Pengemis sudah dijadikan
pekerjaan
oleh masyarakat aceh, benarkah?
Bicara pengemis memang identik dengan
kemiskinan. Sedang kmiskinan seperti Linkaran setan yang berujung pangkal sulit
ditemukan untuk mencari solusi pemecahannya, sehinggga dikatakan bahwa mengapa
mereka miskin adalah karena kemiskinan itu sendiri, yang menyebabkan
mereka tidak mampu untuk berpendidikan, menyebabkan kemampuan dan
keterampilannya rendah, sehinga produktifitasnya rendah. Mengapa mereka tidak
berpendidikan, disebabkan karena keterbatasan dana yang dimiliki untuk
membiayai pendidikan (ekonomi),
ataupun Skill terbatas karena keterbatasan mental.
Pernah sekedar pemetaan identifikasi lapangan
bincang-bincang dengan seorang pengemis ibu-ibu. kenapa tidak bekerja saja.
kerja apa ‘tanya si pengemis? Mungkin jadi cleaning service bantu-bantu orang.
justru pengemis balik tanya kepad aku, berapa gajinya pembantu? kujawab sebulan
800 ribu. Ndak ,sudah mas biar saya mengemis aja ‘kata pengemis tersebut.
Ternyata menjelang malam suaminya yang pakai
motor datang menjemput. si Istri yang mengemis segera tukarkan uang receh ke
toko minimarket tempat dia nongkrong berkisar Rp 50 ribu lebih bahkan sampai
ratusan ribu sehari. jika sehari minimal Rp 50 ribu x 30 hr maka penghasilan
pengemis sebulan Rp 1,5 juta jika didapat ratusan ribu sehari maka jelas
penghasilan pengemis sebulan hampir setara dengan gaji pegawai biasa di aceh
yang berkisar yang Rp 1,8 jt per
bulan.sungguh aneh,tapi ini nyata.
Maka ada pertanyaan pengemis ini jenis
pekerjaankah? Apakah pengemis itu kemiskinan …? Entahlah…..
Apakah tidak ada tindakan dari lembaga atau
instusi sosial untuk menindak hal semacam ini…….? Tak perlu di jawab
disini.
Kata Ebiet G Ade :
………….Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang.
………….Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang.