BAB I
PDNDAHULUAN
Ajaran-ajaran islam yang diyakini oleh umat islam mengandung nilai-nilai islam yang memiliki peran yang sangat penting didalam mengembangkan kebudayaan islam. Disamping itu, ajaran-ajaran islam juga dapat membumikan ajaran utama ( yang sebagai syariah) sesuai dengan kondisi dan kebutuhan hidup umat manusia. Manusia sering dikatakan sebagai mahluk yang paling tinggi dibandingkan dengan mahluk lainnya.Tingginya harkat dan martabat manusia karena manusia mempunyai akal budi.Dengan adanya akal budilah, manusia mampu menghasilkan kebudayaan yang cenderung membuat manusia menjadi lebih baik dan lebih maju.Dengan kebudayaan tersebut manusia memperoleh banyak kemudahan dan kesenangan hidup.Akal budi pun mampu menciptakan dan melahirkan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan keseluruhan yang dihasilkan akal budi tersebut dapat dikelola untuk menghasilkan produk-produk yang dapat dimanfaatkan oleh manusia guna menuju peradaban yang modern.
Seiring dengan berkembangnya wawasan manusia akan lebih dapat memilah-milah bagian-bagian yang positif dan negative untuk diri pribadi dan orang lain. Dengan peradaban manusia yang semakin modern maka pola pikir manusia akan lebih berkembang. Apabila dikaitkan dengan kebudayaan islam maka manusia merupakan suatu fungsi yang di gunakan untuk meneruskan kebudayaan islam dimasa lalu untuk menjalankan peradaban modern. Kebudayaan islam digunakan sebagai pedoman agar manusia tidak terjerumus dalam hal-hal yang negatif dan manusia dapat memahami betapa pentingnya mempelajari tentang kebudayaan islam agar kita sebagai umat islam dapat tahu betul bagaimana sebenarnya kebudayaan islam yang sesungguhnya. Dan pada makalah ini kami akan membahas tentang kebudayaan islam.
B. RUMUSAN MASALAH
Untuk memudahkan dalam pembahasan masalah maka penulis membatasi permasalahan ini pada,
1. Bagaimanakah kebudayaan islam?
2.Bagaimanakah sejarah intelektual islam?
3.Apakah pengaruh kebudayaan islam bagi umat manusia?
C. MANFAAT
Adapun manfaat dari makalah ini yaitu :
1. Kita akan dapat menjadi manusia yang dapat menyeesuaikan diri dengan berpegang teguh pada ajaran-ajaran sejarah islam.
2. Umat manusia sebagai mahluk yang paling sempurna dapat mengembangkan kemampuannya yang dilandasi dengan Al-Quran.
3. Manusia modern dapat mengambil hikmah dari kebudayaan islam dan unsur-unsurnya serta pembelajara yang di bahas di makalah ini.
4. Kita dapat mengetahui kebudayaan-kebudayaan islam serta sejarah intelektual islam yang dapat di jadikan bahan pembelajaran.
5. Kita dapat mengetahui bagaimana islam dalam kebudayaan Indonesia serta etos kerja islam.
D. TUJUAN
1. Untuk mengetahui kebudayaan islam.
2. Untuk mengetahui sejarah intelektual islam.
3. Untuk mengetahui nilai-nilai kebudayaan dalam islam.
4. Untuk mengetahui bagaimana Mesjid sebagaipusat peradaban islam.
5. Untuk mengetahui islam dalam kebudayaan Indonesia, dan.
6. Untuk mengetahui etos-etos kerja dalam islam.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KEBUDAYAAN
Di dalam Kamus Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa “ budaya” adalah pikiran, akal budi, adat istiadat. Sedang “ kebudayaan” adalah hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi ) manusia, seperti kepercayaan, kesenian dan adat istiadat.
Untuk memudahkan pembahasan, Ernst Cassirer membaginya menjadi lima aspek yaitu Kehidupan Spritual, Bahasa dan Kesustraan, Kesenian, Sejarah, Ilmu Pengetahuan.
Hubungan islam dan budaya, Sebagian ahli kebudayaan memandang bahwa kecenderungan untuk berbudaya merupakan dinamik ilahi. Bahkan menurut Hegel, keseluruhan karya sadar insani yang berupa ilmu, tata hukum, tatanegara, kesenian, dan filsafat tak lain daripada proses realisasidiri dari roh ilahi. Sebaliknya sebagian ahli, seperti Pater Jan Bakker, dalam bukunya “Filsafat Kebudayaan” menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara agama dan budaya, karena menurutnya, bahwa agama merupakan keyakinan hidup rohaninya pemeluknya, sebagai jawaban atas panggilan ilahi. Keyakinan ini disebut Iman, dan Iman merupakan pemberian dari Tuhan, sedang kebudayaan merupakan karya manusia. Sehingga keduanya tidak bisa ditemukan. Adapun menurut para ahli Antropologi, sebagaimana yang diungkapkan oleh Drs. Heddy S. A. Putra, MA bahwa agama merupakan salah satu unsur kebudayaan.
Untuk melihat manusia dan kebudayaannya, Islam tidaklah memandangnya dari satu sisi saja. Islam memandang bahwa manusia mempunyai dua unsur penting, yaitu unsur tanah dan unsur ruh yang ditiupkan Allah kedalam tubuhnya. Ini sangat terlihat jelas di dalam firman Allah Qs As Sajdah 7-9 : “ ( Allah)-lah Yang memulai penciptaan manusia dari tanah, kemudian Dia menciptakan keturunannya dari saripati air yan hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam ( tubuh )-nya roh ( ciptaan)-Nya”.
Islam mengajarkan kepada umatnya untuk selalu beramal dan berkarya, untuk selalu menggunakan pikiran yang diberikan Allah untuk mengolah alam dunia ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Dengan demikian, Islam telah berperan sebagai pendorong manusia untuk “ berbudaya “. Dan dalam satu waktu Islamlah yang meletakkan kaidah, norma dan pedoman. Sampai disini, mungkin bisa dikatakan bahwa kebudayaan itu sendiri, berasal dari agama.
B. KONSEP KEBUDAYAAN DALAM ISLAM
secara umum kebudayaan dapat dipahami sebagai hasil olah akal, budi,ciptarasa, karsa, dan karya manusia. kebudayan pasti tidak lepas dari nilai-nilai ketuhanan. kebudayaan yang telah terseleksi oleh nilai-nilai kemanusiaan yang universal berkembang menjadi peradaban. dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan merugikan dirinya sendiri. disini agama islam berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau berperadaban islam.
Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi nilai-nilai ketuhanan atau disebut sebagai peradaban islam, maka fungsi agama disini semakin jelas. Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalannya sendiri, disini sangat terasa akan perlunya suatu bimbingan wahyu. Allah mengangkat seorang rasul dari jenis manusia karena yang akan menjadi sasaran bimbingannya adalah umat manusia. Oleh sebab itu misi utama Muhammad diangkat sebagai rasul adalah menjadi rahmat bagi seluruh umat manusia dan alam.
Mengawali tugas utamanya, nabi meletakkan dasar-dasar kebudayaan islam yang kemudian berkembang menjadi peradaban islam. Ketika dakwah islam keluar dari jazirah arab, kemudian tersebar keseluruh dunia, maka terjadilah suatu proses panjang dan rumit, yaitu asimilasi budaya-budaya setempat dengan nilai-nilai islam yang kemudian menghasilkan kebudayaan islam. Kebudayaan ini berkembang menjadi suatu peradaban yang diakui kebenarannya secara universal.
C. SEJARAH INTELEKTUAL ISLAM
Dengan menggunakan teori yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual islam dapat dikelompokkan menjadi tiga masa, yaitu: masa klasik antara tahun 650 – 1250 m, masa pertengahan antara tahun 1250 – 1800 m, dan masa modern atau kebangkitan intelektual islam kembali antara tahun 1800 m hingga sekarang dan seterusnya. Pada masa klasik lahir ulama-ulama besar seperti Imam Hanafi, Imam Hambali,Imam Syafi’i, dan Imam Maliki dibidang hukum islam. Dibidang filsafat islam seperti Al-Kindi tahun 801 m, yang berpendapat bahwa kaum muslimin hendaknya menerima filsafat sebagai bagian dari kebudayaan islam. Kemudian Al-Razi lahir tahun 865 m, Al-Farabi lahir tahun 870 m, sebagai pembangun agung filsafat islam. Pada abad berikutnya lahir pula filosof besar Ibnu Maskawaih pada tahun 930 m, yang terkenal memiliki pemikiran tentang pendidikan akhlak. Selanjutnya Ibnu Sina tahun 1037 m, Ibnu Bajjah tahun 1138m, Ibnu Tufail tahun 1147 m, dan Ibnu Rusyd tahun 1126 m. Pada masa pertengahan, yaitu antara tahun 1250 – 1800 m, dalam catatan sejarah pemikiran islam pada masa ini merupakan fase kemunduran, karena filsafat mulai dijauhkan dari umat islam sehingga ada kecenderungan akal dipertentangkan dengan wahyu, iman dipertentangkan dengan ilmu, dan dunia dipertentangkan dengan akhirat. Jika diperhatikan secara seksama pengaruhnya masih terasa hingga sekarang. Sebagian ulama kontemporer sering melontarkan tuduhan kepada Al-Ghazali sebagai yang pertama menjauhkan filsafat dengan agama sebagaimana dalam tulisannya “tahafutul falasifah” (kerancuan filsafat). Tulisan Al-Ghazali itu dijawab oleh Ibnu Rusyd dengan tulisan “tahafututahafut” (kerancuan diatas kerancuan). Pada saat ini ada pertanyaan mendasar yang sering dilontarkan oleh para intelektual muda muslim.
Mengapa umat islam tidak bisa mengusai ilmu dan teknologi modern? Jawabannya sangat sederhana, yaitu karena umat islam tidak mau melanjutkan tradisi keilmuan yang diwariskan oleh para ulama besar padamasa klasik. Pada masa kejayaannya umat islam terbuai dengan kemegahan yang bersifat material. Sebagai contoh kasus pada zaman modern ini tidak lahir para ilmuwan dan tokoh-tokoh kaliber dunia dikalangan umat islam dari negara-negara kaya di timur tengah. Pada sisi yang lain umat islam yang tinggal di negara-negara bekas jajahan sangat sulit membangun semangat kebangkitan intelektual islam karena keterbatasannya
D. MASJID SEBAGAI PUSAT PERADABAN ISLAM
Masjid pada umumnya hanya dipahami oleh masyarakat sebagai tempat ibadah khusus seperti shalat, padahal masjid mestinya berfungsi lebih luas dari pada sekedar sebagai tempat shalat. Sejak awal berdirinya masjid belum bergeser dari fungsi utamanya, yaitu sebagai pusat penyelenggaraan peribadatan pada umumnya, disamping tempat shalat. Masjid pada zaman Nabi dijadikan sebagai pusat membangun peradaban islam. Nabi Muhammad saw. mensucikan jiwa kaum muslimin, mengajarkan Al-qur’an dan Al-hikmah, bermusyawarah untuk menyelesaikan berbagai persoalan kaum muslimin, membina sikap dasar kaum muslimin terhadap orang yang berbeda agama atau ras, hingga upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan umat justru melaui masjid. Masjid dijadikan simbol kesatuan dan persatuan umat islam. Selama sekitar 700 tahun sejak Nabi mendirikan masjid pertama, fungsi masjid masih kokoh orisinal sebagai pusat peribadatan dan peradaban. Sekolah-sekolah dan universitas-universitas pun kemudian bermunculan, justru dari masjid. Masjid Al-Azhar di mesir merupakan salah satu contoh yang sangat dikenal luas kaum muslimin Indonesia. Melalui masjid ini tercetak intelektual islam dari berbagai belahan dunia, juga mampu memberikan beasiswa bagi para pelajar dan mahasiswa, bahkan pengentasan kemiskinan merupakan program utama masjid.
Pada saat ini kita akan sangat sulit menemukan masjid yang memiliki program nyata dibidang pencerdasan keberagamaan umat. Kita (mungkin) tidak menemukan masjid yang memiliki kurikulum terprogram dalam pembinaan keberagamaan umat, terlebih-lebih lagi masjid yang menyediakan beasiswa dan upaya pengentasan kemiskinan. Dalam perkembangan berikutnya muncul kelompok-kelompok yang sadar untuk mengembalikan fungsi masjid sebagaimana mestinya. Kini mulai tumbuh kesadaran umat akan pentingnya peranan masjid untuk mencerdaskan dan mensejahterakan jamaahnya. Menurut ajaran islam, masjid memiliki dua fungsi yang utama, yaitu: Sebagai pusat ibadah ritual, dan Berfungsi sebagai pusat ibadah sosial. Dari kedua fungsi tersebut titik sentralnya bahwa fungsi utama masjid adalah sebagai pusat pembinaan umat islam.
Disamping itu masjid juga mempunyai fungsi lain antara lain:
1. Pusat Pendidikan dan Pelatihan
Proses menuju ke arah pemberdayaan umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan. Masjid seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai tempat berlangsungnya proses pemberdayaan tersebut, bahkan sebagai pusat pembelajaran umat, baik dalam bentuk pengajian, pengkajian, seminar dan diskusi maupun pelatihan-pelatihan keterampilan, dengan peserta minimal jamaah disekitarnya.
2. Pusat Perekonomian Umat
Soko guru perekonomian Indonesia katanya koperasi, namun pada kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. tidak ada salahnya bila masjid mengambil alih peran sebagai koperasi yang membawa dampak positif bagi umat di lingkungannya. Bila konsep koperasi digabungkan dengan konsep perdagangan ala pusat-pusat pembelanjaan yang diminati karena terjangkaunya harga barang, dan dikelola secara professional oleh dewan pengurus maka masjid akan dapat memakmurkan jamaahnya. Sehingga akhirnya jamaahnya pun akan memakmurkan masjidnya.
3. Pusat Penjaringan Potensi Umat
Masjid dengan jamaah yang selalu hadir HANYA sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Masjid dengan jamaah yang selalu hadir sekedar untuk menggugurkan kewajibannya terhadap Tuhan bisa saja mencapai puluhan, ratusan bahkan ribuan orang jumlahnya. Dari berbagai macam usia, beraneka profesi dan tingkat (strata) baik ekonomi maupun intelektual, bahkan sebagai tempat berlangsungnya akulturasi budaya secara santun.
4. Pusat Ke-Pustakaan
Perintah pertama Tuhan kepada Nabi terakhir adalah "Membaca", dan sudah sepatutnya kaum muslim gemar membaca dalam pengertian konseptual maupun kontekstual. Maka dengan sendirinya hampir menjadi kemutlakkan bila masjid memiliki perpustakaan sendiri.
E. NILAI-NILAI ISLAM DALAM BUDAYA INDONESIA
Islam masuk ke indonesia lengkap dengan budayanya. Karena islam lahir dan berkembang dari negeri arab, maka islam yang masuk ke indonesia tidak terlepas dari budaya arabnya. Pada awal-awal masuknya dakwah islam keindonesia dirasakan sangat sulit membedakan mana ajaran islam dan mana budaya arab. Masyarakat awam menyamakan antara perilaku yang ditampilkanoleh orang arab dengan perilaku ajaran islam. Seolah-olah apa yang dilakukan oleh orang arab itu semua mencerminkan ajaran islam, bahkan hingga kini budaya arab masih melekat pada tradisi masyarakat indonesia dalam perkembangan dakwah islam di indonesia, para da’imendakwahkan ajaran islam melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh para wali ditanah jawa. Karena kehebatan para wali Allah dalam mengemas ajaran islam dengan bahasa budaya setempat, sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai islam telah masuk dan menjadi tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka. lebih jauh lagi bahwa nilai-nilai islam sudah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan mereka. Seperti dalam upacara-upacara adat dan dalam penggunaan bahasa sehari-hari. Bahasa Al-Qur’an atau Arab sudah banyak masuk kedalam bahasa daerah bahkan kedalam Bahasa Indonesia yang baku. Semua itu tanpa disadari bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian dari ajaran islam.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Untuk membangkitkan kembali peradaban sangat tergantung pada keberhasilan dalam bidang sains melalui prestasi institusional dan epistemologis menuju pada proses dekonstruksi epistemologi sains moderen yang memungkinkan nilai-nilai Islam terserap secara seimbang ke dalam sistem pengetahuan yang dibangun tanpa harus menjadikan sains sebagai alat legitimasi agama dan sebaliknya. Ini sejalan dengan gagasan islamisasi pengetahuan yang pernah dilontarkan oleh Ismail Raji Al-faruqi.
Mengapa masyarakat Islam perlu melakukan reformasi sains moderen? Bukankah sains moderen telah begitu banyak memberikan manfaat bagi manusia? Pernyataan ini mungkin benar jika kita melihat tanpa sikap kritis bagaimana sains modern membuat kehidupan (sekelompok) manusia menjadi lebih sejahtera. Argumen yang masuk akal datang dari Sal Restivo yang mengungkap bagaimana sains moderen adalah sebuah masalah sosial karena lahir dari sistem masyarakat moderen yang cacat. Secara historispun kita bisa memahami bagaimana sains moderen lahir sebagai mesin eksploitasi sistem kapitalisme. Paul Feyerabend bahkan mengkritik sains moderen sebagai ancaman terhadap nilai-nilai demokrasi, kualitas hidup manusia, dan bahkan kelangsungan hidup bumi beserta isinya.
Insya Allah.
B. SARAN
Dalam menghadapi kondisi seperti ini, Islam semestinya dapat hadir menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak. Mengajarkan beberapa budaya-budaya Islam yang seharusnya dan patut kita lestarikan dan kita hormati. Menjadi pelajaran yang penting pula bagi umat Islam. Dalam kondisisi seperti ini, Islam semestinya dapat menjadi suatu alternatif dalam mengembangkan sains ke arah yang lebih bijak.