bersifat objektif.
Pada
titik ini kita berbicara tentang seni. Seni berasal dari bahasa Latin,
yaitu ars yang berarti kemahiran. Secara etimologis, seni
(art) diformulasikan sebagai suatu kemahiran dalam membuat barang atau
mengerjakan sesuatu. Pengertian seni merupakan kebalikan dari alam, yaitu
sebagai hasil campur tangan (sentuhan) manusia. Seni merupakan pengolahan budi
manusia secara tekun untuk mengubah suatu benda bagi kepentingan rohani dan
jasmani manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang yang hasil ekspresi
tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni dan keindahan yang
tercipta merupakan dua sisi yang tidak bisa dipisahkan. Dengan seni, cipta dan
karya manusia, termasuk teknologi, di dalamnya mendapat sentuhan keindahan atau
estetika.
Dari
uraian di atas, seni diartikan sebagai kegiatan manusia (human activity), yaitu
proses kegiatan manusia dalam menciptakan benda-benda yang bernilai estetik.
Jadi, dengan sentuhan seni, teknologi sebagai hasil karya ilmu
pengetahuan manusia tidak sekadar menjadi alat, tetapi juga bernilai indah.
Contohnya, pesawat terbang sebagai karya teknologi tidak hanya berkembaang dari
sisi kualitas, kemampuan mesin, dan ketahanannya, tetapi juga berkembang
semakin estetik, baik dalam hal bangunan bodi, model, interior pesawat, warna,
dan sebagainya. Selain itu, seni juga berarti hasil karya seni itu sendiri.
Pesawat adalah teknologi hasil karya dan juga hasil seni dari manusia.
Ilmu
pengetahuan merupakan usaha manusia untuk memahami gejala dan fakta alam, lalu
melestarikan pengetahuan tersebut secara konsepsional dan sistematis. Sedangkan
teknologi adalah usaha manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan itu untuk
kepentingan dan kesejahteraan. Karena hubungan tersebut, maka perkembangan ilmu
pengetahuan selalu terkait dengan perkembangan teknologi, demikiann pula sebaliknya.
Sains
dan teknologi saling membutuhkan, karena sains tanpa teknologi bagaikan pohon
tak berakar (science without technology has no fruit, technology
without science has no root). Sains hanya mampu mengajarkan fakta dan
nonfakta pada manusia, ia tidak mampu mengajarkan apa yang harus atau tidak
boleh dilakukan oleh manusia. Jadi, fungsi sains di sini hanyalah
mengoordinasikan semua pengalaman manusia dan menempatkannya ke dalam suatu
sistem yang logis, sedangkan fungsi seni sebagai pemberi persepsi mengenai
suatu keberaturan dalam hidup dengan menempatkan suatu keberaturan padanya.
Tujuan sains dan teknologi adalah untuk memudahkan manusia dalam menjalani
kehidupannya. Sedangkan seni memberi sentuhan estetik sebagai hasil budaya yang
indah dari manusia.
B. DAMPAK
PENYALAHGUNAAN IPTEKS PADA KEHIDUPAN
Manusia
dengan potensi akalnya, telah diberi kebebasan untuk memilih dan mengembangkan
mana yang benar dan mana yang salah. Sedangkan dengan potensinya pula manusia dapat
menggali dan mengembangkan rahasia alam semesta ini sehingga lahirlah apa yang
kemudian disebut sains, teknologi, dan seni (disingkat
Ipteks). Pada saat ini, perkembangan Ipteks sudah sedemikian
pesatnya, bahkan telah berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung
bagi kehidupan manusia, dan pengaruh tersebut menyangkut pola pikir,
pola kerja, pola hidup, maupun tingkah lakunya. Semestinya, semakin tinggi
penguasaan terhadap Ipteks, harusnya manusia semakin kritis dalam
berpikir, semakin disiplin dalam bekerja, dan semakin efisien dalam bertindak.
Akan tetapi, pada kenyatannya kebanyakan manusia justru semakin merasa dibuai
dengan semua fasilitas dan produk yang dihasilkan oleh Ipteks tersebut.
Dalam
kehidupan modern, hampir tidak ada orang yang hidup tanpa menggunakan jasa
Iptek. Semakin tinggi orang yang menggunakan jasa Iptek, semakin tinggi pula
tingkat ketergantungannya kepada alat-alat tersebut. Dampak langsung dari
kemajuan Iptek adalah kemudahan-kemudahan dalam beraktivitas. Memang Iptek
diciptakan dengan tujuan untuk memberikan berbagai kemudahan dan memperingan
beban pekerjaan manusia yang tadinya sangat melelahkan menjadi ringan. Namun,
dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, dapat
mengakibatkan masyarakat semakin terbuai, karena mereka hampir tidak sadar
bahwa ternyata dirinya telah berada dalam situasi pola hidup konsumtif,
hedonistik, dan materialistik.
Perkembangan
Iptek yang demikian pesat mampu menciptakan perubahan-perubahan yang
berpengaruh langsung pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam
elemen-elemen sebagai berikut.
1. Perubahan di bidang intelektual;
masyarakat meninggalkan kebiasaan lama atau kepercayaan tradisional, mereka
mulai mengambil kebiasaan serta kepercayaan baru, setidaknya mereka telah
melakukan reaktualisasi.
2. Perubahan dalam organisasi sosial
yang mengarah pada kehidupan politik.
3. Perubahan dan benturan-benturan
terhadap tata nilai dan tata lingkungannya.
4. Perubahan di bidanng industri dan
kemampuan di medan perang.
Keempat
persoalan di atas kini secara langsung telah menyentuh sendi-sendi kehidupan
manusia yang menuntut keterlibatan semua pihak, yang pada akhirnya ikut
menentukan pula kelangsungan hidup umat manusia di muka bumi ini.
Dalam
pemikiran teologis, ada suatu pernyataan yang seolah-olah tabu untuk
dipersoalkan, yaitu “Kapan kira-kira kiamat itu akan terjadi?”. Di sini
jawabannya sangat normatif, yaitu hanya Tuhanlah yang tahu karena Dia-lah yang
menentukan kapan kiamat itu akan tiba. Sedangkan dalam pemikiran saintifik,
pertanyaan semacam itu ternyata bisa dikembangkan, yaitu bahwa kiamat akan
terjaadi apabila alam semesta ini sudah kehilangan keseimbangannya, dan yang
menjaga keseimbangan alam itu adalah salah satu tugas manusia. Jadi, apabila
pengembangan Iptek (oleh manusia) sampai tidak memedulikan keseimbangan dan
kelestarian (yang juga menjadi salah satu tugas manusia), maka kiamat akan segera
tiba. Dengan demikian, peristiwa kiamat dalam pandangan saintifik sangat
tergantung pada ulah manusia, yakni sejauh mana manusia di muka bumi ini dapat
menjaga dan melestarikan alam ini. Oleh karena itulah, menjadi tugas manusia
sebagai makhluk yang telah diangkat oleh Tuhan menjadi khalifah di muka bumi
ini untuk menjaga kelestarian alam ini dengan memanfaatkan serta
menerapkan hasil karya Ipteks dengan cara yang tepat.
Seperti
sudah menjadi hukum alam, di samping ada sisi positif juga muncul sisi negatif
dari kemajuan Iptek. Selain yang sudah disebutkandi atas, contoh dampak negatif
Ipteks di antaranya adalah perlombaan senjata nuklir, pelanggaran norma
kesusilaan, kriminalitas, penurunan kesehatan, dan pencemaran lingkungan hidup.
Adanya
sisi positif dan negatif dari Ipteks maka sering dikatakan bahwa kemajuan
Ipteks bermata dua atau bersifat dilematis. Di satu sisi, Iptek secara positif
telah mendatangkan rahmat, dalam arti dapat meningkatkan kesejahteraan hidup
manusia. Oleh karena itu, ada pihak yang menyatakan bahwa Iptek menjadi “tulang
punggung kesejahteraan”. Namun di sisi lain, seperti dapat kita amati dalam
kehidupan, penerapan dan pemanfaatan Ipteks itu juga telah membawa dampak
negatif atau membawa laknat dalam bentuk munculnya masalah lingkungan, seperti
pencemaran, kekeringan, banjir, tanah longsor, dan kenaikan susu udara global.
Oleh karena itu, kita sebagai umat manusia tentunya harus penuh kewaspadaan dan
kehati-hatian dalam menerapkan dan memanfaatkan Iptek, yakni yang sesuai dengan
asas-asas keserasian, keseimbangan, maupun kelestarian. Dengan demikian,
kehidupan di bumi ini akan tetap berjalan secara seimbang dan lestari.
Bukan
hanya sampai disitu, pada saat ini perkembangan Iptek juga telah merambah ke
bidang teknologi informasi dan komunikasi. Sebagaimana kita dengar atau lihat
di berbagai media massa, semenjak runtuhnya komunisme dan dilanjutkan dengan
munculnya keterbukaan, dunia seakan dilanda arus informasi dan globalisasi.
Akibat kemajuan di bidang teknologi informasi yang ditandai dengan munculnya
berbagai media komunikasi canggih, seperti pesawat telepon, komputer,
faksimili, internet, dan lain-lain, maka arus informasi semakin cepat, dan
akibat lebih lanjutnya ialah dunia seakan-akan menjadi semakin transparan
(terbuka) dan sempit. Akan tetapi, pemanfaatan dan penerapan teknologi di
bidang informasi dan komunikasi juga mengandung suatu dilema atau bermata dua,
yakni rahmat dan laknat. Di bidang komunikasi, rahmat Iptek dapat Anda amati
dan hayati, yang bukan hanya telah mengglobal, melainkan juga telah mengangkasa
luar. Bahkan, satelit komunikasi juga semakin memacu derasnya informasi.
Derasnya arus informasi ini sebagaimana dilakukan stasiun-stasiun televisi yang
telah memanfaatkan berbagai penyiaran globalnya melalui satelit-satelit
komunikasi tersebut.
Sedangkan
dampak negatif yang membawa laknat juga telah mengglobal. Berbagai pencemaran
yang berpengaruh terhadap kesehatan fisik biologis dan mental psikologis pun
telah mengglobal. Dampak negatif dari perkembangan kemajuan serta penerapan
Iptek yang telah menghasilkan berbagai ketimpangan itu oleh Alvin Toffler
(1976) disebut sebagai guncangan hari esok (future shock), yang
tidak saja telah menimbulkan guncangan fisik(physical shock), melainkan
juga guncangan kejiwaan (psychological shock). Sekarang cobalah
Anda lihat dan amati sendiri, bagaimana telah mengglobalnya berbagai penyakit
yang timbul di masyarakat pada saat ini. Mulai dari ketegangan urat sraf, darah
tinggi, sadisme, kriminalitas, mabuk, teler,dan sebagainya, adalah berbagai
macam penyakit ataupun gangguan-gangguan fisik-biologis maupun
mental-psikologis, yang tidak hanya terjadi di negara-negara tertentu saja,
melainkan juga telah meluas ke berbagai negara di penjuru dunia. Dalam kaitan
ini, maka perkembangan kemajuan Iptek di bidang komunikasi dan informasi itulah
yang dianggap menjadi salah satu sarana penyebarannya. Di sinilah kiranya letak
tuntutan bagi dunia pendidikan pada khususnya, serta masyarakat dan pemerintah pada
umumnya, bagaimana caranya menciptakan kiat-kiat khusus guna mengatasi dampak
negatif Iptek terhadap guncangan fisik serta psikologis tadi.
C. PROBLEMATIKA PEMANFAATAN IPTEKS DI
INDONESIA
Ipteks
dimanfaatkan oleh manusia terutama dalam memudahkan pemenuhan kebutuhan hidup.
Contoh sederhana adalah dengan dikembangkannya sarana transportasi, manusia
bisa bergerak dan melakukan mobilisasi dengan cepat. Kemajuan yang dicapai
manusia melalui Ipteks telah memberikan dampak positif dalam hidupnya. Ipteks
memberi rahmat dalam arti memicu kemajuan dan kesejahteraan. Namun demikian,
pemanfaatan Ipteks oleh manusia dapat pula berdampak buruk bagi kehidupan dan
lingkungan hidup manusia itu sendiri. Gejala negatif itu sebagai
akibat dari penyalahgunaan dalam hal pemanfaatannya, berlebihan dalam
penggunaannya, ataupun tidak mempunyai manusia dalam mengendalikan kekuatan
teknologi itu sendirii.
Pengembangan
ilmu pengetahuan berjalan aktif di segala bidang, yaitu kesehatan, pertaniian,
ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, dan sebagainya. Akan tetapi,
jika diamati lebih teliti ada empat bidang ilmu pengetahuan dan teknologi
strategis yang akan menentukan masa depan dunia, yaitu material, energi,
mikroelektronik, dan bioteknologi (Rahardi Ramelan, 2004). Dari bidang-bidang
tersebut menghasilkan pula empat macam teknologi, yaitu teknologi bahan,
teknologi energi, teknologi mikroelektronika, dan teknologi hayati.
Teknologi
bahan adalah teknologi yang memanfaatkan material, terutama logam
seperti besi dan baja untuk pemenuhan kebutuhan manusia yang menggunakan bahan
material tersebut. Dewasa ini, inovasi penciptaan material baru terus
berkembang dan tidak lagi mengandalkan logam atau komponen baku yang sudah dibentuk
alam (konvensional). Berbagai komposisi baru atau pemurnian dilakukan untuk
memanfaatkan material organik dan anorganik sebagai structural
material, tool material, atau electronic/electromagnetic
materials. Pembentukan material komposit yang semula hanya menggunakan
jenis-jenis polimer sebagai serat penguat/matriks juga digunakan
pada struktur pesawat terbang, printed circuit board, dan
lain-lainnya, telah berkembang dan akan terus berkembang dengan menggunakan
bahan-bahan serat lainnya, seperti kaca/gelas, karbon, logam, ataupun keramik.
Teknologi
energi adalah
teknologi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi. Sumber energi konvensional
di dunia adalah minyak, gas alam, batu bara, tenaga air,geothermal, dan kayu.
Sumber dan teknologi modern sudah mulai dikembangkan, termasuk tenaga nuklir,
gambut, tenaga surya, gelombang laut, tenaga panas laut, angin, dan sebagainya.
Teknologi
mikroelektronika atau
yang berkembang sekarang ini sebagai teknologi informasiatau informatika. Teknologi
informasi ialah teknologi yang digunakan untuk menyimpan, menghasilkan,
mengolah, dan menyebarluaskan informasi. Informasi yang dimaksud mencakup
numerik, seperti angka, audio, teks, dan citra seperti gambar dan sandi.
Teknologi informasi merupakan salah satu jenis teknologi yang dikembangkan dari
ilmu-ilmu dasar, seperti matematika, fisika, dan sebagainya. Pengembangan dan
pemanfaatan teknologi informasi ini menghasilkan ciptaan baru berupa komputer,
internet, rekayasa perangkat lunak (program), termasuk kecerdasan buatan.
Perkembangan teknologi informasi atau dengan istilah lain teknologi telematika
mendapat perhatian luar biasa dari banyak negara, termasuk Indonesia.
Perkembangan teknologi informasi ini diyakini menjadi faktor penting
munculnya globalisasi.
Teknologi
hayati atau bioteknologi adaalah teknologi yang berusaha secara sistematis
menggunakan serta mengarahkan sistem atau komune biologis, terutama
organisme kecil, untuk menghasilkan barang atau jasa secara efisien. Untuk memengaruhi
dan mengarahkan itu, kini digunakan berbagai teknik dan alat yang dikembangkan
di cabang-cabang ilmu pengetahuan dan teknologi lainnya, seperti
mikrobiologi, bioengineering, gentic engineering, dan
sebagainya.
Bangsa Indonesia dari dulu sudah
menyadari akan pentingnya peranan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
pembangunan. Faktor yang paling menentukan dalam hal penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi adalah manusia, yaitu para pelaku yang menggeluti
bidang penelitian dan pengembangan serta rancang bangun dan perekayasaan.
Pembinaan terhadap para pelaku seperti perguruan tinggi dan lembaga penelitian,
bahkan pembinaan kemampuan di sektor industri mulai dilakukan. Misalkan dengan
dibentuknya berbagai wadah seperti Kantor Menteri Negara Riset dan Teknologi,
Dewan Riset nasional, Dewan Standarisasi Nasional, Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia, dan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Di
era sekarang ini, perhatian terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi tampak pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2004-2009, khususnya pada bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Disadari oleh bangsa Indonesia bahwa pembangunan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Iptek) pada hakikatnya ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka membangun peradaban manusia. Sejalan dengan paradigma
baru di era globalisasi, yaitu tekno-ekonomi (techno-economy paradigm),
teknologi menjadi faktor yang memberikan kontribusi signifikan dalam
peningkatan kualitas hidup suatu bangsa. Pembangunan Iptek
merupakan sumber terbentuknya iklim inovasi yang menjadi landasan
bagi tumbuhnya kreativitas sumber daya manusia (SDM), yang pada gilirannya
dapat menjadi sumber pertumbuhan dan daya saing ekonomi. Selain itu, Iptek
menentukan tingkat efektivitas dan efisiensi proses transformasi sumber daya
menjadi sumber daya baru yang lebih bernilai. Dengan demikian, peningkatan
kemampuan Iptek sangat diperlukan untuk meningkatkan standar kehidupan bangsa
dan negara, serta kemandirian dan daya saing bangsa Indonesia di mata dunia.
Namun demikian, masalah yang
dihadapi bangsa Indonesia terkait dengan pemanfaatan dan kemampuan Iptek ini
dapat didefinisikasi sebagai berikut (RPJMN 2004-2009).
1. Rendahnya kemampuan Iptek nasional
dalam menghadapi perkembangan global. Hal ini ditunjukkan dengan Indeks
Pencapaian Teknologi (IPT) dalam laporan UNDP tahun 2001 menunjukkan tingkat
pencapaian teknologi Indonesia masih berada pada urutan ke-60 dari 72 negara.
2. Rendahnya kontribusi Iptek nasional
di sektor produksi. Hal ini antara lain ditunjukkan oleh efisiensi dan
rendahnya produktivitasnya, serta minimnya kandungan teknologi dalam kegiatan
ekspor.
3. Belum optimalnya mekanisme intermediasi
Iptek yang menjembatani interaksi antara kapasitas penyedia iptek dengan
kebutuhan pengguna. Masalah ini dapat terilihat dari belum tertatanya
infrastruktur Iptek, antara lain institusi yang mengolah dan menerjemahkan
hasil penggembangan Iptek menjadi preskripsi teknologi yang siap pakai untuk
difungsikan dalam sisitem produksi.
4. Lamahnya sinergi kebijakan Iptek,
sehingga kegiatan Iptek belum sanggup memberikan hasil yang signifikan.
5. Masih terbatasnya sumber daya Iptek,
yang tercermin dari rendahnya kualitas SDM dan kesenjangan pendidikan di bidang
Iptek. Rasio tenaga peneliti Indonesia pada tahun 2001 adalah 4,7 peneliti per
10.000 penduduk, jauh lebih kecil dibandingkan Jepang sebesar 70,7.
6. Belum berkembangnya budaya Iptek di
kalangan masyarakat. Budaya bangsa secara umum masih belum mencerminkan
nilai-nilai Iptek yang mempunyai penalaran objektif, rasional, maju, unggul,
dan mandiri. Pola pikir masyarakat belum berkembang kea rah yang lebih
suka mencipta daripada sekedar memakai, lebih suka membuat daripada
sekadar membeli, serta lebih suka belajar dan berkreasi daripada sekadar
menggunakan teknologi yang ada.
7. Belum optimalnya peran Iptek dalam
mengatasi degradasi fungsi lingkungan hidup. Kemajuan iptek berakibat pula pada
munculnya permasalahan lingkungan. Hal tersebut antara lain disebabkan oleh
belum berkembangnya system menajeman dan teknologi pelestarian fungsi
lingkungan hidup.
8. Masih lemahnya peran Iptek dalam
mengantisipasi dan menanggulangi bencana alam. Wilayah Indonesia dalam konteks
ilmu kebumian global meruapakan wilayah yang rawan bencana.
Banyaknya korban akibat bencana alam merupakan indikator bahwa pembangunan
Indonesia belum berwawasan bencana. Kemampuan Iptek nasional belum optimal
dalam memberikan antisipasi dan solusi strategis terhadap berbagai permasalahan
bencana alam, seperti pemanasan global, anomali iklim, kebakaran hutan, banjir,
longsor, gempa bumi, dan tsunami.
BAB VIII
MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Lingkungan
(milleu) memiliki hubungan dengan manusia. Lingkungan memengaruhi sikap dan
perilaku manusia, demikian pula kehidupan manusia akan memengaruhi lingkungan
tempat hidupnya. Hubungan antara lingkungan dan kehidupan manusia sudah diakui
para pemikir dan tokoh dunia sejak dahulu.
Aristoteles
mengatakan manusia dipengaruhi oleh aspek goegrafi dan lembaga politik.
Montesquieu menyatakan bahwa iklim memengaruhi perilaku iklim memengaruhi
perilaku politik dan semangat manusia. Arnold Toynbee menyatakan peradaban
manusia akan tumbuh pada lingkungan yang sukar dan penuh tantangan sehingga
melahirkan elan vital. Henry Thomas Bucle menyatakan bahwa iklim, tanaman, dan
tanah saling berkaitan dalam memengaruhi karakter dan sifat manusia.
Dari
beberapa pendapat diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa faktor lingkungan
(tanah, iklim, topografi, sumber daya alam) dapat menjadi prakondisi bagi sifat
dan perilaku manusia. Lingkungan menjadi salah satu variabel yang memengaruhi
kehiduapan manusia. Manusia pun dapat memengaruhi lingkungan demi kemajuan dan
kesejahteraan hidupnya.
Bab
ini mengkaji masalah lingkungan hidup dan menusia serta hubungan timbal balik
antara keduanya. Uraiannya mencakup: hakikat dan makna lingkungan bagi manusia;
kualitas penduduk dan lingkungan terhadap kesejahteraan; problematika
lingkungan sosial budaya yang dihadapi masyarakat; dan isu-isu penting
persoalan lintas budaya dan bangsa.
A. HAKIKAT DAN MAKNA LINGKUNGAN BAGI
MANUSIA
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan
hidupnya. Pada mulanya, manusia mencoba mengenal lingkungan hidupnya, kemudian
barulah manusia berusaha menyesesuaikan dirinya. Lebih dari itu, manusia telah
berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan.
Dari sinilah lahir peradaban –istilah Toynbee-senagai akibat dari kemampuan
manusia mengatasi lingkungan agar lingkungan mendukung kehidupannya. Misalnya,
manusia menciptakan jembatan agar bisa melewati sungai yang membatasinya.
Lingkungan adalah suatu media di
mana makhluk hidup tinggal, mencari, dan memiliki karakter seta fungsi yang
khas yang mana terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks dan
riil (Elly M.Setiadi,2006). Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan
perilakunya. Menurut Pasal Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, dinyatakan bahwa lingkungan hidup adalah kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan
perilakunya, yang memengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan
manusia serta makhluk hidup lain.
Komponen hidup tidak bisa dipisahkan
dari ekosistem atau sistem ekologi. Ekosistem adalah satuan kehidupan yang
terdiri atas sesuatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan
berbagai benda mati yang membentuk suatu sistem. Lingkungan hidup pada dasarnya
adalah sistem kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan
ekosistem. Manusia adalah bagian dari ekosistem.
Komponen lingkungan terdiri dari
faktor abiotik (tanah, air, udara,cuaca, suhu) dan faktor biotik (tumbuhan,
hewan, dan manusia). Lingkungan bisa terdiri atas lingkungan alam dan
lingkungan buatan. Lingkungan alam adalah keadaan yang diciptakan Tuhan untuk
manusia. Lingkungan alam terbentuk karena kejadian alam. Jenis lingkungan alam
antara lain air, tanah, pohon, udara, sungai, dan lain-lain. Lingkungan buatan
dibuat oleh manusia. Misalnya jembatan, jalan, bangunan rumah, taman kota, dan
lain-lain. Ada pula lingkungan alam, tetapi sudah merupakan hasil peradaban
manusia. Artinya, lingkungan alam itu sudah mendapat sentuhan tangan manusia.
Contohnya, persawahan yang berundak-undak, pegunungan di California AS yang
dipahat menjadi beberapa tokoh presiden.
Lingkungan dapat pula berbentuk
lingkungan fisik dan nonfisik. Lingkungan alam dan buatan adalah lingkungan
fisik. Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan sosial budaya di mana
manusia itu berada. Lingkungan sosial adalah wilayah tempat berlangsungnya
berbagai kegiatan, yaitu interaksi sosial antara berbagai kelompok beserta
pranatanya dengan simbol dan nilai, serta terkait dengan ekosistem (sebagai
komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan ruang (sebagai bagian
dari lingkungan binaan/buatan)
Lingkungan amat penting bagi
kehidupan manusia. Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh
manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karena lingkungan memiliki
daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perikehidupan manusia
dan makhluk hidup lainnya. Arti penting lingkungan bagi manusia adalah sebagai
berikut.
1. Lingkungan merupakan tempat hidup
manusia, berada, tumbuh, dan berkembang
di atas bumi sebagai
lingkungan.
2. Lingkungan memberi sumber-sumber
penghidupan manusia.
3. Lingkungan memengaruhi sifat,
karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
4. Lingkungan memberi tantangan bagi
kemajuan peradaban manusia.
5. Manusia memperbaiki, mengubah,
bahkan menciptakan lingkungan untuk kebutuhan dan kebahagiaan hidup.
Pentingnya lingkungan hidup ini
telah didasari oleh masyarakat internasional. Hal ini tercermin dari adanya
Hari Lingkungan Hidup Sedunia, yang selalu diperingati oleh masyarakat,
khususnya para pemerhati dan pecinta lingkungan. Hari Lingkungan Hidup Sedunia diperingati
setiap tanggal 5 Juni. Peringatan Lingkungan Hidup Sedunia dimaksudkan untuk
menggugah kepedulian manusia dan masyarakat pada lingkungan hidup yang
cenderung semakin rusak.
Hari Lingkungan Hidup Sedunia
pertama kali dicetuskan pada tahun 1972 sebagai rangkaian kegiatan lingkungan
dari dua tahun sebelumnya ketika seorang senator Amerika Serikat, Gaylord
Nelson menyaksikan betapa kotor dan cemarnya bumi oleh ulah manusia.
Selanjutnya, ia mangambil prakarsa bersama dengan LSM untuk mencurahkan satu
hari bagi usaha penyelamatan bumi dari kerusakan. Pada tanggal 22 April 1970,
Gaylord Nelson memproklamasikan Hari Bumi (Earth Day), sehingga tanggal
tersebut diperingati sebagai Hari Bumi (Earth Day). Secara prinsip,
tidak ada perbedaan antara Hari Bumi dan Hari Lingkungan, hanya saja sejarahnya
yang berbeda. Hari Bumi diprakarsai oleh masyarakat dan diperingati terutama
LSM maupun organisasi yang berorientasi kepada pelestarian lingkungan hidup,
sedangkan Hari Lingkungan didasarkan dari Konferensi PBB mengenai lingkungan
hidup yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 1972 di Stockholm, Swedia.
Tanggal 5 Juni tersebut ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia.
Bangsa Indonesia memiliki pandangan
tentang pentingnya lingkungan hidup bagi manusia. Bahwa lingkungan hidup
Indonesia yang dipandang sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada
rakyat dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek
dan mantranya yang sesuai dengan Wawasan Nusantara. Oleh karena itu, lingkungan
hidup indonesia wajib dilestarikan dan dikembangkan kemampuannya agar dapat
tetap menjadi sumber dan penunjang hidup bagi rakyat dan bangsa Indonesia serta
makhluk hidup lainnya demi kelangsungan dan peningkatan kualitas hidup itu
sendiri. Pancasila sebagai dasar dan filsafah negara serta sebagai kesatuanyang
bulat dan utuh, memberikan keyakinan kepada rakyat dan bangsa Indonesia bahwa
kebahagiaan hidup akan tercapai jika didasarkan atas keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa maupun
manusia dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia sebagai pribadi, dalam
rangka mencapai kemajuan lahir dan kebahagiaan batin. Antara manusia,
masyarakat, dan lingkungan hidup terdapat hubungan timbal balik, yang selalu
harus dibina dan dikembangkan agar dapat tetap dalam keselarasan, keserasian,
dan keseimbangan yang dinamis.
Berkaitan dengan itu, maka
lingkungan hidup perlu dikelola secara baik dan benar demi kemajuan dan
kesejahteraan rakyat Indonesia. Pengelolaan lingkungan hidup Indonesia telah
dimuat dalam peraturan perundang-undangan, yaitu Undang-Undang No.23 tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya
terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan
penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan
pengendalian lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup yang
diselenggarakan dengan asas tanggung jawab negara, asas kelanjutan, dan asas
manfaat bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan
lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dalam
rangka pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Warga atau masyarakat dapat berperan
serta dalam pengelolaan lingkungan hidup. Kesempatan berperan serta itu dapat
dilakukan melalui cara sebagai berikut.
1. Meningkatkan kemandirian,
keberdayaan masyarakat, dan kemitraan.
2. Menumbuhkan kembangkan kemampuan dan
kepeloporan masyarakat.
3. Menumbuhkan ketanggapsegeraan
masyarakat untuk melakukan pengawasan sosial.
4. Memberikan saran dan pendapat.
5. Menyampaikan informasi dan/atau
menyampaikan laporan.
Dalam implementasinya, para warga
yang berperan serta dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup mendapat
penghargaan dari negara. Contohnya, para perintis, penyelamat, dan pengabdi
lingkungan meraih penghargaan Kalpataru; para walikota dan bupati menerima
penghargaan Adipura sebagai kota atau kabupaten terbersih; para kepala sekolah
yang meneriam penghargaan Adhiwijaya atas keberhasilannya dalam menjadikan
sekolah berbudaya lingkungan.
Di tingkat internasional, ditandai
dengan pemberian penghargaan kepada perorangan ataupun kelompok atas sumbangan
praktis mereka yang berharga bagi pelestarian lingkungan atau perbaikan
lingkungan hidup di tingkat lokal, nasional, dan internasional. Penghargaan ini
di beri nama Global 500 yang diprakarsai Program Lingkungan PBB (UNEP=United
Nation Environment Program).
B. KUALITAS
LINGKUNGAN DAN PENDUDUK TERHADAP KESEJAHTERAAN
1. Hubungan
Lingkungan dengan Kesejahteraan
Berdasarkan
uraian sebelumya, dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan erat antara
lingkungan dengan manusia. Lingkungan memberikan makna atau arti penting bagi
manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Lingkungan dapat memberikan
sumber kehidupan agar manusia dapat hidup sejahtera. Lingkungan hidup menjadi
sumber dan penunjang hidup. Dengan demikian, lingkungan mampu memberikan
kesejahteraan dalam hidup manusia.
Sudah
sejak dulu manusia mencari lingkungan yang memiliki daya dukung yang baik bagi
kehidupannya. Contohnya, manusia menempati daerah yang memiliki sumber mata
air, misalnya menempati daerah sekitar sungai, tepi raw, lereng gunung, dan
sebagainya. Kota-kota kuno atau peradaban lama banyak menempati daerah yang
dekat dengan sungai, misalnya peradaban kuno di tepi Sungai Nil. Kota-kota
besar di Indonesia juga banyak yang berada di tepi pantai atau dekat dengan
laut, misalnya jakarta, Surabaya, dan Makassar.
Pada masa sekarang, manusia tetap
menginginkan lingkungan sebagai tempat maupun sumber kehidupannya yang dapat
mendukung kesejahteraan hidup. Melalui ilmu pengetahuandan teknologi, manusia
mengusahakan lingkungan yang sebelumnya tidak memiliki daya dukung serta
lingkungan yang tidak dapat untuk hidup (unhabitable) menjadi lingkungan
yang memiliki daya dukung yang baik dan bersifat habitable. Contoh
sederhana, manusia membangun bendungan, dam, atau waduk guna menampung air. Air
tersebut digunakan untuk cadangan jika terjadi kamarau panjang, air bendungan
digunakan untuk mengairi sawah-sawah warga. Air juga digunakan sebagai
penggerak untuk pembangkit listrik. Daerah-daerah yang sebelumnya gersang,
seperti daerah guru di Arab sekarang ini sudah bisa ditanami pepohonan. Manusia
membuat saluran khusus untuk menyalurkan air sungai ke wilayah tersebut. Bahkan,
dalam waktu tertentu dibuat hujan buatan.
Dewasa ini, manusia dengan kemampuan
ilmu pengetahuan yang maju dan teknologi modern dapat mengatasi keterbatasan
lingkungan, terutama yang bersifat fisik atau lingkungan alam. Daerah-daerah
yang pada masa lalu dianggap tidak mungkin dapat digunakan sebagai tempat
hidup, sekarang ini dimungkinkan. Daerak itu sekarang mampu memberi
kesejahteraan bagi hidup manusia berkat penerapan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi telah meningkatkan kualitas hidup
manusia melalui penciptaan lingkungan hidup yang mendukungnya.
Manusia mengusahakan agar lingkungan
mempunyai daya dukung lingkungan hidup dan daya tampung lingkungan hidup secara
baik. Daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk
mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Daya tampung
lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang masuk kedalamnya.
Untuk menciptakan day dukung dan day
tampung lingkungan hidup, diperlukan pengelolaan dan pelestarian lingkungan
hidup. Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalikan lingkungan
hidup. Pelestarian lingkungan hidup mencakup pelestarian daya dukung lingkungan
hidup dan pelestarian daya tampung lingkungan hidup. Pelestarian daya dukung
lingkungan hidup adalah rangkaian upaya untuk melindungi kemampuan lingkungan
hidup terhadap tekanan perubahan dan/atau dampak negatif yang ditimbulkan oleh
suatu kegiatan agar tetap mampu mendukung perikehidupan manusia dan makhluk
hidup lain. Pelestarian daya tampung lingkungan hidup adalah rangkaian upaya
untuk melindungi kemampuan lingkungan hidup untuk menyerap zat, energi,
dan/atau komponen lain yang dibuang ke dalamnya.
Pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Pengelolaan
lingkungan memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Mencapai kelsestarian hubungan
manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan membangun manusia seutuhnya.
b. Mengendalikan pemanfaatan sumber
daya secara bijaksana.
c. Mewujudkan manusia sebagai pembina
lingkungan hidup.
d. Melaksanakan pembangunan berwawasan
lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.
e. Melindungi negara terhadap dampak
kegiatan diluar wilayah Negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran
lingkungan.
Hakikat pengelolaan lingkungan
hiduop oleh manusia adalah bagaimana manusia melakukan berbagai upaya agar
kualitas manusia meningkat sementara kualitas lingkungan juga semakin baik.
Lingkungan yang berkualitas pada akhirnya akan memberikan manfaat bagi manusia
yaitu meningkatkan kesejahteraan.
Pengelolaan lingkungan yang berhasil
akan memberi manfaat atau nilai bagi manusia. Terdapat nilai ekonomi, nilai
mental, nilai ilmiah, dan nilai budaya dari lingkungan. Nilai ekonomi, yaitu
menambah penghasilan dari hasil alam, menambah devisa, memperluas lapangan
kerja, dan lain-lain. Nilai mental , yaitu lingkungan yang
bisa menambah rasa estetika, rasa keagungan dan mendekatkan diri kepada
Tuhan. Nilai ilmiah, yaitu lingkungan bisa dijadikan objek
penelitian, pengembangan sains, botani, proteksi tanaman, budidaya tanaman.
Nilai budaya, adalah bahwa lingkungan yang khas akan memberikan
kebanggaan tersendiri bagi warganya. Misalnya, bangga Indonesia dikenal sebagai
zamrud khatulistiwa.
Undang-undang No.23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang mengatur hak, kewajiban, dan peran
warga negar perihal pengelolaan ini. Hak,kewajiban dan peran itu sebagai
berikut :
a. Setiap orang mempunyai hak yang sama
atas lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Setiap orang mempunyai ha katas
informasi yang berkaitan dengan peran dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Setiap orang mempunyai hak untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan
hidup sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
c. Setiap orang berkewajiban memelihara
kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran
dan perusakan lingkungan hidup.
d. Setiap orang yang melakukan usaha
atau kegiatan berkewajiban memberikan informasi yang benar dan akurat mengenai
pengelolaan lingkungan hidup.
e. Masyarakat mempunyai kesempatan yang
sama dan seluas-luasnya untuk berperan dalam pengelolaan lingkungan hidup.
2. Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan
Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek
dalam perjalanan hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan. Manusia membuat,
menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki berbagai hal yang ditujukan untuk
kepentingan hidupnya. Penduduk pada dasarnya adalah orang-orang yang tinggal
disuatu tempat yang secara bersama-sama menyelenggarakan kehidupannya. Penduduk
Negara adalah orang orang yang bertempat tinggal disuatu wilayah Negara, tunduk
pada kekuasaan politik Negara dan menjalani kehidupannya dibawah tata aturan
Negara yang bersangkutan.
Dinegara,
penduduk merupakan salah satu modal dasar pembanguna. Sebagai modal dasar atau
asset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi
juga merupakan pelaku pembanguna. Mereka adalah subjek dan objek dari
pembangunan Negara. Pembangunan pada dasarnya dilakukan oleh penduduk Negara
dan ditujukan untuk pemenuhan kebutuhan dan kesejahteraan penduduk yang
bersangkutan.
Hal
yang bersangkutan dengan penduduk Negara meliputi :
a. Aspek kualitas penduduk mencakup
tingkat pendidikan, keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
b. Aspek kuantitas penduduk yang
mencakup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan
penduduk ditiap wilayah Negara.
c. Dewasa ini, kualita penduduk
merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup
Dewasa ini, kualitas penduduk
merupakan aspek yang penting bagi kesejahteraan hidup. Kesejahteraan hidup
penduduk Negara sangat ditentukan oleh kualitas penduduk yang bersangkutan.
Kualitas penduduk mencerminkan kualitas insani dan sumber daya tersebut
dipengaruhi beberapa factor, antara lain tingkat pendidikan, keterampilan,
kesehatan, etos kerja, dan karakter atau kepribadian.
Dari segi lingkungan, masalah
pemukiman merupakan masalah penduduk (Soerjani, 1987). Ketika jumlah penduduk
kecil dan hidup bersahaja, maka cara hidup dan bermukimnya lingkungan hidup.
Namun, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan majunya peradaban, maka
cara hidup dan bermukimnya penduduk tidak lagidiserasikan dengan lingkungan.
Justru sebaliknya, lingkungan diubah dan dicocokkan dengan cara hidup dan
pemukiman manusia.
Lingkungan alam seperti tanah,
dirombak untuk menampung berbagai fasilitas kebutuhan manusia. Misalnya
perumahan dan fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, perndidikan, hiburan,
pasar, jalan, saluran. Air tidak hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan
sehari-hari. Air juga untuk pembangkit listrik.Pertumbuhan penduduk akan selalu
berkaitan dengan masalah lingkungan hidup. Penduduk dengan segala aktivitasnya
akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Demikian pula makin meningkatnya
upaya pembangunan menyebabkan makin meningkata dampak terhadap lingkungan
hidup. Dampak lingkungan hidup adalah pengarauh perubahan pada lingkungan hidup
yang diakibatkan oleh suatu usaha atau kegiatan. Lingkungan hidup bisa
berdampak positif dan negative bagi kesejahteraan penduduk.
Perubahan positif akibat kegiatan
manusia terhadap lingkungan, misalnya dengan pembangunan jalan-jalan raya yang
bisa menghubungkan daerah-daerah yang sebelumnya terisolir. Pembuatan saluran
air, taman kota, penghijauan, penanaman turus jalan, pembuatan bendungan,
adalah contoh-contoh kegiatan yang menjadikan lingkungan memberi dapak positif
bagi manusia. Perubahan yang positif dari lingkungan tersebut tentu saja dapat
memberikan keuntungan dan sumber kesejahteraan bagi penduduk.
Perubahan lingkungan sebagai akibat
tindakan manusia tidak jarang memberikan dampak negative, yaitu kerusakan
lingkungan hidup. Kerusakan lingkungan hidup tidak hanya meniadakan daya dukung
lingkungan itu sendiri, tetapi juag memberikan resiko bagi kehidupan manusia.
Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema besar yang dialami umat manusia
sekarang ini.
Beberapa problema lingkungan hidup
dewasa ini antara lain :
1. Pencemaran (polusi) lingkungan, yang
mencakup pencemaran udara, pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran
suara.
2. Masalah kehutanan, seperti
penggundulan hutan, pembalakan hutan, dan kebakaran hutan.
3. Erosi dan banjir.
4. Tanah longsor, kekeringan, dan
abrasi pantai.
5. Menipisnya lapisan ozon dan efek
rumah kaca.
6. Penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan yang buruk, seperti gatal-gatal, batuk, batuk, infeksi saluran
pernapasan, diare, dan tipes.
Di Indonesia berhasil diidentifikasikanberbagai kerusakan
sumber daya alam dan lingkungan hidup. Kerusakan sumber daya alam dan
lingkungan hidup tersebut dikhawatirkan akan berdampak besar bagi kehidupan
makhluk bumi, terutama manusia yang populasinya semakin besar. Beberapa masalah
tersebut antara lain :
a. Terus menurunnya kondisi hutan
Indonesia.
Indonesia merupakan Negara ASEAN terbesar hutannya. Laju deforestrasi p[ada
periode 1985-1997 adalah sekitar 1,6 juta hektar per tahun meningkat menjadi
2,1 juta hektar per tahun pada periode 1997-2001.
b. Kerusakan DAS (Daerah Aliran
Sungai). Praktik
penebangan liar dan konversi lahan menimbulkan dampak yang luas, yaitu
kerusakan ekosistem dalam tatanan DAS.
c. Habitat ekosistem pesisisr dan laut
semakin rusak.kerusakan
habitat ekosistem diwilayah pesisir dan laut semakin meningkat, khususnya
diwilayah padat kegiatan seperti pantai utara Pulau Jawa dan Pantai timur Pulau
Sumatra.
d. Citra pertambangan yang merusak
lingkungan. Sifat
usaha pertambangan, khusus nya tambang terbuka (open pit mining), selalu
mengubah bentang alam sehingga memengaruhi ekosistem dan habitat aslinya. Dalam
skala besar akan mengganggu keseimbangan fungsi lingkungan hidup dan berdampak
buruk bagi kehidupan manusia. Dengan citra semacam ini, usaha pertambangan
cenderung ditolak masyarakat.
e. Tingginya ancaman terhadap
keanekaragaman hayati (biodiversity). Sampai saat ini, 90 jenis flora dan 176 fauna di Pulau
Sumatera terancam punah. Populasi orang utan di Kalimantan menyusut tajam.
Kerusakan ekosistem dan perburuan liar yang dilator belakangi rendahnya
kesadaran masyarakat, menjadi ancaman utama bagi keanekaragaman hayati di
Indonesia.
f. Pencemaran air semakin
meningkat. Kualitas
air permukaan danau, situ dan perairan umum lainnya juga menunjukkan kondisi
yang memprihatinkan. Umumnya disebabkan karena tumbuhnya fitoplankton secara
berlebihan sehingga menyebabkan terjadinya timbunan senyawa fosfat yang berlebihan.
g. Kualitas udara semakin menurun,
khususnya dikota-kota besar.
Kualitas udara di 10 kota besar Indonesia cukup mengkhawatirkan, dan di enam
kota diantaranya, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, medan, jambi, dan Pekanbaru
dalam satu tahun hanya dinikmati udara bersih selama 22 sampai 62 hari saja.
Kerusakan lingkungan hidup memberi
efek yang besar bagi kelangsungan hidup manusia itu sendiri. Lingkungan sangat
berkaitan dengan masalah ketahanan hidup (survival) manusia. Ketahanan hidup
amat bergantung pada hubungan yang saling menopang dari lingkungan yang terdiri
atas berbagai system yang menunjang kehidupan itu ataupun yang saling
menyayanginya. Bagi manusia, problema lingkungan pada dasar timbunya kalau
terjadi ketidakseimbangan antarmanusia dengan sumber-sumber yang ada dalam
lingkungannya. Pemanfaatan yang berlebihan oleh manusia menyebabkan daya dukung
lingkungan berkurang sehingga keseimbangan tidaak terjadi lagi. Oleh karena
itu, pengelolaan lingkungan pada hakikatnya adalah menciptakan keseimbangan
hubungan antara manusia dengan lingkungan itu sendiri.
Masalah
kependudukan tidak hanya menciptakan masalah pemukiman dan problema lingkungan.
Pertambahan penduduk berpengaruh terhadap tingkat pendidikan. Dinegar-negara
yang anggaran pendidikannya rendah biasanya menunjukkan angka kelahiran yang
tinggi. Pertambahan penduduk yang cepat juga menghambat perimbangan
pendidikan.
Pertumbuhan
penduduk juga berpengaruh terhadap tingkat konsumsi penduduk. Penduduk yang
besar jelas membutuhkan konsumsi dalam jumlah yang besar pula. Pemenuhan
konsumsi yang besar,umumnya tidak diimbangi dengan kandungan gizi yang layak.
Tidak terpenuhinya konsumsi pangan penduduk berakibat pada kelaparan. Demikian
pula gizi yang kurang dapat berakibat pada timbulnya penyakit seperti busung
lapar dan cacat mental pada anak.
Seiring
dengan tidak tercukupinya kebutuhan pangan, maka akan muncul keterbelakangan
dan kemiskinan. Keterbelakangan dan Kemiskinan ibaratnya
adalah saudara kembar. Keterbelakangan dan kemiskinan merupakan “penyakit” yang
bisa melemahkan fisik dan mental manusia dan juga berpengaruh negatif terhadap
lingkupan.
C. PROBLEMATIKA LINGKUNGAN SOSIAL BUDAYA YANG DIHADAPI
MASYARAKAT
Lingkungan sosial adalah wilayah
tempat berlangsungnya berbagai kegiatan dan interaksi sosial antar berbagai
kelompok beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta terkait dengan
ekosistem (sebagai komponen lingkungan alam) dan tata ruang atau peruntukan
ruang (sebagai bagian dari lingkungan binaan/buatan). Manusia hidup berkaitan
dengan lingkungan, baik lingkungan fisik (alam dan buatan) maupun lingkungan
sosial.
Lingkungan sosial seseorang manusia
(individu) pada dasarnya adalah individu lain atau kelompok individu dengan
segala aktivitas dan pranata yang dibentuknya. Seorang manusia pastilah akan
hidup ditengah-tengah manusia lain. Manusia hidup dalam lingkungan sosial
mereka. Kehidupan dalam lingkungan sosial manusia ditandai dengan adanya
beragam aktivitas, aneka ragam interaksi, berbagai pranata yang dibentuk, serta
berada dalam suatu lingkungan alam dan buatan sebagai tempat kehidupannya.
1. Interaksi dalam Lingkungan Sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis,
yang menyangkut hubungan timbal balik anatar perorangan, antara kelompok
manusia, maupun antara perorangan dengan kelompok manusia dalam bentuk
akomodasi kerja sama, persaingan, dan pertikaian.
Interaksi
sosial berbentuk hubungan pengaruh yang tampak dalam kehidupan bersama. Tanpa
interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan masyarakat. Interaksi sosial
terjadi antara seseorang dengan orang lain, antara seseorang dengan kelompok
sosial antara kelompok sosial dengan kelompok sosial lainnya.
Interaksi
sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan (kerjasama
atau konflik), bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa isyarat, atau
bahkan tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya dengan bau keringat sudah terjadi
interaksi sosial karena telah mengubah perasaan atau syaraf orang yang
bersangkutan untuk menentukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat
berlangsung antara pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak.
Interaksi
sosial dapat terjadi apabila ada kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial
merupakan usaha pendekatan pertemuan fisik dan mental. Kontak sosial dapat
bersifat primer (face to face) dan dapat berbentuk sekunder (melalui
media perantara, koran, radio, tv, dan lain-lain). Komunikasi merupakan usaha
penyampaian informasi kepada manusia lain.tanpa komunikasi tidak mungkin
terjadi interaksi sosial. Komunikasi bisa berbentuk lisan, tulisan, atau simbol
lainnya.
Bentuk-bentuk
interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
akomodasi(accomodation), ersaingan (competition), dan pertikaian (conflict).
Kerja sama sebagai segala bentuk usaha guna mencapai tujuan bersama. Akomodasi
digunakan dalam dua arti, yaitu pada suatu keadaan dan sebagai suatu proses.
Akomodasi sebagai keadaan menunjukkan keyataan adanya keseimbangan dalam
interaksi sosial. Akomodasi sebagai proses menunjukkan pada usaha manusia untuk
meredakan peretentangan, yaitu usaha mencapai kestabilan. Persaingan merupakan
proses sosial dimana seseorang atau kelompok sosial bersaing memperebutkan
nilai atau keuntungan dalam kehidupan melalui cara-cara menarik perhatian
publik. Pertikaian merupakan interaksi sosial dimana seseorang atau kelompok
sosial berusaha memenuhi kebutuhannya dengan jalan menantang lawannya dengan
ancaman atau kekerasan.
2. Pranata dalam lingkungan Sosial
Pranata sosial ( dalam bahasa inggris nya istilahnya institution )
menunjuk pada sistem pola-pola resmi yang dianut suatu warga masyarakat dalam
berinteraksi. Pranata adalah suatu sistem norma khusus yang menata rangkaian
tindakan berpola mantap guna memenuhi keperluan yang khusus dalam kehidupan
masyarakat. Sistem norma khusus dimaksudkan sebagai aturan , artinya perilaku
itu berdasarkan pada aturan-aturan yang telah ditetapkan.
Kehidupan
masyarakat memiliki berbagai pranata. Makin besar dan kompleks kehidupan
masyarakat makin banyak jumlah pranata yang ada. Penggolongan pranata
berdasarkan fungsinya untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Beberapa ragam
pranata tersebut sebagai berikut :
a) Pranata-pranata untuk memenuhi
kebutuhan kehidupan kekerabatan. Misalnya perkawinan, pengasuhan anak,
pergaulan antarkerabat, dan sistem istilah kekerabatan.
b) Pranata-pranata ekonomi, antara lain
pertanian, barter, industri, dan perbankan.
c) Pranata-pranata pendidikan, misalnya
model pendidikan, jenjang pendidikan, pers, pemberantasan buta aksara, dan
perpustakaan.
d) Pranata-pranata ilmiah, antara lain
metodologi imiah, penelitian, dan pengukuran.
e) Pranata-pranata untuk memenuhi
kebutuhan akan keindahan dan seni, seperti olahraga, berbagai kesenian, dan
kesusastraan.
f) Pranata-pranata keagamaan sebagai
kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib.
g) Pranata-pranata untuk menjaga dan
mengatur kekuasaan dimasyarakat, serta kepolisian, kehakiman, pemerintah,
demokrasi, tentara.
h) Pranata-pranata untuk memenuhi
kebutuhan akan kenyamanan hidup, seperti pemeliharaan kecantikan, kebugaran,
kesehatan, dan kedokteran.
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah
pranata sering tumpah tindih atau dikacaukan penggunaannya dengan istilah
lembaga. Istilah social-institusion, ada yang diterjemahkan sebagai pranata
sosial atau sebagai lembaga sosial. Koentjaraningrat menganjurkan agar
dibedakan secara tegas antara oranata sosial dan lembaga sosial. Pranata sosial
adalah sistem norma atau aturan yang menyangkut suatu aktivitas masyarakat yang
bersifat khusus. Sedangkan lembaga sosial adalah badan atau organisasi yang
melaksanakannya. Lembaga sosial merupakan suatu bentuk kelompok atau
perkumpulan sosial yang khusus. Lembaga dan pranata sosial mungkin tidak bisa
dipisahkan, karena didalam lembaga sosial terdapat pranata sosial, dan pranata
sosial berjalan dalam suatu lembaga sosial sebagai wadahnya.
Lembaga
sosial bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia. Lembaga sosial memiliki
beberapa fungsi.Pertama, memberi pedoman pada anggota masyarakat
bagaimana mereka harus bertingkah laku dalam menghadapi masalah.
Kedua, menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan. Ketiga, memberi pegangan
kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial.
3. Problema dalam Kehidupan Sosial
Problema sosial merupakan persoalan karena menyangkut tata
kelakuan yang abnormal, amoral, berlawanan dengan hukum, dan bersifat merusak.
Problema sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral yang menyimpang
sehingga perlu diteliti, ditelaah, diperbaiki, bahkan mungkin untuk
dihilangkan.
Problema-problema
sosial timbul dari kekurangan dalam diri manusia atau kelompok manusia yang
bersumber dari faktor ekonomi, biologis, biopsikologis, dan kebudayaan. Setiap
masyarakat memiliki sejumlah dan penyesuaian terhadap lingkungan sosial.
Penyimpanagan terhadap norma-norma tersebut memunculkan gejala abnormal yang
mengarah pada terciptanya problema sosial.
Problema
sosial yang terjadi dan dihadapi msyarakat banyak ragamnya. Sesuai dengan
faktor-faktor penyebabnya, maka problema sosial dapat diklafikasikan sebagai
berikut :
a. Problema sosial karena faktor
ekonomi, seperti kemiskinan, kelaparan, dan pengangguran.
b. Problema sosial karena faktor
biologis, seperti wabah penyakit.
c. Problema sosial karena faktor
psikologis, seperti bunuh diri, sakit jiwa, dan disorganisasi.
d. Problema sosial karena faktor
kebudayaan, seperti perceraian, kejahatan, kenakalan remaja, konflik ras, dan
konflik keagamaan.
Sering kali suatu problema sosial
dapat digolongkan lebih dari satu kategori. Kemiskinan misalnya, mungkin
sebagai akibat dari penyakit paru-paru sehingga tidak bisa mencari nafkah, atau
karena sakit jiwa, atau dapat pula bersumber dari faktor budaya, yaitu tidak
adanya pekerjaan atau ditolak bekerja.
Sosiologi berusaha menentukan
kriteria apakah suatu permasalahan dapat dikatakan problema sosial atau tidak.
Ukuran atau kriteria untuk menentukan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kriteria utama untuk menentukan
suatu problema sosial adalah tidak adanya persesuaian antara ukuran atau nilai
sosial dengan kenyataan serta tindakan sosial yang terjadi.
b. Sumber-sumber sosial dari problema
sosial. Sebab dari problema sosial haruslah bersifat sosial. Berdasarkan hal
ini maka kejadian-kejadian menyimpang (abnormal) yang tidak bersumber dari
perbuatan manusia bukanlah merupakan problema sosial. Gejala seperti gempa
bumi, angin topan, dan gunung meletus yang disebabkan alam bukanlah problema
sosial.
c. Pihak-pihak yang menetapkan apakah
suatu kepincangan merupakan problema sosial. Ukuran diatas sebenarnya bersifat
relatif. Mungkin banyak orang yang harus mengatakan atau sekelompok orang yang
berkuasa yang mengatakan. Dalam suatu wilayah misalnya, masyarakat didaerah
tersebutlah yang menyatakan apakah suatu gejala merupakan problema sosial atau
tidak.
d. Manifest social problems dari latent
social problems
Perlu dibedakan antara manifest social problems
dan latens social problems. Manifest social problems adalah problema sosial
yang timbul sebagai akibat terjadinya kepincangan dalam masyarakat karena tidak
sesuainya tindakan dengan norma atau nilai dimasyarakat. Masyarakat umumnya
tidak menyukai tindakan itu. Latent social problems merupakan problema sosial
yang juga menyangkut hal-hal yang berlawanan dengan nilai-nilai masyarakat,
tetapi diterima juga. Manifest social problems diyakini dapat diperbaiki,
dibatasi, bahkan dihilangkan. Sedangkan latent social problems sulit diatasi,
karena walaupun masyarakat tidak menyukainya, tetapi merasa tidak berdaya untuk
mengatasinya.
Keserasian
adalah kesesuaian hubungan timbal balik antara komponen serta berbagai aspek
dalam lingkungan tersebut. Keserasian lingkungan sosial adalah kesesuaian pola
tindakan manusia dalam suatu sistem hubungan timbal balik antara berbagai aspek
kehidupan sosial dan jaringan unsur-unsur pokok yang ada dalam masyarakat yang
memengaruhi sistem sosial, nilai, sikap dan pola perilaku individu serta
kelompok nya, proses sosial, struktur sosial, dan perubahan sosial.
Keserasian
antarorang atau kelompok akan memengaruhi daya tampung lingkungan sosial.
Sebaliknya, daya tampung lingkungan sosial akan memengaruhi keserasian hubungan
antara orang dan kelompok sosial. Daya tampung lingkungan sosial adalah
kemampuan manusia dan kelompok penduduk yang berbeda-beda itu untuk hidup
bersama-sama sebagai suatu masyarakat secara serasi, selaras, seimbang, rukun,
tertib, dan aman.
D. ISU-ISU PENTING PERSOALAN LINTAS BUDAYA DAN BANGSA
Isu-isu penting menjadi persoalan lintas budaya dan bangsa
pada umumnya merupakan isu global yang menjadi keprihatinan umat manusia
sedunia. Merupakan isu global karena persoalan ini tidak hanya dihadapi umat
manusia dalam suatu negara atau wilayah tertentu, tetapi melanda ke berbagai
belahan dunia.
Berikut
ini akan kita ketengahkan isu-isu global yang terdiri atas isu mengenai
lingkungan dan isu mengenai kemanusiaan. Isu tentang lingkungan antara lain
mencakup kekurangan pangan, kekurangan sumber air bersih, polusi dan perubahan
iklim. Isu tentang kemanusiaan antara lain mencakup kemiskinan, konflik, dan
wabah penyakit.
1. Isu Tentang Lingkungan
a. Kekurangan Pangan
Pangan merupakan komoditi penting dan strategis, mengingat
pangan adalah kebutuhan pokok manusia yang hakiki. Kebutuhan pangan disetiap
pemukiman perlu tersedia dalam jumlah yang cukup, mutu yang layak, aman
dikonsumsi, dan dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. Problema
kekurangan pangan masih saja menghantui umat manusia,kendati tingkat
pertumbuhan ekonomi dunia meningkat. Hal ini disebabkan pertumbuhan penduduk
dunia yang cepat tidak seimbang dengan produksi pangan. Selain itu,masalah
keadilan dan distribusi sumber-sumber pangan yang tidak merata
Kekurangan
pangan menciptakan kekwatiran berbagai pihak. Dunia pun diliputi kekwatiran
itu,karena pertambahan penduduk yang tinggi, terutama di negara-negara
berkembang. Menurut FAO,saat ini didunia terdapat sekitar 200 juta orang yang
kekurangan pangan.penduduk indonesia pada tahun 2035 di perkirakan akan
bertambah menjadi dua kali lipat dari jumlahnya sekarang,menjadi sekitar 400
juta jiwa.
Kekurangan
pangan menciptakan gejala serius berupa kelaparan. Mantan sekretaris jendral
Perserikatan Bangsa-Bangsa(PBB),Kofi Annan pernah menegaskan,walaupun saat ini
ada kemajuan yang luar biasa dibidang teknologi dan pertanian, namun
penderitaan yang paling tua dan paling mendasar yaitu kelaparan,masih saja ada.
Setiap hari setidaknya 840 juta orang tidak punya bahan pangan untuk dimakan.
Di
Afrika Selatan, satu dalam setiap empat orang mengalami kelaparan. Di Afrika
Sahara proporsinya lebih tinggi lagi, satu dalam setiap tiga orang. Sedangkan
jumlah penduduk yang kekurangan pangan diwilayah asia pasifik sekita 525 juta.
b. Kekurangan Sumber Air Bersih
Sejak dulu air di akui sebagai sumber
kehidupan.Air,khususnya air bersih banyak dimanfaatkan manusia untuk berbagai
keperluan,terutama sekali untuk minum. Dengan demikian,ketersediaan air bersih
merupakan keharusan bagi penduduk disuatu wilayah. Sumber-sumber air bersih
didapatkan dari mata air, atau sungai yang telah dilakukan proses penyulingan.
Dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk dunia,kebutuhan air bersih juga meningkat
tajam. Seiring dengan itu,sumber-sumber air bersih mejadi berkurang atau justru
semakin habis. Dewasa ini,penduduk dunia dilanda kekurangan air bersih. Padahal
masalah kekurangan air langsung berdampak terhadap kesehatan dan kelangsungan
hidup manusia.
Kurangnya
ketersediaan air bersih berarti telah terjadi kelangkaan air sebagai sumber
kehidupan. Kelangkaan air bersih menyebabkan orang terpaksa bergantung pada
sumber air yang mungkin tidak aman. Tidak tersedianya air bersih dapat memicu
timbulnya berbagai penyakit,seperti kolera,tifus,malaria,demam berdarah,dan
penyakit lain yang menular.kelangkaan air juga dapat menjadikan orang kehabisan
waktu dan dana untuk mendapatkan air bersih.
Perubahan
iklim, kekeringan, dan banjir yang sering kali terjadi, ditenagarai berpengaruh
terhadap ketersediaan air bersih. Contohnya, kekeringan pada sebagian
sungai-sungai besar didunia. Indonesia juga dilaporkan mulai terancam
kekurangan air bersih.
C. Polusi Atau Pencemaran
Polusi atau pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam
lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai
ketingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi
sesuai dengan peruntukkan nya.
Menurut
tempat terjadinya, pencemaran dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu pencemaran
udara, air, tanah. Polusi air dapat disebabkan oleh beberapa jenis pencemar,
antara lain pembuangan limbah industri, sisa insektida, dan pembuangan sampah
domestik, sampah organik, dan fosfat. Pencemaran tanah disebabkan oleh beberapa
jenis pencemar, seperti sampah-sampah plastik yang sukar hancur,
botol, karet sintetis pecahan kaca, dan kaleng. Polusi suara disebabkan oleh
suara bising kendaraan bermotor, kapal terbang, deru mesin pabrik, radio/tape
recorder yang berbunyi keras sehingga mengganggu pendengaran.
Salah
satu penyebab polusi udara di Indonesia saat ini adalah seringnya terjadi
kebakaran hutan. Kebakaran hutan merupakan bencana yang setiap tahun terus
terjadi. Kebakaran hutan skala besar adalah fenomena yang menjadi sebuah
kecenderungan yang rutin dalam 20 tahun terakhir.
Dampak
buruk kebakaran hutan amat terasa. Polusi udara melanda di kota-kota sekitar
hutan. Kebakaran hutan di Riau menebabkan pendudknya mulai merasakan mata perih
dan berkurang nya jarak pandang karena kabut asap. Polusi udara akibat
kebakaran hutan di Indonesia juga berdampak bagi masyarakat luar.
D. Perubahan Iklim
Sumber energi fosil(minyak bumi, batu bara, dan gas alam)
yang dihasilkan oleh banyak pembangkit energi membangkitkan terjadinya
pencemaran udara. Hal ini karena pembangkit tersebut mengeluarkan gas dan
zat-zat pencemar, seperti gas (SO2) dan gasgas rumah kaca (GRK),
seperti karbondioksida (CO2). Banyak penelitian menyebutkan bahwa
GRK telah memicu terjadinya pemanasan global akibat adanya efek rumah kaca.
Efek
rumah kaca terjadi akibat GRK yang terkumpul diatmosfer membentuk selubung yang
menghalangi radiasi panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga tidak dapat
lepas keatmosfer. Panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan
fenomena pemanasan global.
Lebih
lanjut, pemanasan global telah memicu terjadinya perubahan iklim (climate
change). Perubahan iklim mengakibatkan adanya perubahan-perubahan yang
tidak terkirakan sebelumnya, seperti peningkatan suhu, melelehnya gunung es,
permukaan air laut naik, banyaknya banjir dan badai, serta musim panas yang
semakin panjang. Puahan-perubahan iklim yang ekstrem ini dapat engancam
kehidupan manusi di bumi. Ancaman tersebut antara lain :
1. Panasnya suhu menimbulkan makin
banyak nya wabah penyakit endemik seperti leptospirosis, demam berdarah, diare,
dan malaria.
2. Wilayah-wilayah pesisir dan
pulau-pulau kecil terancam tenggelam oleh naiknya air laut.
3. Maraknya banjir dan badai topan yang
sewaktu-waktu melanda pemukiman manusia.
4. Berkurang nya ketersediaan air
bersih karena kekeringan dalam jangka waktu lama.
5. Kegagalan panen karena cuaca yang
tidak mendukung.
2. Isu Tentang Kemanusiaan
a. kemiskinan
Kemiskinan meruakan masalah global yang sering dihubungkan
dengan kebutuhan, kesulitan, dan kekurangan diberbagai keadaan hidup.
Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahamannya mencakup :
1) Gambaran akan kekurangan materi,
yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan
pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi
kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
2) Gambaran tentang kebutuhan sosial,
termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk
berpartisipasi dalam masyarakat. Halini termasuk pendidikan dan informasi.
Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup
masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.
3) Gambaran tentang kurangnya
penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna “memadai” disini sangat
berbeda-beda, melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi diseluruh dunia.
Kemiskinan penduduk dunia kebanyakan
terdapat dinegara-negara berkembang. Istilah negara berkembang biasanya
digunakan untuk merujuk ke negara-negara yang “miskin”. Indonesia sebagai
negara berkembang tidak luput pula dari ancaman kemiskinan. Meskipun presentase
penduduk miskin semakin berkurang setiap tahun, namun jumlah penduduk semakin
besar karena semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia.
b. Konflik atau Perang
Konflik berasal dari bahasa Latin, yaitu configere yang
berarti saling memukul. Secara sosisologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebh (bisa juga kelompok) dimana salah satu
pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya
tidak berdaya.
Konflik
dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri yang dibawa individu dalam suatu
interaksi. Perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri
fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya.
Selain itu, konflik juga dapat disebabkan oleh perbedaan latar belakang
kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda kepentingan antar
individu atau kelompok.
Konflik
dalam pengertian luas mencakup konflik secara fisik dan nonfisik. Konflik dalam
derajat yang longgar atau lemah, misalanya perbedaan ide dan pendapat. Konflik
dalam derajat yang tinggi, seperti pertentangan fisik, kerusakan, revolusi,
bahkan perang. Konflik sering kali diterima secara negatif karena dianggap
merusak keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. Namun, konflik dalam
derajat yang longgar dapat memicu kemajuan. Oleh karena itu, konflik tidak
harus dipersepsikan hal yang buruk.
Konflik sosial (termasuk konflik
politik) adalah sebuah fenomena sosial penting yang memerlukan penyelesaian konflik.
Konflik sosial juga merupakan fenomena yang memengaruhi pembuatan keputusan.
Semakin hebat koflik, semakin sulit membuat keputusan yang mengikat semua
pihak.
Konflik dalam derajat tinggi, yaitu
perang antarmanusia itulah yang mengancam sendi-sendi kehidupan manusia. Perang
hanya menyisakan beragam penderitaan, kesengsaraan, kehancuran, dan kehilangan
segalanya. Namun, anehnya kehidupan umat manusia sejak masa lalu sampai
sekarang tidak pernah sepi dari kasus-kasus peperangan.
c. Wabah Penyakit
Wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat
secara nyata, melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu
serta dapat menimbulkan malapetaka. Sumber penyakit dapat berasal dari manusia,
hewan,tumbuhan dan benda-benda yang mengandung atau tercemar bibit penyakit,
serta yang dapat menimbulkan wabah.
Penyakit
yang mewabah sekarang ini dengan cepat sekali menyebar menembus batas-batas
wilayah dan negara. Penyakit yang sebelumnya hanya melanda sebuah negara atau
suatu kawasan dengan cepat menyebar ke negara dan kawasan lain dibumi. Tepat
kiranya jika sekarang ini terdapat istilah globalisasi penyakit. Globalisasi
penyakit merupakan dampak negatif dari semakin cepatnya pergerakan manusia,
hewan, tumbuhan dan barang-barang yang dibawa. Wabah penyakit menyebar
sedemikian cepat.
Penyakit
yang menyebar sekarang ini makin banyak dan beragam. Jika dulu orang hanya
mengenal sakit malaria, sekarang telah muncul virus poli, SARS,AIDS, dan
sebagainya. Selain penyakit infeksi diatas, penyakit modern yang muncul akibat
perubahan gaya hidup yang kini juga menjadi penyakit yang mengglobal. Sama
seperti penyakit infeksi, penyakit gaya hidup juga tidak mengenal batasan negara
atau batasan status ekonomi. Penyakit gaya hidup, contohnya serangan jantung,
darah tinggi, depresi, stroke, obesitas. Penyakit gaya hidup pada mulanya
muncul di negara-negara maju. akan tetapi sekarang ini penyakit tersebut
melanda pula negara-negara industri baru di Asia.
Wabah
penyakit yang menimbulkan malapetaka yang menimpa umat manusia dari dulu sampai
sekarang maupun masa mendatang tetap merupakan ancaman terhadap kelangsungan
hidup dan kehidupan. Selain wabah membahayakan kesehatan masyarakat karena
dapat mengakibatkan sakit, cacat, dan kematian, wabah juga akan mengakibatkan
hambatan dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Penyakit dapat menurunkan
tingkat produktivitas manusia dalam bekerja yang bisa berpengaruh terhadap
pendapatan mereka. Banyak produktivitas yang hilang akibat serangan penyakit.
Disisi lain, pendapatan yang diperoleh banyak dikeluarkan untuk biaya
pengobatan. Pada akhirnya, timbulnya penyakit bisa berpengaruh terhadap tingkat
ekonomi masyarakat.
http://asbarsalim009.blogspot.com/2014/04/mata-kuliah-ilmu-sosial-dan-budaya.html